Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi pada Jumat (2/12) resmi mengumumkan nama-nama anggota Tim Sembilan yang akan mengevaluasi jalannya persepakbolaan nasional.
Dalam sesi jumpa wartawan yang berlangsung Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, pada Jumat (2/12), pertanyaan yang sering diajukan adalah tentang kompetensi para anggota Tim Sembilan dalam dunia sepak bola.
Dari sembilan anggota tim yang akan bertugas hingga Maret 2015 tersebut, hanya ada nama Ricky Yakobi yang merupakan mantan pemain dan juga mantan penggawa tim nasional Indonesia. Sementara itu, anggota lain memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Deputi Bidang V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot Dewa Broto, hal ini dirancang oleh pihak Kemenpora, yaitu anggota tim yang lintas profesi.
"Sepak bola bukan masalah menggiring bola saja. Para anggota tim ahli dalam masalah kebijakan publik."
Ia lalu memaparkan bahwa salah satu anggota tim adalah mantan dubes Swiss, Djoko Susilo. Hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi antara pemerintah dan otoritas tertinggi sepak bola dunia, FIFA, yang berkantor pusat di Zurich, Swiss. (
Baca Juga: Jokowi Restui Pembentukan Tim Sembilan)
Selain Djoko yang memiliki latar belakang diplomat, Tim Sembilan beranggotakan Budiarto Shambazy dengan latar belakang media, mantan ketua PPATK Yunus Husein, mantan deputi KPK Eko Tjiptadi, mantan Wakapolri Oegroseno, Guru Besar Fakultas Hukum UGM Nurhasan Ismail, sosiolog Imam B. Prasodjo, dan Deputi Bidang V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot Dewa Broto.
Mengenai keterlibatan dirinya dalam Tim Sembilan, Gatot berujar bahwa ia akan menjembatani visi Kemenpora dan juga visi dari Tim Sembilan sendiri. Meski demikian, dalam mekanisme pemilihan suara, Gatot tetap akan memiliki hak suara sebagaimana anggota tim lainnya.
Untuk mendukung Tim Sembilan, Kemenpora berujar bahwa mereka akan menugaskan tim kerja yang akan memberikan data-data terkait persepak bolaan nasional.
Sementara itu, menurut Imam Nahrawi, salah satu alasan untuk melibatkan lintas profesi adalah untuk mendapatkan dukungan dari aparat hukum.
"Vietnam bisa maju karena keterlibatan aparat hukum, sehingga ketika ada indikasi pidana tidak menunggu laporan, tapi langsung menghukum. Jadi tidak ada gajah lagi dan anaknya," kata Imam kepada wartawan.
(vws)