Nusron Wahid soal Kemelut PBNU: Semoga Allah Melindungi Kita Semua
Mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nusron Wahid berharap konflik internal di tubuh PBNU dapat diselesaikan secara baik-baik.
"Kita doakan, semoga Allah melindungi kita semua. Dan kita doakan, semoga badai pasti berlalu. Sudah itu saja," ujar Nusron singkat, usai menghadiri di acara Munas Masyarakat Ahli Survei Kadaster Indonesia (Maski) di Sanur, Kota Denpasar, Bali, Selasa (25/11) malam.
Nusron yang kini menjabat Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), adalah salah satu tokoh NU.
Dia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PBNU kurun 2022-2024.
Konflik internal di tubuh PBNU berawal dari desakan agar Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, melepaskan jabatannya.
Permintaan itu merupakan hasil rapat pengurus harian syuriyah yang tertulis di dalam risalah rapat.
Dalam risalah tertulis bahwa Gus Yahya harus mundur dari Ketum PBNU dalam waktu tiga hari sejak diterimanya risalah itu. Jika dalam tenggat itu tidak mengundurkan diri, Syuriyah akan memberhentikannya.
Risalah itu ditandatangani Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, diputuskan dalam rapat yang dihadiri 37 Pengurus Harian Syuriyah di Hotel Aston City Jakarta, 20 November 2025.
"Musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam memutuskan: KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU," tulis poin keputusan dalam risalah tersebut.
"Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," lanjutnya.
Desakan mundur dilatari sejumlah hal, mulai dari polemik mengundang narasumber pro zionisme hingga soal tata kelola keuangan.
Gus Yahya telah menegaskan tidak akan mundur dari jabatannya. Dia akan bertahan sesuai amanat yang diberikan hingga masa khidmat 2027.