Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan sebanyak 50,4 juta masyarakat Indonesia telah menerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terbesar di 38 provinsi, di 509 kabupaten, di 7.022 kecamatan.
Dadan menerangkan target penerima manfaat untuk program MBG sebanyak 82,9 juta masyarakat dan hingga saat ini telah terbentuk 17.817 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
"Target penerima manfaat untuk program ini secara umum 82,9 juta. Dan Alhamdulillah sampai hari ini sudah terbentuk 17.817 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi," ujar Dadan di CNN Indonesia Leadership Forum - Makan Bergizi Hak Anak Indonesia, Kamis (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadan menuturkan target penerima manfaat program MBG ialah ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, kemudian seluruh anak sekolah dari Paud sampai SMA. Adapun termasuk santri dan sekolah keagamaan lainnya.
"Ini penting kita lakukan, ada dua titik penting dalam kehidupan. Di mana titik penting pertama adalah seribu kali, seribu hari kehidupan. Oleh sebab itu kita sisir ibu hamil, ibu menyusui, anak balita. Itu untuk mencegah stunting dan menghasilkan perkembangan otak yang maksimal sehingga lahir dengan kecerdasan di atas rata-rata," ujar Dadan.
Ia mengatakan intervensi gizi tidak hanya penting dalam seribu hari pertama tetapi juga pada fase pertumbuhan anak usia delapan hingga 18 tahun untuk mendukung pertumbuhan fisik yang optimal.
"Dan oleh sebab itu program ini diharapkan bisa menghasilkan generasi Indonesia mendatang yang pintar karena seribu hari pertamanya kita intervensi," ucap Dadan.
Selanjutnya, Dadan mengungkap program MBG dikemas dalam sebuah ekosistem layanan yang dijalankan melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang di mana setiap satuan layanan tersebut melayani hingga 3.000 orang.
"Nah kemudian program Makan Bergizi dikemas dalam sebuah ekosistem dimana pelaksanaannya dilakukan dalam satuan pelayanan pemenuhan gizi. Di mana satu-satuan pelayanan kemudian melayani antara 2.000 sampai 3.000 orang," ujarnya.
Ia menjelaskan satuan layanan tersebut ditempatkan di tengah-tengah komunitas dengan radius pengantaran maksimal 30 menit. Jarak layanan tersebut sekitar enam kilometer di wilayah pedesaan dan empat kilometer di kawasan perkotaan.
"Dan kita juga intervensi daerah-daerah terpencil yang terisolasi, yang tidak bisa diantarkan 30 menit dari daerah sekitarnya," ujarnya.
"Sehingga kita bangun juga SPPG terpencil, meskipun di sana mungkin yang dilayani hanya 200-300, tapi kita akan hadir di sana," kata Dadan menambahkan.
(nat/har)