Ada Apa dengan Di Maria?

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2015 16:11 WIB
Pada 2015, penampilan Angel Di Maria semakin merosot sehingga ia kini tak lagi dipercayai untuk bermain selama sembilan puluh menit penuh.
Angel Di Maria hanya mencatatkan satu gol dan dua assist sepanjang 2015. (Reuters / Phil Noble)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 2014 lalu, sulit untuk memungkiri performa dan kualitas yang dimiliki oleh pemain Argentina, Angel Di Maria.

Dengan umpan-umpan akuratnya, pemain sayap asal Argentina tersebut menjadi satu di antara pemain kunci Real Madrid ketika mendapatkan gelar Liga Champions dan juga Piala Raja.

Di Maria sendiri tercatat sebagai pemberi assist terbanyak kedua di La Liga sepanjang 2014, meski periode Agustus-Desember ia jalani dalam balutan seragam Manchester United.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan total 14 assist, pemain berusia 27 tahun itu hanya kalah satu assist dibandingkan Lionel Messi, yang merupakan pemberi assist terbanyak di La Liga sepanjang 2014.

Sejak hijrah ke Inggris, kecemerlangan permainan Di Maria juga sebenarnya masih berlanjut. Terbukti, dari 10 pertandingan awalnya bersama United, ia mampu mencatatkan tiga gol dan enam assist.

Namun pasca pergantian tahun, nama Di Maria seakan tenggelam dibalik kisah kesuksesan masa lalu. Dari 12 pertandingan di berbagai kompetisi semenjak tahun baru, pemain yang mengenakan nomor punggung tujuh ini hanya mencetak satu gol dan dua assist.

Dalam tiga pertandingan terakhir, Di Maria juga tak lagi dipercaya oleh manajer Setan Merah, Louis van Gaal untuk tampil selama 90 menit. Saat Setan Merah meraih kemenangan 1-0 atas Newcastle United, Rabu (4/3), di Maria pun hanya bermain selama 57 menit.

Kepercayaan diri Di Maria juga tampak terganggu. Dalam laga tersebut, ia hanya mampu mencatatkan 64 persen operan sukses, 25 persen umpan sukses, dan hanya 33 persen sukses menggiring bola melewati lawan.



Selain itu, sebelum ditarik keluar oleh Van Gaal, Di Maria juga sebenarnya memiliki kesempatan untuk menguji penjaga gawang Newcastle, Tim Krul, andai ia tidak berlama-lama memegang bola dan memberikan kesempatan untuk Fabricio Coloccini membuang bola.

Sebuah kesempatan yang mungkin akan dieksekusi lebih baik oleh Di Maria saat ia masih berada di puncak permainannya.

Mitos Mengenai Adaptasi Pemain Baru

Baru didatangkan pada bursa transfer musim panas lalu, Di Maria merupakan salah satu muka baru yang hadir di Old Trafford.

Adaptasi dianggap menjadi biang kerok menurunnya permainan Di Maria, sama seperti ketika pemain-pemain baru belum langsung nyetel dengan klub anyar mereka.

"Saya telah menjelaskan bahwa ritme yang lebih tinggi di Liga Primer Inggris merupakan salah satu aspek penting (dalam kesulitan Di Maria beradaptasi)," ujar Van Gaal seperti dilansir dari situs resmi Setan Merah. "Dia (Di Maria) juga harus beradaptasi dengan kultur baru, lingkungan baru, dan itu tidaklah mudah."

"Hal ini juga berlaku bagi semua pemain yang kami datangkan. Musim pertama selalu menjadi sangat sulit."

Tidak ada yang salah dari ucapan Van Gaal, setiap pemain memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda, dan perbedaan kultur memang selalu menjadi hambatan bagi para pemain asing.

Namun bagaimana Van Gaal menjelaskan penampilan gemilang Di Maria di 10 pertandingan awal United?

Michael Cox, pengamat dan seorang penganalisis taktik, memberikan pendapatnya bahwa perpindahan posisi Di Maria menjadi salah satu jawabannya.

Menurut kolomnya di Four Four Two, di Real Madrid, Di Maria lebih sering difungsikan untuk berlari dari tengah lapangan untuk memanfaatkan kecepatan larinya. Sementara itu, di Man United, di Maria lebih sering ditempatkan di depan sehingga ia tak memiliki ruang untuk dieksploitasi.

Sementara itu, menurut jurnalis senior asal Inggris, Andy Brassell, ketika di Liga Spanyol, Di Maria lebih sering ditempatkan di tengah atau berada di area tengah karena Real Madrid di bawah Ancelotti sering bermain sempit dan tidak mengandalkan umpan silang. Dari posisi tersebut, Di Maria bisa melihat para penyerang di depannya untuk mengalirkan bola.

Sementara di Inggris, masih menurut Brassell, ia lebih sering ditempatkan sebagai penyerang di sayap kanan.

Angel Di Maria menjadi pemain andalan Argentina di Piala Dunia Brasil. (Reuters/Ivan Alvarad)


Bukan Satu-satunya

Di Maria sebenarnya bukan satu-satunya pemain Man United yang musim ini tampil di bawah performa terbaik. Sebut saja nama Radamel Falcao yang dulu merupakan salah satu penyerang mematikan di Eropa, kini tampak seperti penyerang 'kelas kedua'.

Bahkan, belum ada penggawa baru United yang bisa dikatakan benar-benar bersinar musim ini, mulai dari Marcos Rojo, Daley Blind, atau Luke Shaw, atau Ander Herrera. 

Tak bisa dimungkiri, keberhasilan United saat ini bercokol di peringkat keempat tidak lepas dari rentetan penampilan David De Gea di bawah mistar gawang, yang berkali-kali menyelamatkan mereka dari kekalahan.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di Old Trafford? Sulit untuk mempercayai bahwa Di Maria yang merupakan pemain yang tampil di final Piala Dunia, salah satu pemain terbaik di Liga Champions, kini kesulitan untuk tampil bagus.

Seseorang tidak akan serta-merta menjadi pemain jelek dalam satu malam saja. Kualitas seorang Di Maria akan selalu ada, namun tugas Van Gaal lah untuk menemukan kembali kualitas tersebut, sebelum terlambat.

Man United kini berada di peringkat keempat, namun saat ini mereka tidak memiliki momentum dan kepercayaan diri seperti yang dimiliki dua rival mereka, Arsenal dan Liverpool.

Jika Van Gaal tak segera berbenah, bukan tak mungkin United akan kembali absen di Liga Champions, dan nama Di Maria akan hilang dari deretan pemain elit dunia. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER