Jakarta, CNN Indonesia -- Sosok Luis Enrique untuk sebagian besar pecinta sepak bola adalah seorang pemain asal Spanyol yang terluka akibat sikuan pemain belakang Mauro Tassotti dalam perempat-final Piala Dunia 1994 di Boston.
Namun gambaran tersebut sekarang berubah menjadi sosok seorang pelatih Barcelona yang berseri-seri dan dengan bangga hendak memamerkan trofi
treble klub Katalonia dalam musim pertamanya melatih di Camp Nou.
Bulan lalu, Barca telah merebut gelar La Liga dengan kemenangan 1-0 atas Atletico Madrid dan mengalahkan Athletic Bilbao 3-1 untuk mendapatkan Piala Raja ke-27. Jika mereka berhasil menumbangkan Juventus di Berlin (6/6), maka raihan
treble mereka akan digenapi dengan gelar Liga Champions
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa memprediksi mantan pemain gelandang Barca dan Spanyol yang kini berusia 45 tahun tersebut dapat menyamai prestasi bersejarah dari mantan rekan satu timnya, Pep Guardiola, musim 2008-2009.
Barca menjadi tim Spanyol pertama yang bisa memenangi Liga Champion, gelar liga dan piala domestik dalam satu musim -- sesuatu yang belum pernah berhasil dilakukan rival beratnya, Real Madrid.
Di bawah Enrique, di partai semi final Barca semakin menegaskan statusnya sebagai klub besar Eropa dengan menyingkirkan Bayern Munich yang diasuh Guardiola melalui kemenangan agregat 5-3.
Keputusan klub untuk mengganti Guardiola dengan Luis Enrique sudah terbukti sukses, apapun hasilnya nanti di Stadion Olympic akhir pekan ini.
Barca saat ini jauh lebih baik dibandingkan masa Gerardo Martino -- ketika Barcelona untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir tidak mendapatkan piala apapun.
Merebut Status Pahlawan KataloniaLuis Enrique mengambil alih sebagai pelatih Barca tim B tahun 2008 ketika Guardiola dipromosikan untuk memimpin tim utama.
Guardiola adalah pahlawan Katalonia. Merebut status tersebut bukan perkara mudah, terutama bagi Enrique yang pernah menjadi pemain dari klub rival Barca, Real Madrid, selama 5 tahun (1991-1996).
Enrique harus bekerja keras di dalam lapangan untuk mendapatkan simpati pendukung Barca dan ia berhasil melakukannya ketika mengambil alih salah satu pekerjaan penuh tekanan di dunia tersebut.
Selama menjadi seorang pemain, ia memenangkan banyak pujian untuk semangat juang, ketahanan fisik, dan visi yang tajam untuk mencetak gol. Dan tampaknya hal tersebut terbawa ketika ia menjadi pelatih.
Sukses dengan Barca B, karier kepelatihannya sempat tersendat bersama AS Roma sebelum ia memimpin Celta Vigo dan membawa klub tersebut ke posisi kesembilan La Liga di musim 2013-2014.
Luis Enrique juga pantas mendapatkan banyak pujian untuk keberhasilan Barca baru-baru ini, terutama atas kesuksesannya melatih Messi beserta Neymar dan Luis Suarez menjadi lini serang tertajam di Eropa.
Kini, menghadapi partai final melawan Juventus, Enrique bisa menggenapi seluruh perjalanannya dengan merebut tempat di hati para penggemar Barcelona dan membuktikan bahwa tak hanya ada satu pahlawan di Katalonia.
(vws)