Tokyo, CNN Indonesia -- Jepang menunjuk seorang politisi veteran untuk mengisi posisi Menteri Olimpiade yang baru saja diciptakan pada bulan lalu untuk membantu persiapan mereka sebagai tuan rumah Olimpiade 2020.
Meski Tokyo mendapatkan hak tuan rumah karena kemampuan mengorganisasi, tahun lalu Tokyo terlihat kesulitan untuk menepati janji-janji yang disampaikan saat pencalonan. Biaya konstruksi meningkat tinggi dan muncul perdebatan antara kota Tokyo dan pemerintah pusat mengenai pihak yang seharusnya membayar stadion utama.
Orang yang menjadi Menteri Olimpiade Jepang pertama adalah Toshiaki Endo, seorang pembuat kebijakan selama 22 tahun, yang pernah bekerja untuk merancang kebijakan olahraga, pernah menjadi wakil menteri di Kementerian Pendidikan, dan memiliki hobi bermain rugbi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perdana Menteri meminta saya untuk terus berhubungan dengan seluruh kementerian terkait, demikian juga dengan pemerintah kota Tokyo dan juga bekerja keras," kata Endo kepada wartawan seusai bertemu dengan perdana menteri Shinzo Abe.
Endo menambahakan, ia berharap bahwa Olimpiade akan menjadi sarana bagi Jepang untuk mengadakan festival bagi seluruh rakyat Jepang, sekaligus cara untuk menunjukkan kemajuan teknologi mereka pada seluruh dunia.
Salah satu tugas pertama Endo adalah memutuskan rancangan akhir bagi Stadion Nasional yang baru, tempat perayaan pembukaan dan penutupan diadakan.
Tingginya biaya pembangunan stadion yang dirancang oleh Zaha Hadid membuat Jepang membuat beberapa alternatif proposal, termasuk di antaranya menunda pemasangan atap dengan sistem buka-tutup dan juga merancang kursi stadion yang tidak permanen.
Mei lalu, gubernur Tokyo Yoichi Masuzoe marah karena ia diminta mengeluarkan uang senilai US$ 400 juta tanpa adanya rincian rencana penggunaan uang.
(vws)