Polisi Periksa Pihak Hotel TKP Pesta Seks Gay di Surabaya
Penyidik Satreskrim Polrestabes Surabaya memeriksa manajemen hotel di kawasan Ngagel, Wonokromo, Surabaya, yang jadi tempat kejadian perkara (TKP) kasus pesta seks puluhan pria bertajuk 'Siwalan Party'.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Edy Herwiyanto mengatakan, proses penyidikan kasus pesta seks sejenis masih berlangsung. Saat ini, pihaknya tengah meminta keterangan dari hotel.
"Pihak hotel saat ini diperiksa. Mulai dari Satpam, resepsionis, sama mungkin nanti ada beberapa pihak yang lain, yang terlibat kita pastikan akan diproses," kata Edy di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (23/10).
Eddy mengungkapkan, penyidik masih akan terus menggali bukti dan fakta-fakta lain dalam perkara tersebut. Karena itu keterangan pihak-pihak yang terkait dalam perkara ini dibutuhkan.
"Saat ini kami masih melakukan pemeriksaan dan pengembangan. Tadi proses hukum yang dilakukan itu tidak hanya penghukuman, tapi juga merasa prihatin terhadap fenomena sekarang ini," ucapnya.
Sementara itu, pihak hotel menegaskan tak mengetahui adanya kegiatan pesta seks tersebut sebelum polisi melakukan penggerebekan. Sebab menurut mereka, setiap kamar yang disewa adalah area privat yang menjadi hak penuh tamu.
"Dari pihak hotel yang pasti tidak tahu ya, kenapa tidak tahu, kejadian tersebut itu kan di dalam kamar gitu kan, di dalam kamar which is kamar adalah privasi semua tamu tanpa terkecuali ya, kita tidak memandang gender, kita tidak memandang umur, kita tidak memandang sosial," kata seorang perwakilan manajemen hotel yang tak mau disebutkan namanya, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com.
Karena itu pihak hotel pun tak tahu menahu mengapa informasi itu bisa diketahui masyarakat sekitar bahkan hingga warga melaporkannya ke pihak kepolisian. Pasalnya manajemen pun tak menerima laporan apapun sebelumnya.
"Di saat kejadian tersebut kami pun tidak mendengar adanya laporan dari warga setempat atau masyarakat sekitar, itu tidak ada sih waktu itu," katanya.
Peristiwa penggerebekan sendiri, kata dia, terjadi di dua kamar di lantai 16 yang terkoneksi dengan connecting door. Pihak hotel baru mengetahui hal itu setelah polisi tiba di lokasi.
"Ternyata si booking ini sewa dua kamar kayak yang berdekatan dan istilahnya connecting kayak gitu, jadi bisa bisa terhubung dari dalam," ucapnya.
Lebih lanjut, menurut pihak hotel, di malam kejadian tersebut tingkat okupansi kamar hotel memang sedang tinggi karena akhir pekan.
"Malam itu hunian kamar kami pun juga lagi ramai, apalagi ada acara-acara juga, terus di weekend, kalau weekend hotel memang lagi ramai," tuturnya.
Ia mengakui kasus ini berdampak pada citra hotel di mata publik. Klien, menurutnya pasti akan berpikir dua kali bila ingin menginap di hotelnya.
"Dampaknya cukup mengecewakan juga sih, karena ya itu ada tanggapan yang kurang sedap untuk hotel kami. Apakah nanti kalau menginap di hotel tetap aman, kayak gitu kan," ujarnya.
Namun pihak hotel memastikan tetap berkomitmen menjaga privasi, rasa aman dan nyaman bagi para tamu.
"Kita berikan tetap kepercayaan kepada tamu untuk keamanan dan kenyamanan mereka," pungkasnya.
Sebelumnya, puluhan pria tanpa busana digerebek aparat kepolisian di sebuah hotel kawasan Surabaya. Mereka diduga terlibat dalam aktivitas pesta seks sesama jenis di yang dilakukan secara tertutup di salah satu kamar hotel tersebut.
Penggerebekan dilakukan pada Sabtu (18/10) malam. Setelah petugas menerima laporan dari warga yang mencurigai adanya aktivitas tidak wajar di lantai tertentu hotel tersebut.
Polisi kemudian membawa seluruh pria tersebut ke Mapolrestabes Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Barang bukti berupa alat kontrasepsi, ponsel, dan beberapa perangkat elektronik juga turut diamankan dari lokasi kejadian.
Sebanyak 34 orang ditetapkan sebagai tersangka kasus pesta seks sejenis atau gay. 34 orang itu memiliki peran yang berbeda-beda. Ada yang bertindak sebagai pendana, admin, pembantu, hingga peserta.
Wali Kota Surabaya Perketat Pengawasan Hotel
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku bakal memperketat pengawasan hotel, penginapan dan semacamnya agar peristiwa serupa tak terulang.
Awalnya, Eri menegaskan kegiatan tersebut jelas melanggar norma agama dan hukum. Oleh sebab itu, ia mendorong penuh proses hukum yang saat ini ditangani Polrestabes Surabaya.
"Jelas yang pertama ini melanggar syariat, agama apapun melarang. Kedua, dasar hukum apapun di negara ini, perbuatan tersebut dilarang. Maka harus kita lawan dan kita harus menjaga Surabaya bersama-sama," kata Eri, Selasa (21/10).
Eri juga telah menginstruksikan Satpol PP Kota Surabaya untuk lebih aktif melakukan patroli pencegahan. Satpol PP, kata dia, punya tim khusus yang rutin berpatroli bersama kepolisian.
"Kita akan kuatkan Satpol PP, meningkatkan patroli bersama jajaran Polrestabes Surabaya. Tapi yang paling penting adalah pengawasan secara menyeluruh, maka pengawasan ini akan lebih kuat dan cepat jika ada keterlibatan aktif dari masyarakat untuk melapor kepada pemkot maupun kepolisian," ucapnya.
Selain itu, sebagai langkah pencegahan, Eri juga segera memanggil pengelola penginapan, hotel maupun apartemen. Mereka akan dikumpulkan untuk memperkuat komitmen bersama agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
"Kita buat pakta integritas untuk memperkuat pengawasan karena Surabaya ini memang tidak lepas dari pelayanan jasa, maka kita perlu membuat komitmen dengan seluruh pemilik hotel. Kita akan datangi, lalu kita kumpulkan seluruh pemilik hotel. Semuanya, termasuk apartemen," ucapnya.
"Saya akan meminta untuk sama-sama memperkuat pengawasan. Kan nggak mungkin dalam satu kamar ada orang keluar masuk lebih dari tiga orang. Maka nanti akan kita buat semacam pakta integritas untuk menjaga keamanan," lanjutnya.
Politikus PDIP ini juga menyinggung soal pentingnya edukasi untuk anak-anak muda agar tidak terjerumus ke tindakan-tindakan yang melanggar norma. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan memaksimalkan Kampung Pancasila. Warga, terutama orang tua akan diberi pemahaman untuk sama-sama menjaga anak-anaknya.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga akan menyasar ke sekolah-sekolah. Semua pihak akan diajak untuk bersama-sama menjaga diri dalam pergaulan.
"Untuk yang SMA nanti kita akan berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Jatim. Intinya, kita jaga Surabaya bersama-sama," katanya
(frd/isn)