Pemutihan Ijazah dan Cerita Ibu Kehilangan Anak karena Tawuran
Nia (40) berdiri bingung di halaman depan SMA Islam Said Na'um, Tanah Abang, Jakarta, Kamis (21/8). Ia menjadi satu-satunya perempuan paruh baya di tengah ratusan remaja yang berbaris rapi.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyerahkan bantuan pemutihan sekitar 1.897 ijazah kepada para pelajar pagi ini.
Program pemutihan ijazah menyasar siswa yang pernah menempuh pendidikan, tetapi belum menerima ijazah karena tunggakan administrasi.
Nia berniat mengambil ijazah SMP sang putra, Irgy Satya yang tertahan beberapa tahun. Irgy meninggal dunia pada Juni lalu karena menjadi korban tawuran di Cengkareng, Jakarta Barat.
"Anak saya meninggal jadi korban tawuran, jadi tanggal 15 Juni meninggalnya tawurannya di Cengkareng," kata Nia di lokasi.
Seharusnya, Irgy kini duduk di kelas 2 SMA. Nia bercerita putranya mengalami luka di beberapa bagian tubuh hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Jadi anak saya tawuran, dibacok lehernya, pundak, paha," katanya.
Ijazah Irgy akan menjadi kenang-kenangan bagi Nia. Sang suami sebelumnya sempat bertanya alasannya mengambil ijazah.
"Ya buat kenang-kenangan aja, tadinya juga ayahnya bilang ngapain juga ambil, ya namanya ibu mau ambil aja," ujarnya.
Nia sempat bertemu langsung dan berdialog dengan Pramono saat penyerahan ijazah. Ia menceritakan putranya yang menjadi korban tawuran.
"Yang kuat ya bu, mudah-mudahan bermanfaat," kata Pramono saat berbincang.
Sementara itu, secara total sudah ada 3.212 ijazah yang diputihkan Pemprov DKI dengan total anggaran sekitar Rp12 miliar. Pemprov DKI menargetkan sebanyak 6.652 ijazah diputihkan pada tahun ini.
(fra/yoa/fra)