Jakarta, CNN Indonesia -- Beban berat yang diletakkan di pundak tim nasional U-19 hadir bukan hanya karena prestasi yang diraih --menjadi satu-satunya tim yang menghadirkan Piala AFF baik di level senior maupun junior-- namun juga permainan cantik di atas lapangan.
Di kala sepakbola nasional seolah steril terhadap perkembangan taktik di dunia, tim ini mampu menampilkan beberapa strategi yang membuat mereka mendapat pujian, sekaligus dibebankan harapan. Bahwa sepakbola Indonesia juga mampu bersaing dengan tim-tim dunia lainnya dalam hal taktik.
Berikut beberapa hal yang dihadirkan Indra Sjafri di atas lapangan.
Setia Pada 4-3-3
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semenjak pertama kali hadir di Piala AFF, Indra Sjafri kerap menggunakan formasi ini sebagai tumpuan. Permainan dengan mengandalkan umpan-umpan pendek dan mengandalkan penguasaan bola menjadi ciri khas yang dihadirkan pelatih asal Sumatra Barat tersebut.
Mulai dari Piala AFF U-19, laga kualifikasi Piala Asia U-19, tur nusantara, hingga pada tur Spanyol, Indra selalu menggunakan strategi ini, meski sempat menghadirkan beberapa variasi.
Menurut lawan bermain timnas U-19, Valencia B, melalui rilis yang dikeluarkan pasca tur Spanyol, pelatih tim lawan mengakui bahwa timnas U-19 sudah memiliki identitas bermain sendiri. Menurut mereka, cara seperti ini paling cocok untuk Indonesia dan bisa dijadikan identitas tim senior.
Satu hal yang menjadikan taktik ini demikian populer di mata para penggemar di Indonesia adalah karena taktik 4-3-3 dengan mengandalkan penguasaan bola dan umpan-umpan pendek sukses diperagakan Barcelona dan tim nasional Spanyol untuk meraih berbagai gelar.
Karena itu, munculnya satu tim dari Indonesia yang seolah mampu mengadopsi gaya bermain tersebut membuat para pendukung melontarkan berbagai pujian.
Evan Dimas Sebagai Pusat PermainanBukan hanya strategi penguasaan bola, namun timnas juga mendulang pujian karena hadirnya sosok gelandang tengah ideal seperti Evan Dimas Darmono.
Ditempatkan untuk mengatur permainan, pemain kelahiran 1995 ini tak hanya lihai dalam mengatur aliran bola dan juga ritme permainan namun juga memiliki kemampuan untuk membobol gawang.
Satu kemampuan yang ia miliki adalah pengambilan keputusan yang baik. Ketika menyerang, Evan tahu saat tepat untuk tetap tinggal di area tengah untuk menjaga bola, atau saat untuk menusuk ke kotak penalti untuk menyambar umpan silang atau bola-bola muntah.
Meski demikian, Evan Dimas juga bisa menjadi kelemahan. Memiliki peran penting di lapangan tengah berarti ia akan mendapatkan penjagaan ketat dari lawan. Jika saja pergerakan Evan bisa dimatikan, maka aliran bola Indonesia pun bisa saja menjadi mandek.
Mengandalkan Duet Lini SayapMeski mengandalkan permainan umpan-umpan pendek, timnas U-19 juga memiliki duet sayap yang tajam dalam diri Maldini Pali dan Ilham Udin. Jika lini tengah diandalkan untuk mendapatkan penguasaan bola, untuk menembus lini pertahanan lawan Indra Sjafri biasa menggunakan duet sayap tersebut.
Dalam skema penyerangan Indra, Maldini-Ilham Udin biasa bergerak hingga ke mendekati garis lapangan dan memberikan umpan tarik (umpan silang mendatar kepada pemain yang berposisi lebih di belakang) pada striker atau gelandang yang berada di kotak penalti.
Keunggulan lain dari Maldini dan Ilham Udin adalah keduanya bisa bertukar posisi, ketika Indra membutuhkan alternatif serangan. Berperan sebagai sayap kanan, Maldini beberapa kali pernah ditempatkan di kiri untuk menjadi inverted winger yang menusuk kotak penalti dan melakukan tembakan.
Paulo Sitanggang Ketika buntu menghadapi serangan lawan, Indra sering kali memasukkan Paulo Sitanggang ke lini tengah. Pemain yang berperan sebagai gelandang dari kotak-ke-kotak (box to box) ini memberikan opsi serang baru yaitu memberikan umpan-umpan terobosan dari lini tengah.
Selain itu, ketika lawan kehabisan energi jelang akhir pertandingan, Paulo dengan kecepatan dan kekuatan fisiknya akan menyuntikkan tenaga baru bagi Garuda Jaya untuk menyerang dan mengobrak-abrik area pertahanan lawan.
Rentan Pada Tekanan LawanSatu kelemahan pada tim Indra Sjafri adalah ketika lawan melakukan tekanan/pressing ketat. Misalnya saja yang terjadi ketika berhadapan dengan Vietnam U-19 pada Piala AFF U-19, melawan Korea Selatan pada kualifikasi Piala Asia, juga ketika berhadapan dengan Myanmar U-19 saat laga uji coba.
Ketika itu, tim lawan memberikan tekanan dengan cara menginstruksikan dua sampai tiga pemain untuk menutup pergerakan pemain timnas yang membawa bola.
Hasilnya Indonesia pun direpotkan dan gagal meraih kemenangan pada tiga laga tersebut. Melawan Vietnam, Indonesia sempat kalah pada fase grup dan hanya mampu menang lewat adu penalti pada partai final. Sementara saat melawan Myanmar Indonesia hanya mampu mencatatkan hasil imbang.