Jakarta, CNN Indonesia -- Nama seorang Tony Pulis memang jarang diasosiasikan dengan keindahan dalam sepak bola. Ketika ia tujuh tahun menangani Stoke City, membawa klub tersebut promosi ke Liga Primer Inggris dan bertahan di kompetisi teratas itu selama empat musim, semua dilakukan dengan cara yang mengandalkan permainan fisik, memanfaatkan umpan-umpan panjang, serta efektif dalam eksekusi bola mati.
Bahkan, saking kerasnya permainan Stoke City di bawah Pulis, seorang pengamat pertandingan, Andy Gray, pernah mengeluarkan frasa yang tenar hingga saat ini:
"Bisakah mereka (tim besar) menang di malam yang dingin melawan Stoke?"
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gray sendiri menujukan frasa tersebut untuk Barcelona ketika mereka berada di puncak kejayaan di bawah Pep Guardiola. Ucapan tersebut seolah menyangsikan bahwa
Blaugrama bisa bertahan jika beradu fisik dengan para pemain Stoke.
Ketika menangani Stoke, Pulis memang membangun kesuksesannya dengan cara seperti itu. Ia membeli beberapa pemain bertubuh tinggi dan kekar, seperti Peter Crouch, Steven N'Zonzi, atau Wilson Palacious, serta seorang mantan atlet lempar tombak, Rory Delap.
Bersama pemain-pemain itu ia kemudian menjadi manajer tersukses Stoke dalam sejarah, dengan mengantarkan mereka bertahan di Liga Primer Inggris dan juga melaju ke final Piala FA.
Meski caranya melatih membuatnya dijuluki pelatih yang sangat ketinggalam zaman, Pulis tak menyoalkan hal tersebut.
"Orang kebanyakan, terutama di negara ini (Inggris), sangat senang mempersepsikan dan mengotak-ngotakkan sesuatu," ujar Pulis pada Mei 2014 silam.
"Saya bukan seperti yang dipikirkan orang-orang. Namun saya tak pernah mengkhawatirkan hal tersebut. Bagi saya, Anda bermain sesuai dengan kekuatan Anda."
Keajaiban Bersama WBACerita Pulis bersama Stoke City sendiri berakhir pada 2013/2014 lalu setelah manajemen klub memutuskan mereka ingin mengganti gaya permainan dan citra Stoke. Pulis dibuang dan Stoke memilih mendatangkan Mark Hughes sebagai pengganti.
Sempat diramalkan akan tenggelam, Pulis kini justru kembali menunjukkan bahwa sepak bola "uzur"-nya masih mendapatkan tempat di sepak bola Inggris.
Ia sempat membawa Crystal Palace bertahan di musim pertama klub tersebut promosi ke Liga Inggris pada 2013/2014 dengan cara menerapkan permainan bertahan ketat dan mendapatkan rentetan hasil 1-0 -- tidak menarik untuk dilihat, namun sangat efektif dalam mendapatkan hasil. Tapi kemudian akhirnya Palace memutuskan untuk mendapatkan manajer yang bisa memainkan sepak bola menyerang.
Pulis lalu ditunjuk menangani West Bromwich Albion pada 1 Januari 2015. Secara cepat ia lalu mampu menyelamatkan klub tersebut dari jurang degradasi.
Sebelum berada di tangan Pulis, WBA mengalami 11 kekalahan di EPL pada paruh musim pertama dan hanya mendapatkan empat kali kemenangan. Namun, di bulan pertamanya melatih, Pulis mampu membawa WBA mendapatkan satu kemenangan, dua imbang, dan satu kalah. Raihan ini pun diperbaiki pada bulan Februari dengan menjadikan WBA tak terkalahkan sama sekali dan bahkan mengalahkan Swansea dengan skor 2-0 juga tim kejutan lainnya musim ini, Southampton dengan skor 1-0.
Asosiasi Sepak Bola Inggris lalu mengganjar Pulis dengan penghargaan manajer terbaik bulan Februari 2015.
Selain mendapatkan hasil positif, hal baik lain yang diciptakan Pulis adalah ia mampu memaksimalkan performa penyerang Brown Ideye. Penyerang yang menjadi pembelian termahal sepanjang sejarah WBA itu sebelumnya tak mampu berbuat apa-apa sebelum kedatangan Pulis. Kini ia mulai menjadi andalan WBA dan bahkan mencetak gol kemenangan ke gawang mantan klub Pulis, Stoke City.
Dengan WBA yang berada di peringkat ke-14 dan berselisih delapan angka dengan Burnley di peringkat ke-18, WBA sebenarnya belum aman benar dari cengkraman degradasi.
Namun, Pulis dan WBA sendiri telah merencanakan pembelian-pembelian baru untuk musim berikutnya. Di bawah pragmatisme Pulis, mereka yakin bisa bertahan di Liga Inggris dan memperbaiki hasil di musim lalu -- peringkat 17.
Siapa tahu, musim berikutnya musim berikutnya WBA akan mulai bosan dengan permainan bertahan Pulis dan menginginkan pelatih yang bermain lebih positif, seperti kala Stoke City dan Palace melepas Pulis.
Akan tetapi, jika pun itu terjadi, percayalah akan selalu ada tempat bagi sepak bola efektif Tony Pulis.
(vws)