Jakarta, CNN Indonesia -- Fase krusial dalam perjuangan Liverpool untuk kembali berlaga di kompetisi elit Eropa, Liga Champions akan dimulai di Stadion Liberty, Selasa (17/3) dini hari WIB.
Menghadapi Swansea City, Liverpool membutuhkan tiga poin untuk tetap menempel ketat Manchester United yang baru saja mengalahkan Tottenham Hotspur tiga gol tanpa balas.
"Kami ingin meneruskan tren positif yang tengah ada pada tim ini. Liverpool saat ini tengah berada dalam kondisi percaya diri tinggi untuk bisa meraih kemenangan di tiap pertandingan," ucap manajer Liverpool Brendan Rodgers seperti dikutip dari Express.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, target menang bukanlah tugas ringan bagi Jordan Henderson dkk. Terlebih jika mengacu pada rekor pertemuan Liverpool versus Swansea di Stadion Liberty, dimana Liverpool belum pernah menang di stadion tersebut sejak Swansea promosi ke Liga Primer Inggris pada musim 2011/2012.
Dari tiga pertemuan di Stadion Liberty, Liverpool sekali takluk dan dua kali ditahan imbang oleh Swansea.
Selain rekor pertemuan yang kurang berpihak, grafik performa Liverpool juga terlihat mengalami penurunan. Hal itu terlihat di laga Piala FA menghadapi Blackburn pada minggu lalu dimana Liverpool seolah 'kehabisan bensin' dan tampil monoton jika dibandingkan performa mereka di pertandingan sebelumnya.
Maklum, duel lawan Blackburn adalah laga ke-46 Liverpool musim ini. Jumlah ini sendiri sudah tiga kali lebih banyak dibandingkan catatan total pertandingan mereka musim lalu yang 'hanya' ada di angka 43 pertandingan.
"Performa kami saat menghadapi Blackburn merupakan akhir dari rentetan pertandingan yang melelahkan bagi kami," ujar Rodgers mengakui.
"Mengacu pada fisik dan statistik yang ada, tak diragukan lagi laga lawan Blackburn adalah titik terendah kami musim ini."
Namun setelah jeda seminggu tanpa pertandingan, Rodgers berharap timnya bisa kembali ke level permainan terbaik, seperti saat mereka sukses meraup 30 poin dari 12 pertandingan terakhir.
Selain itu, Liverpool boleh makin percaya diri jika mereka menengok rapor mereka di beberapa laga tandang terakhir.
Liverpool saat ini berhasil menjaga gawang mereka bersih dari kebobolan dalam lima pertandingan tandang mereka. Bukti kokohnya lini pertahanan The Reds sekaligus jaminan bahwa Swansea harus bekerja keras untuk menemukan celanya.
Gerrard Tak Otomatis Dapat TempatPertandingan menghadapi Swansea ini juga akan menandai kembalinya kapten The Reds, Steven Gerrard yang absen dalam tujuh pertandingan terakhir Liverpool akibat cedera hamstring.
Namun kembalinya sang Kapten Fantastik tampaknya tak serta merta akan membuat Rodgers langsung memainkan Gerrard di lini tengah Liverpool. Apalagi jika mengingat penampilan gemilang tim asuhannya saat sang kapten tersebut harus menepi karena cedera.
Dalam tujuh pertandingan tanpa Gerrard, Liverpool hanya sekali takluk saat ditumbangkan Besiktas di Liga Eropa.
"Saya sangat menghormatinya dan dia adalah salah satu pemain terhebat di sejarah Liga Primer dan mungkin bagi klub," ujar Rodgers. "Tetapi saya juga tahu Stevie selalu mendahulukan kepentingan tim."
"Saya tetap menghormatinya entah dia bermain atau tidak bermain. Saya kagum padanya baik sebagai pemain maupun secara pribadi."
Selain kembalinya Gerrard, Liverpool juga akan menyambut hadirnya Lucas Leiva dan Joe Allen di laga ini. Tak pelak hal ini sepertinya akan membuat Rodgers kembali mendorong Emre Can ke jantung pertahanan mereka, setelah pemain Jerman tersebut tampil sebagai pemain tengah saat menghadapi Blackburn.
Duel Allen versus ShelveySelain menjadi langkah awal bagi Liverpool untuk mengejar posisi empat besar Liga Primer, pertandingan melawan Swansea juga akan ditandai dengan kembalinya mantan pemain dari masing-masing klub yang akan melawan klub yang membesarkan mereka tersebut.
Di kubu Swansea, Jonjo Shelvey yang sempat didaulat sebagai 'penerus Gerrard' akan menghadapi mantan rekan-rekannya di Liverpool. Sedangkan gelandang The Reds, Joe Allen juga akan 'menghantui' kubu The Swans.
Uniknya kedua pemain ini sempat sama-sama dianggap gagal memenuhi ekspektasi yang dibebankan publik Anfield kepada mereka.
Shelvey yang didaulat sebagai penerus Gerrard seringkali dianggap sebagai pemain yang ceroboh dan malas, sedangkan Allen yang dilabeli 'Xavi dari Wales' dianggap jauh dari harapan yang dibebankan oleh para suporter Liverpool.
Namun berkat rentetan penampilan apik dari Allen dan Shelvey, maka kini keduanya berada pada jalur yang tepat untuk membungkam segala kritikan.
"Dia (Allen) mulai dikenal (di Liverpool) dan dia pantas mendapatkan itu," ujar manajer Swansea Garry Monk. "Sangat sulit pindah dari Swansea ke Liverpool, itu merupakan transisi yang tak mudah."
Mungkin pada awalnya ia mengalami kesulitan. Namun begitu Allen berhasil menyatu dengan tim, maka ia akan bermain dengan fantastis dan menjadi raja di lapangan tengah," ucap Monk menambahkan.
Sama seperti Allen, Monk juga yakin Shelvey nantinya akan menjelma menjadi pemain besar.
"Jonjo sedang berada dalam performa yang bagus, dia mulai menunjukkan kepada kita apa yang dapat dia lakukan," ujar Monk menambahkan.
Celakanya, Shelvey sendiri malah menjadi semacam 'jimat keberuntungan' bagi suporter Liverpool saat menghadapi mantan klubnya tersebut.
Dari empat pertandingan terakhir menghadapi mantan klubnya tersebut, Shelvey memang telah mencetak satu gol, tetapi ia juga telah mencetak satu gol bunuh diri dan dua blunder yang berujung pada gol The Reds.
Pada pertandingan terakhirnya menghadapi Liverpool yang berakhir dengan skor 4-1 bagi The Reds, Shelvey mencetak satu gol bunuh diri dan mendapatkan hukuman empat pertandingan akibat menyikut pemain The Reds, Emre Can.
Liverpool sendiri tidak akan diperkuat oleh enam pemain mereka saat melawat ke Stadion Liberty, setelah Mamadou Sakho, Jose Enrique, Brad Jones, Jon Flanagan, dan Jordan Ibe masih belum tersedia bagi Rodgers
(ptr/ptr)