Pemain dan mantan pemain sepakbola Amerika Serikat membuat petisi menggugat FIFA lantaran dianggap tak becus menangangi kasus cedera kepala saat pertandingan.
Selain FIFA, gugatan juga ditujukan kepada Persatuan Sepak bola Muda Amerika Serikat, Persatuan Sepak bola Muda Amerika, dan lainnya. Mereka dinilai gagal membuat peraturan yang efektif terkait cedera kepala para pemain.
Wanita dan anak-anak berada pada posisi paling rentan hingga tingkat trauma dan kerusakan otak jangka panjang. Petisi ini tidak menginginkan ganti rugi, namun mendesak adanya perubahan yang telah diusulkan lebih dari satu dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, telah diselenggarakan empat kali konferensi internasional tentang cedera kepala. Konferensi pertama digelar di Wina (2001), Praha (2004), Zurich (2008), dan Zurich (2012).
Tiga konferensi terakhir telah memperbaharui pedoman permainan sepakbola yang baik dan benar. Termasuk di dalamnya tentang cedera kepala saat bertanding.
"Sederhana, namun FIFA telah gagal membuat kebijakan dan peraturan yang dibutuhkan untuk melindungi pesepakbola," ujar pengacara pemberi petisi, Steve Berman dalam suratnya kepada CNN Internasional, melalui firma Hagens Berman Sobol Shapiro LLP.
Berman mengatakan, hal ini dinilai sebagai kelalaian yang sangat luar biasa, mengingat FIFA aktif mengenalkan sepakbola kepada anak-anak.
“Padahal belum ada peraturan yang membatasi sundulan di pertandingan anak-anak, dan seringkali anak-anak menyundul bola sejak mereka berumur tiga tahun,” ujar Berman menambahkan.
Gugatan tersebut didaftarkan di California. Harapannya, pemain mendapat rekomendasi menjalani pemeriksaan gegar otak tiga kali setiap usai pertandingan. Juga adanya peraturan tentang batasan sundulan yang diizinkan bagi pemain di bawah usia 17 tahun.
Cedera Kepala dan Olahraga
Cedera kepala menjadi topik yang hangat dibicarakan di Amerika Serikat dan melibatkan beberapa olahraga umum. Sebut saja Liga Sepakbola Nasional (NFL), Liga Hokey Nasional, dan Asosiasi Alumni Atletik Nasional.
Pada 2013, NFL sepakat mengeluarkan dana sebesar US$ 765 juta terkait cedera kepala pemain. Dana tersebut untuk membiayai pemeriksaan medis, ganti rugi, penelitian medis untuk veteran NFL dan keluarganya, serta biaya tuntutan.
Saat ini, setiap pemain yang mengalami cedera otak saat pertandingan NFL akan dikeluarkan dari permainan. Namun, hal tersebut tidak diterapkan di sepakbiola.
Berdasarkan surat kabar terbaru dari FIFA, terdapat lima insiden cedera kepala yang terjadi di Piala Dunia di Brazil kemarin. Kejadian tersebut termasuk satu kejadian di final antara Jerman dan Argentina.
Gelandang Jerman Christoper Kramer dikeluarkan sementara dan mendapat perawatan medis. Kemudian ia kembali masuk ke lapangan, hingga digantikan lagi setelah terlihat keanehan di dirinya.
Menurut tim dokter Jerman, sebelumnya, Kramer tidak menunjukkan gejala gegar otak, hingga kemudian terlihat ada yang salah.
Respon FIFA
Dihubungi cnn.com, FIFA mengaku belum menerima dokumen apapun terkait gugatan tersebut.
FIFA mengklaim selalu menempatkan pencegahan dan pengobatan cedera kepala sebagai prioritas utama.
"Sejak 12 tahun lalu, FIFA menginisiasi diskusi yang mengacu membawa pada empat konsensus pertemuan dan mengeluarkan rekomendasi yang jelas,” ujar FIFA dikutip dari laman cnn.com.
Pada banyak kompetisi FIFA, seluruh tim dokter diberitahu terkait rekomendasi tersebut. Tim dokter dan staf pendukung tim yang kemudian memutuskan pemain mampu atau tidak untuk melanjutkan pertandingan.
Sebelum musim baru ini, penyelenggara Liga Inggris mengklaim mengenalkan peraturan baru mengenai cedera kepala.
Tertulis bahwa keputusan akhir terkait cedera kepala ada di tangan tenaga medis profesional yang hadir di setiap pertandingan.