Berlin, CNN Indonesia -- Sebuah media asal Jerman,
Die Welt, pada Minggu (28/12) menulis berita dengan judul 'Tahun yang Buruk Bagi Bos AirAsia', untuk menyoroti pelbagai permasalahan yang sedang dialami Tony Fernades.
Dalam paragrafnya,
Die Welt menulis: "Hilangnya pesawat Airbus seakan menandai berakhirnya masa kejayaan pengusaha asal Asia itu."
Ditulis
Die Walt, tahun ini pengusaha yang diberi gelar kehormatan oleh pemerintah Prancis itu memang banyak mengalami "kehilangan".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim balap Formula 1-nya, Caterham, baru saja melewati masa-masa penuh permasalahan ketika terlilit hutang dan akhirnya dilego oleh Fernandes.
Lalu, terjadi kisruh setelah Fernandes menjual tim balapannya itu kepada perusahaan dari Rumania, Engavest pada Juni 2014.
Menurut pihak Fernandes, Engavest tidak pernah menanggung kewajiban yaitu membayar hutang-hutang Caterham dan juga membayarkan gaji pegawai.
Sementara itu, Engavest menyatakan bahwa Tony Fernandes belum menyerahkan sahamnya sebagai pemilik tim Formula 1, sehingga pengusaha Malaysia ini masih tercatat sebagai pemilik Caterham dan harus bertanggung jawab pada semua aktivitas tim.
Masa depan Caterham di Formula 1 kembali dipertanyakan setelah Caterham Sports Limited dinyatakan bangkrut.
Tidak hanya gagal berlaga di GP Amerika Serikat dan Brasil pada musim balapan 2014, tim yang diperkuat oleh Will Stevens dan Kamui Kobayashi ini juga telah merumahkan 230 stafnya pada bulan Oktober.
Lalu, pihak Caterham Sports Limited menyerahkan kekuasaan tim pada firma akuntan Smith & Williamson yang akan mencari pemilik baru untuk Caterham dan mencari penyelesaian utang-utang mereka.
Krisis di QPRSementara itu, klub sepak bola Fernandes, Queen Park Rangers, baru saja menelan kekalahan atas Arsenal 2-1 dalam laga Boxing Day.
QPR pun saat ini masih tertahan di peringkat ke-15, hanya berselisih dua angka dari tim di peringkat 18, Crystal Palace, yang masuk ke dalam zona degradasi.
Kesebelasan yang dimiliki Fernandes tersebut harus berjuang sekuat tenaga untuk menghindari degradasi. Pasalnya, krisis finansial yang saat ini mendera klub akan bertambah parah, jika mereka tak mampu bertahan di Liga Primer Inggris.
Ketika pada musim 2012/2013 QPR turun kasta ke Divisi Championship, klub menanggung hutang hingga £65,4 juta akibat kehilangan sokongan dana hak siar televisi Liga Primer Inggris. Padahal klub harus menanggung gaji para bintang papan atas.
Jika hal sama terulang kembali, QPR pun terancam akan terkenal penalti peraturan finansial (
Financial Fair Play) sebesar £40 juta dan terancam terlempar dari tiga divisi teratas sepak bola Inggris.
Empati dari QPRKetika bertanding pada akhir pekan, Queens Park Rangers menunjukkan empati terhadap hilangnya pesawat AirAsia.
Sebelum pertandingan di hari Minggu yang berakhir imbang tanpa gol tersebut, seluruh pemain QPR dan Crystal Palace mengheningkan cipta di lapangan selama satu menit.
Mantan penyerang Liverpool, Robbie Fowler, juga memberikan doanya kepada penumpang pesawat AirAsia.
Dengan menggunakan akun Twitter resminya @robbie9fowler ia berujar, "Kabar buruk tentang penerbangan AirAsia. Doa dan pikiran saya untuk semuanya."
Musibah yang dialami AirAsia membuat saham AirAsia Berhard di Bursa Efek Kuala Lumpur turun 7,82 persen pada pembukaan perdagangan di hari Senin (29/12).
Namun dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Bandar Udara Internasional Juanda, Tony Fernandes secara tersirat mengaku tidak memperdulikan harga sahamnya.
"Fokus kami adalah untuk keluarga penumpang. Tidak ada yang lebih penting bagi kami selain menjaga keluarga penumpang. Kami akan bekerja sama dengan pemerintah dan berharap pesawat bisa ditemukan secepatnya," ujar Tony.
Pesawat AirAsia QZ 8501 yang membawa 155 penumpang dengan 7 kru saat ini masih dalam pencarian.
Allianz Global Corporate & Specialty UK (AGCS) juga telah menyatakan siap menanggung klaim asuransi insiden hilangnya pesawat Airbus A320-200 milik PT Indonesia AirAsia.