Beograd, CNN Indonesia -- Petinggi federasi sepak bola Serbia (FSS) menyalahkan Albania atas terjadinya insiden kerusuhan yang menyebabkan laga kualifikasi Piala Eropa 2016 antar kedua negara tertunda. Sementara itu, Albania menyalahkan UEFA yang menempatkan kedua negara dalam satu grup.
Pertandingan yang diliputi tensi politik tinggi antar keduanya dihentikan pada babak pertama ketika bendera Albania Raya diterbangkan di atas lapangan dengan menggunakan pesawat
quad copter.
Pemain belakang Serbia, Stefan Mitrovic, menangkap bendera tersebut, namun ia kemudian diserang para pemain Albania. Penonton memperparah peristiwa itu dengan turun ke lapangan dan memukuli pemain Albania.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini pengalihan berbau politik yang telah direncakanan dengan matang. Inilah yang faktor kunci yang menyebabkan pertandingan dibatalkan," demikian bunyi pernyataan FSS pada Rabu (15/10).
"Mitrovic hanya ingin mengamankan bendera tersebut sehingga pertandingan bisa dilanjutkan. Namun, para pemain Albania menyerangnya. Kami juga ingin menekankan bahwa para pendukung Serbia tidak pernah sekali pun menunjukkan bendera yang bernada menghina."
FSS juga menuduh para pemain dan pengurus tim Albania menjadi bagian dari suatu rencana yang tujuan utamanya adalah membatalkan pertandingan.
"Selain itu, tindakan para penduduk Albania yang berseru di media sosial tentang suksesnya menyeludupkan pesawat kendali ke dalam lapangan juga berbau skandal.
"Hal itu tidak hanya menghina FSS dan masyarakat Serbia, tapi juga, berani kami bilang, UEFA"
"Meski demikian, tidak ada pembelaan untuk para penonton (Serbia) yang menyerbu lapangan. Setelah kami meninjau ulang rekaman video, kami memutuskan akan menghukum mereka."
Albania Salahkan UEFAPada pertandingan itu, pemain Albania harus menyelamatkan diri ke terowongan menuju ruang ganti karena serangan penonton. Para suporter Serbia yang berada di tribun juga menyalakan kembang api.
Pada pendukung Albania sendiri dilarang untuk datang ke stadion.
Setelah pertandingan tertunda selama setengah jam, wasit Martin Atkinson lalu menghentikan pertandingan yang masih berkedudukan 0-0 hingga menit ke-41 tersebut.
Pemain sayap Albania, Armando Vajushi, yang berada di bangku cadangan pada saat insiden berlangung, berkata pada media Bulgaria pada Rabu: "Ketika itu seperti perang. Anda tidak bisa memainkan pertandingan sepakbola dengan suasana stadion seperti di Beograd."
"Seluruh stadion dipenuhi oleh pendukung Serbia, sementara kami hanya memiliki sekitar 50 orang di tribun VIP."
"Saya tidak dapat memastikan jika pendukung kami yang menerbangkan bendera tersebut. Para pendukung (Serbia) menyerbu lapangan dan mulai memukuli kami. Lalu kami berlari ke terowongan, namun tidak ada yang melindungi."
"Bahkan para polisi memukuli kami!"
"Tepat sebelum memasuki terowongan, saya dipukul oleh tongkat polisi. Ia mengenai lutut saya, namun tidak parah."
Pemain klub Litex berusia 22 tahun itu juga mengkritisi UEFA dan berkata bahwa federasi tertinggi sepak bola Eropa tersebut bisa menghindari terjadinya insiden dengan tidak menempatkan Serbia dan Albania pada yang grup sama.
"Mereka seharusnya tidak pernah mengizinkan hal itu terjadi. Sekarang mereka harus menghadiahi kami tiga poin."
Peristiwa ini semakin memperparah hubungan antara Serbia dan Albania, yang mencapai titik terburuk pada perang Kosovo pada awal 1990-an. Mayoritas penduduk area yang dulunya bagian dari negara Serbia tersebut, adalah etnis Albania.