Aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Ternate, Maluku Utara, berubah ricuh pada Senin (1/9). Sejumlah orang yang diduga memicu kericuhan ditangkap polisi.
Berdasarkan pantauan jurnalis CNNIndonesia, bentrok antara aparat keamanan dan massa pecah mulai pukul 14.00 Waktu Indonesia Timur.
Massa aksi yang didominasi mahasiswa terjadi ketika hendak memaksa masuk lewat gerbang Gedung DPRD yang diadang kepolisian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda dan wakilnya, Sarbin Sehe, sempat bernegosiasi dengan massa agar aksi tidak berlangsung anarkis. Namun, beberapa saat kemudian bentrok terjadi setelah pertemuan.
Aparat keamanan kemudian memecah konsentrasi massa pukul 17.25 menit, dan menembakkan gas air mata ke arah massa aksi.
Polisi juga kemudian menangkap beberapa massa tak dikenal.
Unjuk rasa yang melibatkan aliansi BEM Mahasiswa Maluku Utara dari berbagai elemen memiliki beberapa poin tuntutan, termasuk pembubaran DPRD, penegakkan demokrasi di Indonesia, serta pembebasan 11 masyarakat adat Maba Sangaji.
Diketahui, sebanyak 11 Masyarakat Adat Maba Sangaji yang mendekam di Rutan Tidore, Maluku Utara, karena tuduhan mengganggu aktivitas tambang nikel, PT Position.
Hingga kini belum ada informasi resmi dari pihak kepolisian terkait jumlah orang yang ditangkap karena diduga sebagai provokator kerusuhan.
(rsd/rsd/jun)