Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Steven Gerrard tak memberikan akhir kisah kepahlawanan yang indah bagi Kopites. Setidaknya itulah yang terjadi pada musim ini. Gerrard yang menjadi pemimpin rekan-rekannya di lapangan dalam semifinal Piala FA, justru disingkirkan klub yang kala itu berada di jurang degradasi, Aston Villa, 19 April 2015.
Dalam partai semifinal tersebut Liverpool kalah 1-2. Aston Villa pun akan menantang Arsenal dalam laga final di Stadion Wembley, London, 30 Mei 2015.
Tiga bulan sebelumnya, Liverpool disingkirkan Chelsea dalam perebutan tempat untuk menuju final Piala Liga. Pada partai ulangan yang berlangsung di Stadion Stamford Bridge, London, Liverpool tersingkir dengan agregat 1-2. Chelsea kemudian keluar sebagai juara Piala Liga setelah di final mengalahkan Tottenham Hotspur di Wembley, 1 Maret 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada semua partai penting nan pamungkas tersebut, Gerrard sebagai kapten selalu tampil sejak menit pertama. Namun, ia gagal membangkitkan semangat timnya untuk merebut tempat di partai puncak.
Di Liga Champions, Liverpool pun gagal lolos dari fase grup dan harus melanjutkan laga di Liga Europa. Namun, The Reds justru disingkirkan Besiktas di babak 32 besar setelah melewati babak adu penalti.
Di ajang Liga Inggris, Gerrard dkk sudah tak mungkin untuk mengejar tiket zona Liga Champions. Dengan sisa dua pertandingan tersisa dan selisih enam poin--namun lebih lemah dalam produktivitas gol--Liverpool mustahil mengambil alih peringkat keempat yang saat ini diduduki Manchester United.
Mengakhiri musim di peringkat kelima adalah hal yang realistis bagi Liverpool saat ini.
Kini Gerrard tinggal memainkan dua partai terakhirnya dengan martabat tinggi. Memberikan hasil manis di dua akhir laga bagi klub yang telah mendidik dan membesarkan namanya tersebut, Liverpool.
Akhir pekan ini adalah laga terakhir Gerrard di hadapan publik Anfield. Liverpool akan menjamu Crystal Palace di partai terakhir pekan ke-37 pada hari Sabtu, 16 Mei 2015. Laga terakhir Liga Inggris musim 2014/15 akan dilakoni Liverpool di kandang Stoke City pada Minggu, 24 Mei 2015.
 Steven Gerrard termasuk dalam generasi emas Inggris, namun gagal mempersembahkan trofi bagi The Three Lions. (Getty Images/Michael Regan) |
"Get Gerrard to Wembley"Dongeng tak selalu berakhir indah, namun Gerrard telah memberikan kenangan indah di hati para Kopites. Abaikanlah
haters, mereka akan tetap ada. Namun Gerrard adalah pangeran di hati Kopites. Seperti Paolo Maldini di Milan, Oliver Kahn di Bayern Munich, atau Pep Guardiola di Barcelona.
Gerrard tak akan mendapatkan kado yang manis di lapangan hijau pada hari ulang tahunnya yang ke-35 pada 30 Mei nanti di partai final Piala FA yang berlangsung di Wembley. Fabian Delph atau Tom Cleverley dari Aston Villa--yang mungkin akan mengganti peran Gerrard di lini tengah Inggris--akan menjadi sorotan di Wembley.
Setelah Gerrard mengumumkan akan pindah ke LA Galaxy, di Anfield selalu muncul spanduk atau poster dengan tulisan 'Get Gerrard to Wembley'. Spanduk atau poster-poster itu menunjukkan bahwa para pendukung Liverpool tak ingin trofi bagi mereka sendiri. Mereka ingin trofi Piala Liga atau Piala FA itu menjadi persembahan terakhir bagi sang Kapten. Sayang itu tidak terwujud.
Wembley bisa dibilang rumah kedua Gerrard setelah Anfield. Pemain kelahiran Whiston, Merseyside, 30 Mei 1980 itu adalah seorang yang sangat cinta untuk bermain di timnas Inggris. Dia pun didaulat untuk melingkarkan ban kapten
The Three Lions di lengan kirinya. Sayang, di Piala Dunia terakhir, Inggris kembali tak mampu berbicara banyak.
Gerrard pun telah memutuskan pensiun dari kariernya sebagai pemain timnas.
Kemudian, ketika Delph bersama rekannya di Aston Villa berjuang di Wembley, bagaimana dengan Gerrard di saat yang sama?
Pria dengan mata sayu itu mungkin akan menikmati pesta ulang tahun ke-35 dan kenangan hidupnya selama di Liverpool bersama istrinya, Alex Curran dan tiga anaknya, serta beberapa sahabat dekat.
Mungkin mereka akan merapat di ruang tamu sambil menatap televisi layar besar yang memutar video kehidupan karier Gerrard sebelum meniup lilin ulang tahun seraya memanjatkan doa dan harapan di tahun mendatang.
Bicara soal karier Gerrard. Siapakah gerangan pelatih yang paling hebat memaksimalkan potensi Gerrard?
Karier senior Gerrard lahir di tangan Gerard Houlier. Gerard memunculkan Gerrard. Pelatih asal Perancis ini pula yang menunjuk dia menjadi kapten setelah Samy Hyypia hengkang pada 2003.
Jika ukurannya gelar, karier puncak Gerrard terjadi ketika Liverpool dilatih Rafael Benitez yang membawa tim itu secara dramatis memenangkan liga Champions 2005. Pasalnya setelah itu, bersama Roy Hodgson dan Kenny Daglish karier Gerrard dan raihan trofi buat Liverpool biasa saja.
Sejak 2005, Liverpool hanya sekali lagi mendapatkan trofi yaitu Piala Liga musim 2010/12 di bawah kepelatihan Kenny Daglish. Sejak saat itu tak ada lagi trofi yang mampir di lemari penghargaan Liverpool.
Hingga musim lalu ketika Brendan Rodgers membawa Liverpool hampir juara. Momen klimaks ketika Liverpool berhasil mengalahkan Manchester City secara dramatis, 13 April 2014.
Ketika peluit panjang berbunyi, Gerrard menjerit dan menangis haru. Ia lalu mengumpulkan timnya dan menegaskan kepada para teman-temannya di tim Liverpool untuk fokus pada pertandingan-pertandingan selanjutnya. Namun, akibat terpeleset kala melawan Chelsea harapan Gerrard dapat mengangkat trofi liga Inggris pun sirna.
Waktu terus berjalan. Waktu pula lah yang akhirnya memisahkan kebersamaan antara Gerrard dan Liverpool.
Gerrard yang mengaku tak kuasa jika harus duduk terus di bangku cadangan pun memilih keluar dari Liverpool. Dia pun memilih LA Galaxy sebagai tujuan selanjutnya, bukan klub di Inggris maupun di Eropa. Alasannya dia tak ingin memperkuat klub yang mungkin akan berpeluang menghadapi Liverpool dalam suatu roda kompetisi.
Mengenakan seragam Liverpool sejak masih belia pada tahun 1987 hingga 1998, Gerrard merasakan debut senior di bawah asuhan Houlier pada 29 November 1998 melawan Blackburn Rovers. Beruntung gelandang sentral yang juga kapten Liverpool saat itu, Jamie Redknapp, kerap cedera sehingga Gerrard bisa mengisi posisi kosong yang ditinggalkan.
Pada musim debutnya, Gerrard bermain 13 kali untuk Liverpool. Di musim selanjutnya dia menjadi mitra tetap Redknapp atau Dietmar Hamann di lini tengah Liverpool.
Gerrard kecil sebetulnya tak langsung berlatih di sekolah sepak bola Liverpool. Untuk pertama kali dia ikut klub lokal tempatnya berdomisili, Whiston Juniors hingga ditemukan pemandu bakat Liverpool. Pada usia sembilan tahun Gerrard kemudian bergabung dengan institusi pendidikan sepak bola Liverpool.
Sejak debut pada 1998, sudah sepuluh trofi Gerrard dapatkan bersama Liverpool. Hanya trofi Liga Inggris yang belum pernah dipersembahkannnya kepada Liverpool. Trofi yang dirindukan para pendukung Liverpool, trofi yang anak-anak muda Liverpool harapkan dapat mereka persembahkan kepada klub tersebut.
Harapan yang diwariskan dari generasi ke generasi di klub Liverpool. Harapan yang selalu dihembuskan kapten tim kepada skuatnya setiap akan mengawali pertandingan.
Gerrard dan Liverpool bukan sekedar dongeng. Kisah tentang kepahlawanan Gerrard di Liverpool akan menjadi sebuah epos bagi scouser-scouser muda selanjutnya. Kisah kepahlawanan seorang Gerrard yang menginspirasi para pesepak bola muda di kota Liverpool.
Kini, sang kapten Gerrard akan hengkang ke benua seberang. Siapakah pewaris tanggung jawab ban kapten di lengan kiri selanjutnya?
(kid)