Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner National Basketball League (NBL) Indonesia, Azrul Ananda, mengatakan bahwa ia tetap akan berada di dunia basket Indonesia meski musim ini menjadi terakhir kalinya ia akan mengurus NBL.
"Kami punya liga SMA, kami punya DBL yang masih harus kami kembangkan juga. Kami punya liga SMP," kata Azrul ketika ditemui CNN Indonesia di sela-sela pertandingan final NBL 2015.
"Jadi sebenarnya kami tidak ke mana-mana. Kami hanya berhasil mengakhirinya dengan baik. Dengan kondisi yang lebih baik dibanding ketika kami mengambil alih."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontrak PT DBL Indonesia sebagai penyelenggara kompetisi sendiri habis pada 2015 dan Azrul memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama tersebut.
"Memang kami harus merelakan bahwa ini tahun terakhir kami. Kami sudah menyampaikan ke klub-klub semua dan penggemar basket di Indonesia bahwa kami telah menyelesaikan kontrak kami sebagai penyelenggara."
"Kami dulu diminta tolong untuk mengembalikan gengsi dan kemegahan basket Indonesia, dan tugas itu sudah diselesaikan. Jadi kami sekarang mengembalikan penyelenggaraan ini kepada dewan komisaris yaitu klub beserta NBL Indonesia."
Baca Juga:
Bangkitnya Basket Indonesia dari KematianMenurut Azrul, berdasarkan hasil evaluasi musim reguler, kondisi basket Indonesia sendiri terus mengalami peningkatan, dengan grafik penonton yang selalu naik dengan harga tiket yang mengalami peningkatan.
"Rekor (tiket termahal) sebelumnya adalah pada final DBL di Surabaya yaitu satu juta rupiah. Sekarang dua juta setengah rupiah, harus kami syukuri. Kalau konsep dan cara mengelolanya benar, orang akan tetap datang."
Baca Juga:
Penonton Basket di Indonesia Meningkat 300 PersenMenurut Azrul, hal inilah yang ia tinggalkan kepada calon operator liga selanjutnya, yaitu fondasi pengelolaan basket yang jauh lebih baik.
Hal ini juga diakui oleh pelatih Pelita Jaya, A.F. Rinaldo, yang menitipkan harapannya untuk operator selanjutnya.
"Jangan sampai (kualitasnya) di bawah NBL, karena itu berarti kemunduran buat basket Indonesia. Saya mengharapkan calon operator baru sudah melihat bahwa seperti ini (standarnya) kalau mau mengemas bola basket Indonesia."
Sementara itu, pendiri majalah Main Basket, Rosyidan, mengatakan bahwa ia menyayangkan keputusan Azrul untuk mundur dari NBL. Mengikuti basket dari era Kobatama, IBL, dan kemudian, NBL, Idan menyatakan bahwa, "tidak ada liga bola basket yang lebih baik penyelenggaraannya ketimbang NBL Indonesia."
Menurutnya, penyelenggara baru pun akan kesulitan untuk memenuhi harapan penggemar basket Indonesia.
"Penggemar basket Indonesia sudah memiliki patokan. Liga selanjutnya minimal harus seperti ini. Jadi, saya rasa wajar kalau nanti misalnya liga baru tidak memenuhi ekpektasi."
(vws)