Jakarta, CNN Indonesia -- "Tuhan
kan tidak pernah bilang menurunkan pemain-pemain berbakat hanya di kota-kota besar," demikian diucapkan pelatih tim nasional U-19 Indra Sjafri dalam berbagai kesempatan, sebagaimana dikutip dari buku
Semangat Membatu karya F.X. Rudy Gunawan dan Guntur Cahyo Utomo.
Prinsip yang dianut oleh pelatih inilah yang mendorongnya berkelana ke seluruh negeri untuk mendapatkan bakat-bakat terbaik di Indonesia.
Melalui metode
blusukan ke daerah-daerah terpencil, perjuangan Indra akhirnya berbuah manis setelah sukses membawa timnas U-19 meraih Piala AFF dan lolos ke putaran final Piala Asia 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak dipercaya melatih timnas U-19, pria yang dulunya berprofesi sebagai instruktur pelatih PSSI ini mengaku telah mengunjungi 34 daerah pelosok di seluruh Indonesia untuk menemukan pemain yang akan memperkuat Garuda Jaya.
Berawal di Hong Kong
Cikal bakal "Garuda Muda" sendiri berawal dari timnas Indonesia U-17 ketika menjuarai HKFA Turnamen Invitasi Sepakbola Muda di Hong Kong pada 2012.
Saat itu, tim yang juga diarsiteki Indra berhasil menjadi pemuncak klasemen akhir dalam turnamen yang digelar pada Januari 2012, setelah mencetak tiga kali kemenangan, yaitu 4-1 atas Makau, 1-0 atas Hong Kong, dan 3-1 atas Singapura.
Pada masa itu, Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan dianggap membuat kejutan di tengah minimnya persiapan pembentukan tim. Kabar baik ini juga hadir di tengah-tengah kondisi persepakbolaan Indonesia yang penuh karut marut karena kisruh dualisme pengurus PSSI.
Setahun kemudian, tim ini berubah wujud dari U-17 ke U-18 dengan mempertahankan Indra sebagai arsitek. Ada juga yang menyebutnya sebagai U-19. Di tangannya, timnas Indonesia U-18 berhasil mempertahankan gelar dalam turnamen HKFA, yang kali itu berlangsung pada Februari 2013.
Tim ini lalu dipersiapkan PSSI untuk mengikuti Piala AFF yang diselenggarakan di tanah air. Karena bermain di hadapan penonton sendiri, dan mengingat semua tim ASEAN di level junior memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda, tim asuhan Indra ditargetkan untuk menjadi juara.
Merancang Program SendiriMeski mengikuti target PSSI, Indra dan tim sebenarnya memiliki rancangan tersendiri. Sebagaimana dituliskan dalam
Semangat Membatu, berbekal kalender Asosiasi Sepakbola Asia (AFC), mereka mencoba memetakan target dan rancangan tiga tahun ke depan.
Mereka merencanakan perjalanan panang yang dimulai pada 2012 dan mencapai puncak pada 2015, yaitu ketika Piala Dunia U-20 digelar.
Tahun 2012 dicanangkan sebagai tahun pertama untuk mencari bakat, sementara tahun kedua untuk proses pembuatan dan pengujian kerangka tim dalam turnamen resmi yaitu Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala Asia U-19.
Tahun ketiga adalah tahun ujian terbesar, yaitu mencapai minimal titik empat besar di Asia yang berarti lolos ke Piala Dunia U-20.
Setelah berkali-kali melalui pembenahan, rancangan program pun dipresentasikan ke PSSI. Secara bulat, para petinggi federasi sepakbola Indonesia itu pun menyetujui seluruh kegiatan Indra. Artinya, mereka pun harus segera bergegas mencari bibit-bibit baru.
Tim Indra sendiri kala itu baru berisikan empat orang, yaitu Indra Sjafri, Nur Saelan, Jarot Supriadi, dan Guntur Utomo.
Langkah pertama adalah mengumpulkan kembali kerangka inti pemainyang juara di turnamem HKFA. Di tiap kota yang disinggahi, mereka lalu mengadakan tim-tim seusia demi mencari bakat.
Indra Sjafri pun blusukan untuk mencari pemain, dengan Yogyakarta menjadi kota pertama yang disinggahi. Pada pertengahan 2012, Indra dan timnya sudah mengantongi lebih dari 100 nama pemain yang dikumpulkan dari Sabang sampai Merauke.
Meski di tiap kota Indra mengadakan seleksi terbuka, proses menemukan setiap pemain berbeda-beda.
Misalnya saja Sahrul Kurniawan. Ia mendapatkan rekomendasi nama Sahrul dari seorang tukang ojek. Indra kemudian meminta sang tukang ojek untuk menyuruh Sahrul datang ke uji coba dengan Persiwangi Ngawi, Jawa Timur. Tak lupa ia memberi ongkos pada ojek Rp 10.000.
Ini berbeda dengan ketika ia mendapatkan Muchlis Hadi (penyerang), M. Fatchu Rochman (pemain belakang) dam Imam Hanafi (penjaga gawang).
Kala itu, cikal bakal tim bertanding melawan Persekap Pasuruan di Jawa Timur dalam uji coba pertama. Namun, di Pasuruan anak-anak asuh Indra harus menanggung malu karena kalah 3-1.
Namun ada "berkah" di balik kekalahan tersebut, yaitu ada tiga pemain muda Persekap yang tampil bagus dan mampu merepotkan tim Indra, yaitu Muchlis, Fatchu, dan Imam. Dua nama pertama akhirnya menjadi bagian dari tim yang juara Piala AFF U-19 dan lolos ke Piala Asia U-19.
Hingga Mei 2013, 68 pemain sudah dihimpun untuk mengikuti pelatnas (pemusatan pelatihan nasional) di Jakarta dan direncanakan akan diciutkan menjadi 35 pemain untuk pelatnas di Timika di bulan Juni.
Namun, secara mendadak, BTN PSSI menunda pelatnas karena sudah menugaskan Indra untuk memantau Indonesian Super League (ISL) U-21 tahun 2013.
Di bulan Juni, sambil berburu pemain di ISL U-21, Indra berhasil mendapatkan 105 pemain yang layak mengikuti Piala AFF U-19 dan babak kualifikasi Piala AFC U-19. Dari 105 pemain itu, sesuai kesepakatan dengan BTN PSSI, hanya 80 pemain yang akan mengikuti seleksi, termasuk para pemain seleksi "lulusan" turnamen HKFA.
Dalam perkembangannya, ke-80 pemain tadi diseleksi dalam dua gelombang pelatnas di Yogyakarta . Hasilnya, pada 1 Juli BTN PSSI mengumumka 35 pemain yang akan mengikuti masa persiapan.
Pada 27 Agustus 2013, Indra menyerahkan 20 dari 32 nama pemain kepada BTN PSSI, yang kemudian mengumumkan 20 pemain untuk Piala AFF U-19. Nama-nama itulah yang kemudian mencetak sejarah yaitu memboyong Piala AFF untuk pertama kalinya dalam sejarah sepakbola Indonesia.