Jakarta, CNN Indonesia -- Rasa trauma dan sakit hati yang dialami Souleymane, korban aksi rasis suporter Chelsea di Paris, benar-benar dalam. Ia pun menolak undangan khusus yang diberikan oleh Jose Mourinho untuk datang ke Stamford Bridge.
Beberapa saat setelah insiden tersebut, Mourinho memang langsung menawarkan undangan khusus bagi Souleymane untuk datang ke London dan menyaksikan leg kedua babak 16 besar Liga Champions antara Chelsea versus Paris Saint-Germain.
Saat itu, Souleymane menegaskan bahwa dirinya tidak ingin berada di stadion untuk sementara waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dan ketika waktu pertandingan akhirnya tiba hari ini, Souleymane tetap pada pendiriannya. Ia tidak memenuhi tawaran dari Mourinho untuk menonton aksi Eden Hazard dkk saat menghadapi Paris Saint-Germain.
"Saya tidak akan pergi. Mereka tidak bisa membeli saya dengan selembar potongan kertas (tiket). Saya bukan anak-anak," tutur Souleymane dalam wawancaranya dengan Radio RTL.
"Saya tidak ingin duduk di stadion dan bersebelahan dengan mereka yang telah mendorong saya."
Lebih lanjut, Souleymane pun menceritaka bahwa aksi rasis yang dilakukan oleh fans Chelsea itu tidak hanya membuatnya gagal naik kereta semata. Efek nyanyian dan dorongan yang diterimanya benar-benar memengaruhi hidupnya.
"Saya masih bisa mendengar suara dari mereka yang mendorong saya lantaran warna kulit yang saya miliki. Saya tidak bisa pergi kerja dengan tenang setelah itu," tutur Souleymane.
"Saya hidup dengan ancaman tindakan rasis namun ini untuk pertama kalinya saya harus mengunjungi dokter untuk meminta pil penenang."
Sebelumnya Chelsea dan para fansnya memang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memulihkan nama baik mereka sebagai klub yang tercoreng oleh reputasi sebagian kecil pendukungnya.
Chelsea mengatakan bahwa kelompok yang melakukan aksi rasis itu tidak mewakili sikap Chelsea dan fansnya secara keseluruhan dan siap mendukung langkah hukum apapun terhadap mereka yang bersalah.
Dikabarkan, lima orang dari pelaku aksi rasis tersebut akan menjalani pengadilan perdana pada 25 Maret.
(ptr/ptr)