Kisah Mario, Petinju Atambua yang Bikin Indonesia Bangga

Dika Dania Kardi & Vetriciawizach | CNN Indonesia
Minggu, 26 Apr 2015 14:32 WIB
Meski baru berusia 19 tahun dan minim pengalaman, Mario Kali tak gentar menghadapi bogem para petinju internasional di Piala Presiden di Palembang.
Petinju putra Indonesia Mario Kali mendengarkan arahan dari pelatih ketika laga final kejuaraan amatir Piala Presiden, Palembang, 25 April 2015. Mario berhasil merebut juara pertama dikelas 49 kg, setelah mengalahkan petinju Malaysia Muhammad Fuad Ridzuan dengan kemenangan angka. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam tinju, usia tak pernah membatasi seseorang untuk berprestasi. Pada era 1990-an, tanah air pernah mengenal nama Pino Bahari yang merebut medali emas Asian Games pada usia 17 tahun. Kini, dalam gelaran Piala Presiden yang berlangsung di Palembang, ada nama Mario Kali.

Dalam partai final yang berlangsung pada Sabtu (25/4) tersebut, Mario merebut medali emas kelas 49 kg setelah mengalahkan petinju Malaysia, Muhammad Fuad Ridzuan.

Kemenangan ini cukup mengejutkan karena Mario yang baru berusia 19 tahun sebenarnya hanya petinju dari Tim C atau tim pelapis. Sebelum berangkat ke Palembang, Mario pun tak memiliki persiapan yang banyak karena ia harus mengikuti ujian nasional terlebih dahulu di SMKN 1 Atambua jurusan Teknologi Informasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami sempat memanggilnya ke pelatnas Piala Presiden ke Jakarta selama satu minggu namun kemudian ia harus dipulangkan kembali ke daerahnya karena mengikuti ujian," kata Martinez Dos Santos, Sekertaris Jenderal Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina).

Karena itu, untuk menghadapi Piala Presiden, Mario pun hanya mengikuti sesi latihan di sasana-nya di Atambua selama satu bulan. Seusai ujian, Mario lalu datang ke Palembang pada 17 April dan hanya memiliki waktu satu minggu untuk bersiap diri.

Untuk datang ke Palembang pun bukannya tanpa perjuangan. Minim dukungan dari pemerintah daerah membuat Mario harus merogoh kocek sendiri untuk membeli tiket pesawat. Tak ayal pelatih yang membentuknya menjadi seorang petinju pun tak bisa mendampinginya di Piala Presiden dan hanya mendengarkan kabar kemenangan Mario melalui sambungan telepon.

"Mario terbang dari Atambua ke Palembang seorang diri. Di Palembang ia lalu didampingi oleh Denny (Hitarihun), pelatih tinju yang juga berasal dari NTT," kata Martinez.  

Tapi usia atau pun minim persiapan tak menghalangi langkah Mario untuk membuat nama Indonesia menggema. Nama-nama petinju negara lain yang telah sarat pengalaman pun tak membuatnya gentar.

Di babak final, Mario mengandaskan Ridzuan, petinju Malaysia yang bertipe sama dengan dirinya sendiri, yaitu kidal dan mengandalkan pukulan straight keras. Ridzuan juga seorang anggota angkatan laut Malaysia berpangkat kopral yang pernah mengikuti dua kali SEA Games. Sebelumnya, di babak semifinal, Mario menundukkan petinju Mongolia, Gan Erdene -- dianggap Mario sebagai lawan terberatnya di Piala Presiden.

Ridzuan, petinju 24 tahun yang juga mengikuti ajang Piala Presiden 2011, mengakui kemampuan Mario.

"Tadi laga yang sengit. Dia punya kelebihan, saya pun ada kelebihan. Kami memang sama-sama kidal, saya banyak mengelak untuk menghindari pukulannya!" kata Ridzuan seusai laga kepada CNN Indonesia.

Memenangkan medali emas, Mario menganggap laga final ini tak mudah. Apalagi ini partai final internasional pertama untuk dirinya.

"Rasanya tegang sekali, karena ini adalah partai final. Karena sama-sama kidal, jadi tadi saya lebih banyak berjaga mengatai straight tangan kirinya," kata Mario yang langsung menghubungi pelatihnya di Atambua untuk memberitakan kabar kemenangan.

Sementara itu, Denny yang melatih Mario selama ia di Palembang menujukan kemenangan ini untuk rakyat Indonesia. "Terutama lagi masyarakat Nusa Tenggara Timur," kata Denny.

Kejutan yang Tak Benar-Benar Kejutan

Datang ke Palembang sebagai petinju pelapis dan kemudian meraih juara, kemenangan Mario memang sempat mengejutkan semua orang. Apalagi dalam pelaksanaan Piala Presiden 20 tahun terakhir Indonesia tak pernah merebut medali emas.

Namun, menurut Martinez, bakat Mario sendiri memang sedang diamati baik-baik oleh Pertina.

"Tahun lalu Mario juga menang di Piala Wakil Presiden di Lahat. Itu kejuaraan tingkat nasional," kata Martinez. "Saat itu ia juga membuat semua orang terkejut. Apalagi ia tidak mewakili pengprov (pengurus provinsi) tapi datang untuk sasananya."

"Lalu perkembangan Mario semakin meyakinkan sehingga ia dipanggil untuk menjadi Tim C di Piala Presiden. Mario termasuk petinju pelapis yang akan diproyeksikan untuk masa depan," ujar Martinez lagi.

Namun Mario memang tak memungkinkan untuk mengikuti SEA Games 2015 yang akan berlangsung di Singapura pada Juni nanti.

"Pertama karena memang waktu untuk mendaftarkan nama petinju sudah lewat, dan satu lapis di atas Mario juga ada petinju-petinju senior yang tak kalah hebatnya," kata Martinez.

Mario pun bertutur bahwa langkah selanjutnya yang akan ia ambil adalah menunggu hasil Ujian Nasional keluar pada 15 Mei nanti. Ia juga akan kuliah di salah satu Sekolah Tinggi Informasi dan Komunikasi di NTT nanti.

"Doakan saya berhasil sukses," ujarnya. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER