Ironi Status Wonderkid yang Membawa Kegagalan

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Selasa, 27 Jan 2015 18:48 WIB
Label wonderkid bisa membuat seorang pemain muda bangga, namun juga bisa memberi beban mental berlebih atau membuat seorang pemain lupa diri.
Martin Odegaard dijuluki sebagai wonderkid dan kini ia direkrut Real Madrid dan diberi gaji 80 ribu poundsterling per pekan. (Getty Images/Denis Doyle)
Jakarta, CNN Indonesia -- Atas nama investasi dan regenerasi para pemain, tidak jarang sebuah klub terjun di bursa transfer untuk mengincar pemain-pemain muda potensial yang diharapkan bersinar di masa depan.

Hal tersebut ini juga yang dilakukan Real Madrid, yang begitu bernafsu mendapatkan pemain berusia 16 tahun dari Norwegia, Martin Odegaard. Tak tanggung-tanggung, Los Galacticos pun rela memberikan sang bintang cilik gaji sebesar 80 ribu poundsterling.

Odegaard sendiri dapat dikatakan kasus yang spesial. Ia bukan hanya sekadar muda dan berbakat, namun bisa dikategorikan sebagai wonderkid. Banyak para pemain muda yang diincar oleh klub Eropa, namun mungkin hanya Odegaard yang pada usia 15 tahun mampu membuat 30 pencari bakat dari seluruh Eropa datang dan melihatnya bermain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi di dunia sepak bola status wonderkid sendiri bukan hanya milik Odegaard semata.

Seorang Lionel Messi sendiri pernah membuat mata dunia terbelalak ketika ia mencetak hattrick ke gawang Iker Casillas pada usia 17 tahun. Atau lihat bagaimana dunia begitu mengelu-elukan Michael Owen yang mampu mencetak gol indah ke gawang Argentina di usia 19 tahun.

Nama mereka dilambungkan tidak hanya oleh kemampuan mereka semata, tapi juga publik pecinta sepak bola yang bersemangat menyambut kedatangan seorang bocah ajaib.

Lagipula, siapa yang tidak senang mendengar kisah seorang 'bocah ajaib', atau menyukai potensi seorang pemain muda yang mungkin akan menyamai atau bahkan melebihi pesepakbola 'senior' lain yang telah lebih dulu meraih sukses di lapangan hijau?

Kesukaan mendengar cerita sukses pemain muda ini juga kini dipermudah dengan banyak video-video di Youtube yang menampilkan aksi para bintang muda yang berlabelkan wonderkid, hingga 'rating' yang sangat tinggi di gim seperti Football Manager.

Label Wonderkid dan 'Obral' Mimpi Sejak Dini

Banyak contoh para pemain muda yang dilabeli wonderkid setelah mereka berhasil berprestasi di berbagai kompetisi level junior, atau mampu menampilkan aksi-aksi individual menawan yang diunggah melalui Youtube ataupun situs lain.

Sebut saja nama Kerlon dari Brasil yang dikenal dengan aksi 'Seal Dribble' karena kebiasaan menggiring bola dengan menggunakan kepalanya.

Tidak dapat dipungkiri, Kerlon memiliki kemampuan individu dan teknik yang bagus, yang membuatnya dilirik oleh klub Italia, Inter Milan.

Namun di tengah ekspektasi, harapan, dan status sebagai wonderkid yang diberikan padanya sejak usia muda, Kerlon justru 'menghilang' di Inter, dan kini tidak memiliki klub di usia 27 tahun.

Padahal pemain yang dibesarkan oleh klub Brasil, Cruzeiro ini sempat menjadi pencetak gol terbanyak dan juga menggondol gelar pemain terbaik di Kejuaraan Sepakbola U-17 Amerika Selatan pada 2005 silam.

Hal ini tidak hanya terjadi pada Kerlon. Banyak pemain muda lainnya yang dilabeli wonderkid atau 'pemain bintang selanjutnya' yang justru akhirnya menjadi 'pemain gagal selanjutnya'.

Martin Odegaard menjadi pemain timnas Norwegia termuda dan juga pemain termuda di babak kualifikasi Piala Eropa. (Reuters/Andrea Comas)


Dihancurkan Arogansi

Tekanan besar yang dibebankan pada para remaja dengan status wonderkid pada kenyataannya lebih sering membuat mereka berkutat dengan kegagalan.

"Saya tidak dapat berjalan-jalan," ujar Bojan Krkic salah satu pemain dengan label wonderkid saat masih merumput bersama Barcelona. "Saya tidak dapat pergi ke pesta ulang tahun atau pergi ke bioskop."

Selain itu, status wonderkid juga tidak jarang membuat para pemain muda 'lupa daratan' sehingga mereka justru sibuk dengan ketenaran, dibandingkan dengan mengembangkan potensi di lapangan hijau.

"Saya merupakan bocah paling diinginkan di Inggris pada usia 14 tahun dan saya menjadi arogan," ujar Cherno Samba, pemain yang mungkin tidak pernah Anda dengar namanya, tetapi merupakan pemain muda dengan catatan 132 gol dari 32 pertandingan.

"Saya berpikir saya merupakan pemain terbaik di dunia dan tidak ada yang dapat berbicara dengan saya."

Namun 132 gol yang ia cetak pada usia 13 tahun tersebut tidak membawanya kemana-mana. Sempat diincar Liverpool, Samba pada akhirnya hanya bermain di klub-klub tidak terkenal dan kini di usia 29 tahun berstatus tanpa klub.

Kini Odegaard di Real Madrid boleh menjadi wonderkid paling sensasional. Akan tetapi, jika tidak belajar dari para 'wonderkid gagal' yang telah terlebih dahulu mengecap ketenaran --dan kegagalan, Madrid mungkin hanya membuang-buang uang mereka untuk seorang remaja berusia 16 tahun. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER