Barcelona dan Real Madrid yang Lupa Soal Lini Pertahanan

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 22 Mar 2015 11:20 WIB
Dalam satu laga, Barcelona dan Real Madrid sama-sama senang menguasai permainan, dan terkadang melupakan satu sektor: lini bertahan.
Pepe akan diandalkan Carlo Ancelotti untuk menopang lini pertahanan pada laga El Clasico. (Getty Images/Denis Doyle)
Jakarta, CNN Indonesia -- Barcelona dan Real Madrid dilahirkan untuk menguasai permainan. Karena itulah mereka terus berburu pemain bintang dengan karakteristik menyerang dan seolah tak peduli dengan kekuatan di lini belakang.

Dalam deret transfer-transfer mahal yang pernah dibuat oleh Barcelona dan Madrid, semuanya berfokus pada penambahan kekuatan di lini serang. Baik Barcelona maupun Madrid seolah tidak peduli dengan lini belakang yang mereka miliki.

Barcelona dan Madrid dengan bangganya menumpuk striker dan gelandang serang berkualitas padahal lini belakang mereka justru yang paling butuh perbaikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mungkin karena kekuatan Barcelona dan Madrid di Liga Spanyol terbilang superior, karena itu mereka menganggap tak butuh lini belakang yang terlalu mentereng seperti halnya barisan depan yang mereka miliki.

Apalagi di hampir di semua pertandingan Madrid dan Barcelona pasti berperan sebagai tim yang mendominasi permainan, sehingga bola jarang sekali berada di daerah pertahanan mereka.

Terbukti, Barcelona adalah tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit dengan 16 gol sedangkan Madrid ada di nomor urut keempat setelah Valencia dan Atletico Madrid dengan jumlah kebobolan 24 gol.

Bagi Barcelona dan Madrid, pertahanan terbaik adalah menyerang.

Sejak bulan Februari, Barcelona sudah melakoni 11 pertandingan di semua ajang dan hanya sekali menelan kekalahan, yaitu 0-1 dari Malaga di Liga Spanyol pada 21 Februari lalu.

Dalam 11 laga tersebut, dengan Barcelona tampak perkasa dengan torehan 33 gol, lini belakang tim asuhan Luis Enrique ini kebobolan 10 gol.

Memang, secara keseluruhan, Barcelona memiliki rapor bagus pada durasi ini, namun melihat beberapa gol yang terjadi, rasanya lini belakang Barcelona belum lepas dari blunder dan kesalahan.

Gol kedua Villareal yang dicetak Luciano Vietto menjadi contohnya. Saat itu, Gerard Pique salah mengontrol bola sehingga Villareal bisa melakukan serangan cepat yang berujung pada gol Vietto.

Contoh lain ada di gol Juanmi Jimenez dari Malaga yang membuat Malaga sukses membuat Barcelona bertekuk lutut di Camp Nou.

Gol ini murni terjadi lantaran kesalahan Dani Alves. Tendangan gawang Malaga disambut oleh Alves yang hendak melakukan back pass. Umpan yang sangat lemah itu berhasil dikejar oleh Jimenez yang akhirnya sukses menggetarkan gawang Barcelona.

Memang, hanya momen laga melawan Malaga inilah, blunder lini belakang Barcelona dibayar oleh sebuah kekalahan.

Kelengahan pada laga lainnya tidak terasa mengganjal karena Barcelona keluar sebagai pemenang di akhir pertandingan. Padahal ada beberapa gol lainnya yang seharusnya tidak boleh dibiarkan dengan mudah terjadi.

Efek Kesalahan Madrid Lebih Terasa

Jika blunder lini belakang Barcelona belum berdampak parah dalam kurun waktu Februari-Maret ini, maka tidak demikian halnya dengan yang terjadi pada Madrid.

Sejak Februari, Madrid melakoni sembilan laga dengan hasil lima kali menang, sekali imbang, dan tiga kali kalah.

Dari tiga kali kekalahan itu tergambar jelas betapa lini belakang Madrid berperan besar atas hadirnya kekalahan.

Empat gol Schalke di babak 1 besar Liga Champions dua pekan lalu menggambarkan betapa buruknya lini belakang Madrid dalam hal membangun benteng pertahanan.

Koordinasi antar pemain yang rapuh ditambah bek sayap yang juga sering terlambat turun ke belakang memperparah situasi lini belakang Madrid.

Tragedi empat gol dari Schalke sama halnya dengan tragedi berondongan empat gol dari Atletico beberapa minggu sebelumnya.

Saat itu, sulit berharap pemain Madrid bisa saling berbagi posisi untuk menutup celah saat Atletico melakukan tusukan-tusukan ke lini pertahanan mereka. Alhasil, gol demi gol pun dengan mudah tercipta.

Sergio Ramos memang jadi suntikan kekuatan besar, namun sifat temperamentalnya juga bisa jadi bumerang. Sama halnya dengan Pepe.

Pertahanan Madrid makin diperparah dengan melemahnya Iker Casillas sebagai dewa pelindung jika dibandingkan musim-musim sebelumnya.

Hanya Pelengkap

Baik Barcelona maupun Madrid sepertinya berada pada titik yang sama. Mereka tak peduli berapa gol yang akan bersarang di gawang mereka asalkan mereka bisa menjadi pemenang di pengujung pertandingan.

Lini belakang baru akan jadi target pembicaraan saat salah satu dari kedua tim ini mengalami kekalahan. Sementara di pihak pemenang, pembicaraan sepertinya bakal lebih fokus kepada kehebatan lini depan.

Dengan filosofi sepak bola menyerang milik kedua tim, maka wajar memang fokus El Clasico akan tertuju pada seni menyerang yang akan diperlihatkan oleh kedua tim.

El Clasico adalah pertunjukkan saling serang dan lini pertahanan kedua tim bakal memainkan peran sebagai pelengkap pertandingan. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER