Pengamat politik sekaligus dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang Cusdiawan menyatakan dari persepsi publik, tidak diberhentikannya secara permanen kelima anggota DPR ini bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap DPR dan partai politik.
Ia berpendapat putusan ini bisa membuat publik menilai bahwa DPR dan parpol tidak serius menyikapi tuntutan publik.
"Dan sebelumnya hanya gimik politik saja untuk meredakan emosi publik yang pada beberapa bulan lalu bergejolak secara masif dengan adanya demonstrasi di berbagai daerah," ucap Cus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cus pun menekankan bahwa kejadian ini sudah seharusnya menjadi alarm dan pembelajaran berharga bagi para elite termasuk anggota DPR untuk berhati-hati dalam menyikapi keresahan publik.
Ia menekankan bahwa sebagai pejabat publik, mereka harus senantiasa menjunjung etika publik sebagai keutamaan dalam menjabat.
"Salah satu poin penting dalam etika publik adalah memiliki kepekaan dan empati terhadap permasalahan yang tengah dialami masyarakat secara luas serta tidak meremehkan suara dari publik itu sendiri," ucapnya.
Cus menyatakan jika para elite dan pejabat merespons suara publik dengan menunjukkan arogansi, membuat gestur politik yang minim empati di tengah kompleksitas permasalahan masyarakat, maka hanya akan berpotensi jadi 'bom waktu'.
Ia pun menyatakan ke depannya DPR harus berbenah, para anggotanya harus bekerja lebih ekstra lagi untuk menunjukkan kinerja mereka kepada publik.
"Terlebih lagi DPR dan parpol adalah dua lembaga dengan tingkat kepercayaan publik yang paling rendah. Paling utama lagi, para anggota dewan yang tidak jadi diberhentikan kemarin, maka harus bisa memaksimalkan kesempatan ini dengan baik," ujar dia.