Gusti Kanjeng Ratu Maduretno, lahir dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurkamnari Dewi pada 12 April 1978, adalah putri ketiga Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas.
Sejak kecil, ia dikenal dekat dengan sang ayah, sering menghabiskan waktu di Alun-Alun Utara Keraton, bermain layang-layang dan mengikuti aktivitas sehari-hari keluarga keraton yang sarat nilai budaya Jawa.
GKR Maduretno menempuh pendidikan di bidang Food and Beverages di Holmesglen Glen Waverly Campus, Melbourne, Australia. Selama studi, ia menunjukkan kemandirian dengan bekerja di restoran kampus, pengalaman yang membentuk pemahamannya tentang kuliner dan manajemen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kembali ke Yogyakarta, ia aktif dalam pengelolaan budaya keraton sebagai Penghageng II Kawedanan Hageng Punakawan Parasraya Budaya dan Penghageng Tepas Danartapura.
Selain tugas adat dan budaya, GKR Maduretno terlibat dalam kegiatan sosial, terutama perlindungan anak melalui LSM Rekso Dyah Utami. Pada 2008, ia menikah dengan Yun Prasetyo, yang diangkat menjadi Kanjeng Pangeran Haryo Purbodiningrat, mengikuti tradisi pernikahan keraton.
Gusti Kanjeng Ratu Hayu, yang lahir dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurabra Juwita pada 24 Desember 1983, merupakan putri keempat dari pasangan Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas. Sejak kecil, ia dikenal dengan panggilan "Abra" dan tumbuh dalam lingkungan yang sarat akan tradisi Keraton Yogyakarta. Meskipun demikian, GKR Hayu menunjukkan minat yang mendalam pada dunia teknologi dan inovasi modern.
Pendidikan GKR Hayu dimulai di Yogyakarta, kemudian melanjutkan studi di luar negeri. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Jogja, ia melanjutkan pendidikannya di Brisbane Adventist College, Australia. Ia juga mengenyam pendidikan di berbagai negara, termasuk Singapura, Amerika Serikat, dan Inggris, yang membekalinya dengan pengalaman hidup mandiri jauh dari fasilitas keraton.
Pada 2013, GKR Hayu menikah dengan KPH Notonegoro (Angger Pribadi Wibowo), yang kemudian diberi gelar Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro. Pernikahan mereka berlangsung di Keraton Yogyakarta dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono . Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang putra, Raden Mas Manteyyo Kuncoro Suryonegoro, yang lahir pada 18 Agustus 2019.
Sebagai anggota keluarga keraton, GKR Hayu menjabat sebagai Penghageng di Kawedanan Hageng Tepas Tandha Yekti (TTY), yang bertanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan tradisi serta budaya Keraton Yogyakarta.
GKR Hayu sering dijuluki sebagai "putri keraton era milenial" karena kemampuannya menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan perkembangan teknologi. Melalui peranannya di keraton dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan sosial.
Gusti Kanjeng Ratu Bendara, lahir dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni pada 18 September 1986, merupakan putri bungsu dari pasangan Sri Sultan Hamengkubuwono X dan GKR Hemas.
Sejak kecil, GKR Bendara tumbuh dalam lingkungan keraton yang sarat dengan tradisi Jawa, membentuknya menjadi sosok yang menghargai nilai budaya dan kesederhanaan meskipun berada dalam posisi bangsawan.
GKR Bendara menempuh pendidikan formal di Yogyakarta sebelum melanjutkan studi internasional di International School of Singapore dan International Hospitality Management Institute di Swiss.
Pendidikan ini membekalinya dengan pengetahuan modern mengenai manajemen perhotelan dan budaya global, yang kemudian diaplikasikan dalam tugasnya di lingkungan keraton. Dengan bekal pendidikan tersebut, ia mampu memadukan tradisi dengan perkembangan modern dalam pengelolaan kegiatan keraton.
Selain pendidikan dan tugas keraton, GKR Bendara aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya. Ia menjabat sebagai Penghageng Nityabudaya, bertanggung jawab atas pengelolaan museum, kearsipan, dan pelestarian warisan budaya.
Salah satu inisiatifnya adalah pameran "Women Empowered to Craft Their Own Narratives" yang menyoroti peran perempuan dalam sejarah keraton, menegaskan komitmennya terhadap pelestarian budaya dan pemberdayaan perempuan.
Pada 18 Oktober 2011, GKR Bendara menikah dengan Achmad Ubaidillah, yang diangkat menjadi Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara. Pernikahan ini mencerminkan keterbukaan Keraton Yogyakarta terhadap perubahan dan modernisasi.
(fra/fam/fra)