Pemimpin Cerita Awal Mula Suku Anak Dalam Tersangkut Penculikan Bilqis

CNN Indonesia
Sabtu, 15 Nov 2025 10:26 WIB
Pemimpin kelompok Suku Anak Dalam atau orang rimba Tumenggung Joni menyebut kelompoknya sejak awal hanya berniat menolong karena kasihan pada Bilqis.
Tumenggung Joni, pemimpin kelompok Orang Rimba di Desa Mentawak, Merangin, duduk di atas sudung yang berada di samping rumahnya. (Dimas Sanjaya/Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin kelompok Suku Anak Dalam atau orang rimba Tumenggung Joni menceritakan awal mula kelompoknya tersangkut dalam kasus penculikan anak balita asal Makassar, Bilqis. Salah satu keluarga Suku Anak Dalam diketahui mengasuh Bilqis selama diculik dan membayar Rp85 juta pada orang yang memberikannya.

Joni mengatakan mulanya orang yang diduga penculik Bilqis datang ke Suku Anak Dalam dan menyebut balita berusia 4 tahun itu tak dirawat oleh orang tuanya karena permasalahan ekonomi.

Joni menyebut saat itu mereka berniat menolong anak tersebut tanpa pernah ada niat untuk menculik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Niatnya menolong dan kasihan dengan anak itu," kata Joni seperti dikutip dari Detik, Sabtu (15/11).

Orang yang datang ke Suku Anak Dalam bernama Merry Ana. Ia mendatangi pasangan Begendang dan Nerikai dari kelompok Temenggung Sikar pada Selasa (4/11) lalu.

 Saat itu Merry menyebut Bilqis sebagai anak terlantar dari keluarga miskin sehingga meminta Begendang dan Nerikai merawatnya.

Joni menyebut saat itu Merry membawa secarik kertas pernyataan. Namun, warga yang disodori kertas itu tak bisa membaca, sehingga percaya saja dengan cerita Merry.

Selain meminta merawat Bilqis, Merry juga meminta semacam uang pengganti sebesar Rp85 juta kepada pasangan tersebut karena selama ini dirinya sudah merawat Bolqis. 

"Kami lama mengurus Bilqis. Kami juga berat, dari pada terlantar kalau ada yang mau mengurus, biaya kami la habis Rp85 juta, kata Joni menirukan pernyataan Merry saat menyerahkan Bilqis.

Pasangan Begendang dan Nerikai kemudian setuju dan merawat Bilqis. Ia kemudian merawatnya meski sudah punya lima anak.

Kasus ini kemudian terungkap. Bilqis Ramadhani (4,5) pertama kali dikabarkan hilang saat bermain di Taman Pakui, Makassar, Sulawesi Selatan, ketika ayahnya tengah berolahraga tenis, Minggu (2/11).

Bilqis rupanya diculik dan dijual hingga berpindah-pindah tangan. Anak yang masih belia itu sempat dijual Rp3 juta ke seorang perempuan dari Jakarta, lalu dijual lagi ke orang berbeda Rp30 juta di Jambi. Ia akhirnya dijual lagi dengan harga Rp80 juta ke Suku Anak Dalam.

Polisi telah menangkap SY (30), perempuan yang membawa Bilqis dari Makassar ke Jakarta setelah membayar Rp3 juta. Seseorang dari Jakarta berinisial NH (29) kemudian tertarik untuk membelinya.

Korban penipuan

Sementara itu Kuasa hukum masyarakat Suku Anak Dalam, Jambi, Wahida Baharuddin Upa, menduga kliennya menjadi korban sindikat perdagangan anak dalam kasus penculikan Bilqis (4).

Wahida menyebut sejak awal hanya berniat mengadopsi. Karenanya, menurut dia, hukuman berat mestinya diberikan kepada penculik Bilqis.

"Dia pikir mungkin ini adalah cara yang sudah sesuai dengan prosedur hukum. Sebenarnya yang patut dihukum adalah tentu adalah pelaku pertama," kata Wahida usai audiensi di Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR, Rabu (12/11).

Namun, hingga saat ini, Wahida mengaku belum dapat memastikan apakah Suku Anak Dalam merupakan pihak yang mengadopsi Bilqis. Dia mengaku masih menunggu keterangan dari aparat kepolisian.

Wahid menjelaskan, Suku Anak Dalam, Jambi umumnya memiliki anak. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang memiliki banyak anak.

Baca beritanya lengkapnya di sini.

(mnf/sur)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER