Las Vegas, CNN Indonesia -- Petinju dunia kelas-welter asal Filipina, Manny Pacquiao, diprediksi petinju profesional dunia kelas-berat asal Amerika Serikat, George Foreman, dapat mengalahkan petinju asal Amerika Serikat, Floyd Mayweather, di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas, pada tanggal 2 Mei mendatang.
Foreman, petinju yang pernah menjalani salah satu pertarungan terbesar sepanjang masa, memprediksi pertarungan antara Pacquiao dengan Mayweather akan setingkat dengan pertarungan pertama Ali-(Joe) Frazier tahun 1971 atau pertarungan ulangan antara Joe Lewis dan Max Schmeling tahun 1938.
"Jika kita mendapatkan hakim yang benar, gelar juara akan menjadi milik Pacquiao." tutur Foreman seperti dikutip dari situs Fox Sports, Senin (27/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di awal laga, Mayweather akan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Lalu Pacquiao akan menyerangnya, unggul dalam poin, dan mempertahankan keunggulannya. Ia (Pacquiao) akan melambat kemudian dan Mayweather akan lebih agresif. Tapi Mayweather tidak punya tangan kanan. Tangannya itu akan terluka dan ia tidak bisa melakukan KO."
"Jadi, pilihan untuk Mayweather adalah menyerang sejak awal atau kalah dengan hanya selisih beberapa angka"
Mantan juara kelas-berat tersebut mengatakan, ia tahu yang Mayweather akan lalui dalam laga tersebut. Foreman yakin bahwa selain Pacquiao, hal lain yang paling ditakuti Mayweather adalah kekalahan. Saat ini, Mayweather sendiri belum pernah dikalahkan petinju mana pun.
"Saya pernah berada di posisinya ketika kalah dari Muhammad Ali. Ini bukan seperti kehilangan gelar. Tapi Anda kehilangan pandangan tentang diri Anda sebagai manusia. Kekalahan akan benar-benar menjatuhkannya (Mayweather).
"Karena itu saya tidak berpikir akan ada pertandingan ulangan jika Mayweather kalah, karena Anda harus pergi bersembunyi untuk mencoba mencari jati diri kembali. Ini bisa menghancurkannya bukan sebagai seorang pria, tapi sebagai seorang petinju," tutur petinju legenda berusia 66 tahun tersebut.
Foreman kalah KO lawan Ali di Stade du 20 Mai, Kinshasa, Zaire (30/10/1974). Kekalahannya di ronde delapan tersebut, membuat rekor 40 kali tidak terkalahkannya pecah untuk pertama kalinya, sekaligus kehilangan gelar dunia kelas-berat The Ring, WBC, dan WBA.
Baca kisah pertarungan Foreman vs Ali dalam:
Empat Dekade Pukulan Terbaik Muhammad Ali (vws)