Balas Dendam Sempurna ala Alan Pardew

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Rabu, 25 Mar 2015 20:54 WIB
Sempat dicaci dan diolok-olok pendukung Newcastle, kini Alan Pardew mengangkat Crystal Palace satu tingkat di atas The Magpies.
Alan Pardew sempat diolok-olok suporter Newcastle, namun kini mampu membuktikan kemampuannya bersama Crystal Palace. (REUTERS/Eddie Keogh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Segalanya tampak begitu indah bagi seorang Alan Pardew ketika ia berada di puncak penampilan. Pada musim 2011/2012, Pardew membangkitkan Newcastle United, klub berseragam putih hitam yang memiliki sejarah panjang di Liga Primer Inggris tetapi selalu terjebak di status tim medioker, dengan mengantarkan mereka meraih satu tempat di kompetisi Eropa.

Selain mampu meraih gelar manajer terbaik Liga Primer --manajer Newcastle pertama yang berhasil meraih penghargaan tersebut-- Pardew juga dianugrahi penghargaan manajer terbaik versi Asosiasi Manajer Liga, membuatnya menjadi satu-satunya manajer asal Inggris yang mampu mengombinasikan dua penghargaan tersebut dalam satu musim.

Pardew bahkan dihadiahi kontrak jangka panjang oleh bos Newcastle, Mike Ashley. Tak tanggung-tanggung, pada 2012 lalu, manajer berusia 53 tahun tersebut disodorkan kontrak selama delapan tahun yang akan membuatnya tetap di Saint James' Park hingga 2020 mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kenyataan pahit menghantam Pardew, saat ia harus merasakan betapa cepat dan kejamnya dunia sepakbola membalikkan punggung.

Dari manajer yang dielu-elukan, menjadi manajer yang dicemooh. Dari pesaing empat besar, menjadi klub yang tercecer di dasar klasemen. Dalam sekejap Alan Scott Pardew menjadi sosok yang paling tak diinginkan di Newcastle.

Keberhasilannya mengangkat Newcastle ke peringkat kelima pada musim 2011/2012, nyaris tak bersisa dengan Newcastle yang mencatatkan serangkaian hasil buruk. Puncaknya adalah pada April 2013, ketika Newcastle takluk 0-3 dari rival abadinya, Sunderland, di Saint James' Park -- kekalahan terbesar The Magpies dari Sunderland sejak 1979 silam.

Pada September 2014, Newcastle yang terdampar di dasar klasemen membuat para suporter menciptakan situs Sackpardew.com, dengan harapan mampu menyingkirkan 'mantan' idola mereka.

Pardew sempat bangkit dan membawa Newcastle melaju meraih enam kemenangan beruntun. Bahkan manajer ini pula yang mengakhiri rentetan tak terkalahkan Chelsea pada musim ini, dengan kemenangan 2-1 Desember silam.

Akan tetapi, terus-menerus menjadi target umpatan suporter sendiri, dan terus dibayangi awan pemecatan, Pardew lalu memilih jalan yang lebih terhormat dengan hijrah ke mantan klubnya, Crystal Palace.

Pembuktian dan Pembalasan ala Pardew

Ketika datang ke Selhurst Park, markas Palace, klub London tersebut tertinggal 10 poin dari Newcastle. Palace juga saat itu masuk sebagai deretan klub yang dijagokan banyak orang akan turun kasta pada akhir musim mendatang.

Namun, pada periode yang sama ketika The Magpies hanya meraih dua kemenangan, tiga hasil imbang, dan tujuh kekalahan, Pardew justru meraih delapan kemenangan, satu kali imbang, dan empat kekalahan bersama Palace, membuat posisi mereka kini berada di atas Newcastle.

Dengan catatan tersebut, Pardew mengantarkan Palace dari sekadar penyintas di zona degradasi menjadi klub papan tengah Liga Primer dan saat ini unggul satu poin dari Si Hitam Putih.

Apakah ini merupakan pembuktian? Atau pembalasan dendam? Apapun alasannya, Pardew yang pernah membela Palace sebagai pemain itu kini dipuja di Selhurst Park.

Dari catatan yang dirangkum oleh WhoScored, Pardew memang mampu meningkatkan permainan Palace dari saat masih ditangani Neil Warnock.

Pardew berhasil menyusun kembali pecahan-pecahan karier Wilfried Zaha yang hancur berantakan di Manchester United, membuatnya bersama dengan Yannick Bolasie menjadi motor di sayap Palace, yang ditopang oleh james McArthur, Joe Ladley, dan Mile Jedinak di lini tengah.

Bahkan Jason Puncheon yang 'terbuang' dari Southampton juga mampu disulap menjadi pemain berbahaya di posisi 'nomor 10'. Pardew pun mentransformasinya sebagai pemain kedua setelah David Silva (38 kali) yang paling sering menciptakan peluang di Liga Primer (29 kali).

Namun apakah Newcastle kini menyesal telah membuang manajer mereka? Mungkin tidak.

Pada akhirnya Pardew memang merupakan manajer yang membawa mereka terbang di peringkat kelima, namun merupakan manajer sama yang membuat mereka berada di lima peringkat dari bawah pada musim berikutnya.

Akan tetapi tanpa Pardew, Palace mungkin saja tak akan menghiasi Liga Primer musim depan. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER