JPPI Ungkap Korban Keracunan MBG per 4 Oktober: 10.482 Anak

CNN Indonesia
Minggu, 05 Okt 2025 17:48 WIB
Ilustrasi. Keracunan MBG makan korban ribuan anak sekolah. (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menuntut penutupan seluruh dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). JPPI mencatat hingga kini lebih dari 10 ribu lebih anak jadi korban keracunan MBG.

Badan Gizi Nasional (BGN) telah menonaktifkan beberapa SPPG pada Senin (29/9). Namun JPPI justru menemukan korban keracunan naik menjadi 1.833 anak atau lebih tinggi dari angka keracunan rata-rata sebanyak 1.531 anak per Minggu pada September.

Jumlah tersebut menambah total korban keracunan MBG hingga 4 Oktober 2025 menjadi 10.482 anak.

"Dengan data ini, kita bisa simpulkan, penutupan sebagian SPPG sama sekali tidak efektif. Selama dapur MBG masih beroperasi, korban akan terus berjatuhan. Karena itu, BGN harus segera menghentikan seluruh SPPG di Indonesia sebelum korban bertambah lebih banyak," kata Ubaid Matraji, Koordinator Nasional JPPI, dalam pernyataan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (5/10).

Tak sebatas catatan korban keracunan MBG, JPPI juga menemukan sejumlah fakta menarik sepanjang 29 September-3 Oktober 2025.

Kasus keracunan MBG terpantau menyebar ke dua provinsi baru yakni, Sumatera Barat (122 anak) dan Kalimantan Tengah (27 anak).

Kasus demi kasus terus ditemukan sehingga memicu gelombang penolakan dari sekolah dan orang tua murid. JPPI melihat penolakan MBG muncul di berbagai daerah seperti, Tasikmalaya, Madura, Yogyakarta, Jakarta, Serang, Polewali Mandar, Agam, Semarang, Batu, Polewali Mandar, dan Rembang.

Akan tetapi ketika bersuara soal kasus MBG, SPPG justru mengintimidasi wartawan, aktivis, wali murid, dan siswa di Jakarta, Batam, Garut, dan Tuban.

Lebih lanjut, JPPI juga memantau ternyata tak hanya murid yang jadi korban MBG. Sejumlah guru jadi korban keracunan karena bertugas menyicip MBG seperti guru di Cianjur, Ketapang, Sleman, Garut, Agam, dan Bandung Barat.

Ubaid berkata temuan-teman tersebut menunjukkan bahwa MBG merupakan program bermasalah dan wujud kegagalan sistemik tata kelola gizi nasional.

JPPI pun menuntut penutupan seluruh SPPG, menghapus kewajiban guru menyicip menu MBG, dan sanksi tegas terhadap pihak-pihak yang membiarkan praktik berbahaya ini berlangsung.

"Sudah saatnya pemerintah berhenti menutup mata dan mengutamakan keselamatan anak di atas segalanya. Janganlah jadikan anak sebagai kelinci percobaan MBG dengan mengatasnamakan program pemenuhan gizi," katanya.

(els/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK