Puan di MPR: Selain Garis Tangan, Pemilu Dipengaruhi Campur Tangan
Ketua DPR RI, Puan Maharani menyampaikan kritik terhadap kecurangan pelaksanaan demokrasi elektoral atau pemilu dalam sidang tahunan MPR, Jumat (15/8).
Menurut Puan, selain ditentukan garis tangan, pemilu di Indonesia kerap dipengaruhi campur tangan dan buah tangan.
Sidang Tahunan MPR dihadiri Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran, termasuk para mantan presiden dan wakil presiden, seperti Jokowi, SBY, hingga Try Soetrisno.
"Saat ini, demokrasi dalam Pemilu kita, selain ditentukan oleh garis tangan, juga sering dipengaruhi oleh campur tangan dan buah tangan," kata Puan dalam pidatonya.
Puan mengatakan, setiap orang memiliki garis tangan atau nasib yang ditentukan Tuhan. Namun, tak semua orang memiliki kemampuan untuk ikut campur tangan dalam menentukan arah demokrasi.
"Kita semua memiliki garis tangan-nasib dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi, tidak semua dari kita memiliki kemampuan yang sama untuk ikut campur tangan dan memberikan buah tangan dalam menentukan arah demokrasi," kata dia.
Menurut Puan, sistem demokrasi Indonesia telah keluar jalur sehingga harus menjadi kritik sekaligus otokritik. Menurut dia, demokrasi yang dicita-citakan para pendiri Bangsa bukan demokrasi campur tangan dan buah tangan, melainkan demokrasi yang memberi kesempatan setara bagi semua pihak.
Puan menilai demokrasi yang baik tak boleh berhenti di bilik suara. Namun, harus tumbuh melalui ruang-ruang dialog, dapur rakyat, balai desa, apalagi gedung parlemen.
"Demokrasi yang tidak berhenti di bilik suara, tetapi terus tumbuh di ruang-ruang dialog, di dapur rakyat, di balai desa, hingga di gedung parlemen-agar setiap keputusan lahir dari kesadaran bersama, bukan hanya kesepakatan segelintir elite," kata Ketua DPP PDIP itu.
Dalam demokrasi, kata Puan, rakyat harus memiliki ruang yang luas untuk berserikat, berkumpul, menyatakan pendapat, dan kritik.
"Kini, kritik rakyat hadir dalam berbagai bentuk yang kreatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi, khususnya media sosial, sebagai corong suara publik," kata dia.
(thr/dal)