Jaringan telekomunikasi hingga Rabu (3/12) masih lambat di Aceh. Bahkan di sejumlah daerah yang terkena banjir longsor, warga masih tidak dapat mengakses sinyal sama sekali. Hal tersebut berdampak pada relawan yang kesulitan bekerja membantu korban.
Juru Bicara posko satgas penanganan bencana Aceh, Murthalamuddin mengakui bahwa jaringan telekomunikasi masih hambat kinerja relawan di lapangan. Hal itu kata dia disebabkan banyaknya BTS yang tumbang hingga pasokan listrik yang minim.
"Kita kesulitan untuk komunikasi dengan relawan hingga Pemkab di daerah yang terisolir. Sehingga kita kesulitan untuk mengecek di mana saja yang masih terisolir dan belum dapat bantuan," kata Murthalamuddin saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Rabu (3/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun kata dia sejumlah alat pemancar sinyal seperti Starlink sudah di sebar di berbagai lokasi pengungsian dan daerah, tetapi masih terkendala dengan BBM untuk kebutuhan mesin genset.
"Listrik minim, pasokan BBM belum sampai kesana jadi genset tidak bisa digunakan. Namun kita tetap salurkan logistik, evakuasi warga dan penanganan cepat lainnya," katanya.
Sebelumnya Menteri Komunikasi dan digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen menara pemancar operator seluler di Aceh masih mati.
Ini menjadikan Aceh sebagai wilayah dengan pemulihan sinyal paling lambat, dibandingkan dengan Sumatra Barat dan Sumatra Utara. Ia mengatakan pemadaman listrik yang meluas menjadi hambatan utama pemulihan jaringan.
"Untuk Aceh, kendala listrik masih menyebabkan sekitar 60 persen menara tidak beroperasi," ujar Meutya usai memimpin rapat koordinasi di Medan, Senin (1/12), dalam keterangan resminya.
Menurut data Komdigi, dari total 2.804 menara yang terdampak di tiga provinsi, Aceh menyubang jumlah terbanyak terdiri dari 1.969 menara.
Pemerintah menargetkan pemulihan sinyal di Aceh akan meningkat signifikan empat hari ke depan, seiring pemulihan kelistrikan oleh PLN.
TNI juga dikerahkan untuk mempercepat distribusi material perbaikan ke lokasi yang sulit di jangkau. Di sisi lain pemulihan di Sumbar dan Sumut berjalan lebih cepat, dengan tingkat operasi masing-masing 95 persen dan 90 persen.