London, CNN Indonesia -- Dalam perjalanan kariernya yang baru berjalan singkat, petenis berusia 24 tahun Kei Nishikori telah menciptakan kebiasaan untuk mengagetkan dunia. Setelah menjadi petenis Asia pertama yang mampu menembus partai final Amerika Serikat Terbuka, pada Minggu (9/11) ia menjalani debut mencengangkan di partai pembuka tur ATP Final.
Pada laga pembuka di turnamen penutup tahun, ia menang dua set langsung dari Andy Murray dengan skor 6-4 6-4. Ini adalah kemenangan pertama Nishikori dalam empat pertemuan melawan petenis Skolandia tersebut.
Jika ia mampu meningkatkan standar permainannya melawan Roger Federer dan debutan Final ATP lain, Milos Raonic, maka ia bisa saja menjadi calon juara pada turnamen penutup tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah tujuan saya," kata petenis yang berbasis di Florida tersebut kepada wartawan. "Namun perjalanan ke final untuk memenangkan turnamen ini masih panjang."
Melawan Murray, Nishikori yang menjadi petenis Asia dengan peringkat tertinggi sepanjang sejarah ini menunjukkan bahwa keberhasilannya menembus partai final AS Terbuka bukan kebetulan.
Di dalam negeri, petenis Jepang ini diidentikan dengan Proyek 45 - misi untuk membuatnya sebagai petenis jepang dengan ranking dunia tertinggi, melebihi peringkat 45 yang diraih Shuzo Matsuoka pada 1992.
Menargetkannya menjadi petenis nomor satu dunia sebagai proyek baru tampaknya tidak terlalu mengada-ada.
Di bawah asuhan mantan juara Perancis Terbuka, Michael Chang, Nishikori sendiri sekarang tampak mematikan.
Ia memang bukan yang tertinggi atau yang paling kuat di antara sepuluh petenis papan atas dunia. Namun, hanya sedikit petenis yang bisa menyamai intensitas dan agresifitasnya.
Pada tiga pertemuan sebelumnya, Murray dengan mudah menundukkan Nishikori. Namun di hadapan O2 Arena yang terisi penuh, petenis peringkat tiga dunia itu selalu kalah cepat dan kalah pintar dari Nishikori.
Meski dengan tampilan fisik yang ramping, rataan kecepatan pukulan
groundstroke Nishikori bisa mencapai 75 mph, atau 10 mph lebih cepat ketimbang Murray. Bahkan, pada set pertama, ia sempat membalas servis kedua Murray dengan pukulan
forehand yang kecepatannya tercatat 110 mph.
Hanya sedikit yang bisa Murray lakukan untuk menghadapi Nishikori. Meski ia sempat menyamakan kedudukan dari 1-4 menjadi 4-4 pada set kedua, ia tak mampu untuk menghadang laju Nishikori.
"Saya kira ia tidak melakukan perubahan besar pada teknik atau cara memukulnya, namun ia bermain lebih percaya diri," kata Murray pada wartawan. "Karenanya ia bisa memanfaatkan peluang dan bermain lebih agresif."
"Ia selalu menjadi lawan yang sulit dikalahkan, karena ia mampu mengejar bola dengan cepat. Ia bisa mengubah arah bola.
"Ia memiliki talenta besar dan dengan kepercayaan diri tambahan, ia menjadi lebih konsisten sepanjang pertandingan."
Kepercayaan diri itu timbul dari hasil baik yang ia peroleh ketika bermain melawan petenis papan atas dunia. Di New York ia mengalahkan Novak Djokovic di semifinal, sementara di Miami ia mengalahkan Roger Federer.
Pada turnamen Madrid Masters, Nishikori pun sempat unggul dari Rafa Nadal namun mantan petenis nomor satu dunia itu undur diri karena cedera.
Nishikori sendiri bertutur bahwa ia membutuhkan waktu lama untuk menghilangkan rasa sungkannya kepada para senior di lapangan.
Namun, sebagaimana dialami Murray, Nishikori kini telah berubah.
"Pertama kali saya berjumpa dengan Roger, saya tidak bisa bermain karena saya terlalu menghormatinya," kata Nishikori pada sesi jumpa wartawan yang dipenuhi media dari Jepang.
"Kala itu saya bukan mengincar kemenangan. Saya hanya bahagia bisa bermain tenis melawan idola saya. Itu satu dari beberapa masalah saya."
"Namuns saya telah menjadi lebih kuat secara mental. Saya tak lagi berpikir tidak mungkin mengalahkan mereka, karena saya telah menundukkan sepuluh petenis papan atas dunia."