Swiss, CNN Indonesia -- Kasus suap di tubuh Federasi Sepak Bola Internasional tidak baru kali terdengar. Di awal penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, hal ini sudah sempat mencuat.
Mantan staf urusan media FIFA Phaedra Almajid pernah mengungkap adanya suap terkait penunjukan tuan rumah gelaran olahraga internasional itu.
Almajid mengatakan bahwa anggota komite Issa Hayatou, Jacques Anouma, dan Amos Adamu menerima suap sebesar US$1,5 juta untuk memilih Qatar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama kemudian, tuduhan tersebut ia cabut. Almajid mengaku hanya membalas dendam lantaran kehilangan pekerjaannya. Namun, fakta yang terungkap dalam laporan FIFA justru seperti membenarkan pengakuan Almajid.
Belakangan, Almajid pun menyatakan komentarnya. "Jika berlawanan dengan FIFA, bersiaplah ditekan berkali-kali," katanya seperti ditulis Telegraph.
"Bersiaplah menderita. Bersiaplah tak lagi merasa aman. Dan yang paling menyakitkan adalah bersiaplah untuk dikhianati siapapun yang berjanji melindungimu."
Ia mengaku mendapat tekanan pasca-pengakuannya terkait suap FIFA pada 2011 lalu.
"Saya hanya seorang ibu yang berhadapan dengan negara-negara kaya di dunia."
Dugaan suap di tubuh FIFA terungkap setelah seorang pengacara asal Amerika Serikat, Michael Garcia, untuk melakukan penyelidikan independen pada pihak-pihak terkait proses pemilihan tuan rumah Piala Dunia tersebut.
Selama 18 bulan, Garcia melakukan investigasi dengan memberikan janji kepada narasumber bahwa nama mereka tidak akan diungkap ke publik jika mereka mau memberikan bukti.
Sebelum Piala Dunia 2014 di Brasil dimulai pada Juni lalu, Garcia menyerahkan laporannya kepada Komite Eksekutif dan Komite Etik FIFA.
Satu minggu sebelum Garcia menyerahkan laporan, satu sumber yang tidak mau disebutkan namanya, mengirimkan ribuan bukti melalui surat elektronik kepada media Inggris, The Sunday Times, tentang adanya praktek penyuapan dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia yang terkait mantan wakil presiden FIFA asal Qatar, Mohammed Bin Hammam.
Garcia sendiri berkata bahwa bukti-bukti tersebut terlambat dikirimkan dan tidak dimasukkan ke dalam laporan yang ia serahkan kepada FIFA.
Semenjak Piala Dunia usai, muncul kontroversi tentang laporan Garcia tersebut. Beberapa pihak, seperti Michel Platini dan Franz Beckenbauer, meminta laporan dipublikasikan secara utuh.
Sementara itu, Sepp Blatter dan beberapa petinggi FIFA lainnya mengatakan bahwa laporan tidak mungkin disebarluaskan untuk menjamin kerahasiaan dan keamanan para sumber yang namanya tertulis dalam laporan.
Pada Kamis (13/11), Komite Etik FIFA menyampaikan kesimpulan setebal 42 halaman yang diintisarikan dari laporan Garcia yang setebal 430 halaman. Kesimpulan FIFA sendiri menyatakan bahwa baik Qatar dan Rusia tidak bersalah dan dibebaskan dari tuduhan suap.
Intisari yang diberikan FIFA menyatakan bahwa negara Timur Tengah tersebut terbebas dari segala tuduhan, meski beberapa individu bisa terkena hukuman karena melakukan hal yang tidak etis.
Namun, satu jam setelah intisari laporan dibeberkan FIFA kepada publik, Garcia dengan marah berkata bahwa FIFA melakukan interpretasi yang salah terhadap laporannya.