Palembang, CNN Indonesia -- Ada 19 negara yang mengikuti kejuaraan tinju amatir internasional Piala Presiden 2015 di Palembang Sport and Convention Center, Palembang, 19-25 April 2015.
Dari sekitar 170 peserta, terselip di antaranya 50 petinju perempuan yang bertarung di kelas putri 48-60 kg. Dua di antaranya--hingga berita ini ditulis--telah menjadi juara dalam kelas putri yaitu Pinki Rani dari India (kelas 51 kg) dan Anastasia Belyakova dari Rusia (kelas 60kg).
Pinki menjadi juara di kelas putri 51 kg setelah mengalahkan petinju Mongolia, Nandinsetseg 2-0.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya senang bisa menjuarai ini. Lawan paling berat mungkin ketika di semifinal (Petinju Thailand, Sopeda Sathumrum)," kata Pinki kepada CNN Indonesia, usai proses pengalungan medali, di Palembang, Sabtu (25/4) petang WIB.
Perempuan berusia 24 tahun itu mengaku dirinya telah menggeluti tinju sejak belia, tepatnya sepuluh tahun lalu. Buah kerja kerasnya telah menghasilkan sebuah medali perungu di ajang Commonwealth Games di Glasgow, Skotlandia, tahun lalu. "Saya kira ini olahraga yang sangat menantang," ujar Pinki.
Pinki yang juga bekerja di bidang administrasi perusahaan kereta api India itu berharap bisa lebih maksimal di kompetisi internasional selanjutnya, terutama Olimpiade.
Sementara Belyakova yang baru berusia 21 tahun terlihat santai meski menjadi pemenang di partai final melawan petinju Vietnam Luuthi Duyen 3-0.
Untuk diketahui, sebelumnya, Belyakova juga berhasil menjuarai Kejuaraan Tinju Amatir Dunia perempuan kelas welter 64 kg tahun lalu, di Jeju, Korea Selatan. "Saya tertarik dengan dunia tinju. Lalu saya ikuti latihannya dan mendapat kesempatan bertanding di pertandingan internasional," kata Belyakova yang tercatat sebagai mahasiswa universitas olahraga di negara asalnya.
Belyakova mengaku didukung orang tuanya untuk serius di dunia tinju. Ia menerangkan dirinya memiliki seorang kakak perempuan, namun hanya dirinya yang bermain tinju. Sebagai perempuan, ia tidak merasa menjadi petinju itu mengganggu dirinya.
"Saya biasa menjalani kehidupan saya dengan belajar dan berolahraga," kata Belyakova yang membiarkan rambutnya tergerai setelah turun dari ring tinju.
Sementara itu nasib kurang baik dialami rekan senegara Belyakova, Zinaida Dobrynina. Dobrynina gagal mengalahkan lawannya dari Thailand, Tassama Lee Thong San.
Dobrynina kalah 1-2 di kelas 57 kg putri. Bagi Dobrynina, kekalahan itu akan menjadi pengalaman menghadapi kejuaraan internasional lainnya.
Terlepas dari kekalahannya, perempuan yang merupakan peringkat pertama peringkat tinju amatir putri kelas 57 kg versi AIBA (per 3 Desember 2014), senang bisa datang ke Indonesia. Berbicara tentang pertandingan final Piala Presiden, Dobrynina menilai itu laga yang sengit.
Menurutnya, ia sudah memenangkan setidaknya 42 kejuaraan. "Kurang lebih sepuluh medali emas untuk pertandingan internasional," ujar perempuan berusia 24 tahun.
Sama halnya seperti yang dialami Pinki dan Belyakova, Dobrynina tak akan bisa melangkah sejauh ini tanpa restu keluarga. Baginya, tinju tidak mengganggu walaupun dirinya adalah seorang perempuan dan berstatus istri. "Saya masih bisa memiliki rambut panjang, sama seperti perempuan-perempuan umumnya," katanya berseloroh.
Dobrynina mengaku lahir di sebuah keluarga besar (empat bersaudara-dua pria, dua perempuan) yang hidup dari tinju.
"Kami berempat hidup di keluarga yang erat dengan dunia tinju. Ya, karena papa saya pelatih tinju. Tetapi sekarang hanya tinggal saya yang meneruskan," tukas perempuan yang kini menjalani kehidupa sebagai ibu rumah tangga disamping tinju amatir. "Suami saya juga terus mendukung."
(kid/vri)