Jakarta, CNN Indonesia -- Pelatih tinju legendaris Indonesia, Daniel Bahari, meninggal dunia di Denpasar, Bali, pagi pukul 06.00 WITA. Konfirmasi kabar ini diberikan oleh Sekertaris Jenderal Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina), Martinez Dos Santos.
"Namun belum ada kepastian tentang penyebab meninggalnya Pak Daniel," ujar Martinez saat dihubungi oleh
CNN Indonesia.
Daniel adalah pelatih yang melahirkan petinju papan atas Indonesia serta menjadi promotor tinju untuk Chris John.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel juga yang menangani Johny Asadoma (medali emas SEA Games), serta Fransisco Lisboa dan Alexander Wassa yang mendapatkan juara Piala Presiden --turnamen tinju amatir internasional yang diselenggarakan sejak 1976-- dengan mengalahkan petinju Uni Soviet.
Daniel juga pernah menangani mantan juara IBF kelas bantam yunior, Ellyas Pical.
Memiliki sasana di Denpasar, Bali, bernama Cakti Bali (Candradimuka Tinju Bali) Daniel juga aktif membina para petinju di Pulau Dewata. Pemerintah Daerah (Pemda) Denpasar kemudian mengabadikan nama sasananya sebagai sebuah nama jalan di dekat rumah Daniel.
Dari Petinju Menjadi PromotorKarier Daniel di dunia tinju berawal di dunia amatir pada era 1965-1970. Namun, ia tidak memiliki prestasi yang menonjol dan hanya mendapatkan medali perunggu di tingkat nasional.
Seusai berkarier sebagai petinju, Daniel pun kemudian tak lepas dari dunia tersebut. Ia memilih untuk menjalani karier sebagai pelatih demi membantu putra terbaik bangsa berlaga di pentas internasional.
Ia berkelana hinga ke Timor Timur untuk mencari bibit-bibit petinju terbaik Indonesia dan mendirikan Nusa Tenggara Boxing Camp di Denpasar pada 1980-an. Dari sasana inilah lahir petarung-petarung terbaik Indonesia pada era tersebut.
Darah tinjunya kemudian mengalir kepada empat orang putranya, Pino, Nemo, Dauddy, dan Champ (alm). Dengan didikan keras dan ketat, Daniel sukses membuat Pino meraih medali emas Asian Games 1990 pada usia kurang dari 17 tahun.
Sementara itu, Nemo mendapatkan medali perak kejuaraan tinju amatir Asia di Tashkent, Kazakhstan tahun 1995, sedangkan yang termuda, Dauddy, mantan juara nasional kelas welter yunior tahun 2002 dan menjadi juara PABA kelas welter yunior sejak tahun 2003 sampai Maret 2007.
Ketika dunia tinju Indonesia marak kembali pada akhir periode 1990-an, Daniel menjadi seorang promotor untuk membawa petinju Indonesia berlaga di pentas internasional.
Pada 2001, Daniel membawa Chris Jhon ke jenjang PABA (Pan Asian Boxing Association) dengan sang petinju asal Banjernegara tersebut mengandaskan juara bertahan Soleh Sundava.
Peran Daniel dalam diri Chris Jhon sangat kentara ketika ia mempromotori pertarungan Chris Jhon dengan versus Oscar Leon dalam laga merebut juara dunia kelas bulu versi WBA di Kuta Bali, September 2003. Daniel juga yang membawa Chris Jhon ke Tokyo, Jepang, untuk bertanding melawan Osamu Sato untuk mempertahankan gelar WBA tersebut.
Daniel juga pernah menyarankan kepada Chris Jhon memberikan kesempatan kepada Daud Jordan sebagai penantang agar sabuk kelas bulu versi WBA tetap berada di Indonesia.
Di masa tuanya, Daniel tinggal di Bali dan mendirikan restoran bernama Pino.
Catatan redaktur: Sebelumnya tertera pukul 06.00 WIB, kemudian diperbaiki menjadi 06.00 WITA pada pukul 11.13 WIB (vws)