Edmonton, CNN Indonesia --
Artikel ini diterjemahkan dari situs CNN Internasional dari artikel judul: How Football United Canada.Untuk anak-anak di Yellowknife, Kanada, menempuh lebih dari 900 kilometer demi sebuah pertandingan "kandang" tak berarti apa-apa.
Tidak akan terasa, jika Anda bisa berjalan bergandengan dengan tangan seorang pemenang Olimpiade menuju lapangan di stadion Piala Dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka-angka membuktikan bahwa Kanada adalah tuan rumah Piala Dunia Wanita paling sukses sepanjang sejarah.
Lebih dari satu juta orang datang ke stadion untuk menyaksikan pertandingan, sementara rating televisi juga menunjukkan angka mengesankan.
Namun kesuksesan turnamen tersebut tidak diukur dari sekadar pendapatan dan angka-angka, namun yang terlihat di kejauhan.
Piala Dunia ini adalah kesempatan untuk menyatukan suatu negara --dan sebuah generasi-- melalui olahraga yang masih kalah kelas dari hoki, dan pada gender yang pencapaiannya di dunia olahraga masih sering dipandang sebelah mata.
Karena itulah perjalanan jauh anak-anak dari Yellowknife bermakna. Ibukota dari provinsi Northwest Territories tersebut adalah kota kecil berpenduduk 20 ribu jiwa.
Mereka hanya satu dari beberapa kota yang tersebar di sepanjang jarak 1.900 kilometer antara Lautan Artik dan juga tempat Piala Dunia Wanita 2015 diselenggarakan, Edmonton.
Yellowknife terisolasi. Mereka harus mencapai Edmonton dengan perjalanan mengendarai mobil selama satu hari, atau menghabiskan uang untuk tiket pesawat. Jika anak-anak di Northwest Territories bisa tersentuh oleh Piala Dunia, maka ajang tersebut bisa dikatakan sukses.
Ketika Amerika Serikat bertemu dengan Kolombia di laga Piala Dunia, maskot yang menemani para pemain berasal dari Yellowknife.
Jumlah penonton hadir di stadion? 19.412 orang. Populasi Yellowknife? 19.234 orang.
"Kami membeli banyak sekali tiket sehingga panitia penyelenggara Piala Dunia bertanya apakah kami mau menemani para pemain saat mereka keluar ke lapangan," kata pelatih tim sepak bola putri Yellowknife, Joe Acorn, kepada stasiun radio
CJCD.
"Saya sedikit cemburu, namun senang atas kesempatan yang diperoleh anak-anak ini, untuk melakukan ini, dan juga mendapatkan sorotan."
Greg Hopf adalah Direktur Eksekutif dari Lingkaran Olahraga Aboriginal di Northwest Territories.
Hopf percaya bahwa momen tersebut, pada Senin malam di Edmonton, bukan hanya menyentuh Yellowknife, namun juga lusinan wilayah di komunitas First Nations, di mana sepak bola menjadi raja.
"Yellowknife bukan NWT. Kami memiliki 32 komunitas lainnya yang sedang mencari identitas," kata Hopf kepada
CNN.
"Ketika anak-anak Yellowknife bisa ke sana dan mengalami hal itu, yaitu berjalan ke lapangan sembari menggandeng tangan seorang atlet pro, hal itu tidak hanya berpengaruh pada Yellowknife. Itu hal besar."
Salju dan es mendominasi Northwest Territories nyaris sepanjang tahun. Fasilitas untuk bermain sepak bola di luar lapangan sangat terbatas dan sulit untuk dijaga.
Sepak bola menjadi permainan yang dimainkan dengan keras dan kasar, di dalam pusat pelatihan rugbi yang dibangun untuk tahan dalam iklim sub-artik.
"Kelompok anak-anak yang lebih tua - 13,14,15 tahun- memiliki gairah untuk sepak bola yang mereka tunjukkan di pusat pelatihan setiap Jumat malam," kata Hopf. "Ketimbang melakukan hal nakal atau mengonsumsi obat-obat terlarang dengan teman mereka.
"Saya memiliki seorang keponakan yang tinggal di Fort Resolution -- komunitas yang sangat kecil, mungkin 500 orang -- dan mereka memiliki masalah sosial yang sangat besar.
"Ia dan temannya, ketimbang pergi dan terlibat dengan hal-hal negatif, guru olahraga mereka memberikan kunci untuk pusat pelatihan dan mereka bermain sepak bola selama empat atau lima jam."
"Pusat pelatihan itu menjadi pusat penghubung untuk komunitas."
Dalam bulan-bulan di musim dingin, bermain bola di pusat pelatihan menjadi cara banyak anak muda NWT menghabiskan waktunya.
"Sepak bola memberikan anak-anak di sini sebuah cara untuk melepaskan energi, sekaligus juga cara mereka bersosilaisasi," kata Roslyn Firth, manajer rekreasi dan kepemudaan di komunitas Forth Liard -- populasi 550 orang.
"Kami punya anak-anak berumur sembilan tahun yang bermain di pusat pelatihan dengan remaja 18 tahun, setiap kali kami buka."
"Dan anak-anak ini menantikan waktu untuk bermain dengan komunitas lainnya pada sebuah turnamen, untuk mendapatkan kesempatan bertemu dengan teman mereka sekaligus juga membuat teman yang baru."
"Turnamen itu memiliki peran sosial yang besar di Utara."
 Timnas Amerika Serikat merayakan keberhasilan mereka menjadi juara dunia. (Reuters/Michael Chow) |
Di Fort Liard, komunitas terdekat berjarak lebih dari 100 kilo meter. Ketika Anda terpilih untuk mengikuti turnamen, maka sepak bola akan memberikan kesempatan untuk bergerak ke tempat baru.
"Mereka melihatnya sebagai tiket untuk pergi," kata Firth. "Jadi mereka ingin aktif di sepak bola. Mereka aktif, mereka lebih sehat, mereka lebih bugar, mereka mendapatkan manfaat dari semua aktivitas di dalam sepak bola. Dan wawasan mereka lebih luas."
"Mereka memiliki banyak sekali teman di Facebook, yang terkadang bukan orang yang pernah mereka temui atau kenal. Ketika mereka pergi ke komunitas lainnya untuk bermain sepak bola, mereka bisa menambah seorang teman di Facebook."
"Dan mereka wajib pergi ke sekolah untuk bisa ikut turnamen. Jadi, kami mendapatkan seorang anak yang semula pergi ke sekolah seminggu sekali, atau setiap sepuluh hari sekali, menjadi seorang anak yang pergi ke sekolah setiap hari."
Dua tahun lalu, anak-anak dari Fort Liard pergi sejauh 900 kilo meter dengan menggunakan bus sekolah berwarna kuning dalam suhu sedingin es untuk bermain di turnamen di daerah selatan.
Awal tahun ini, tim dari Whale Cove --populasi 350 orang, di pantai barat Hudson -- berpergian ke turnamen Yellowknife untuk pertama kalinya dalam sejarah. Mereka menabung tiga tahun untuk bisa pergi ke sana.
Lori Lindsey, seorang mantan anggota tim nasional Amerika Serikat yang bermain di Piala Dunia empat tahun lalu, berkunjung ke Northwest Territories pada Juni lalu dalam misinya di Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat.
Setelah menjalani klinik sepak bola di beberapa komunitas, Lindsey berkata bahwa sepak bola menjadi "pusat kegiatan" Yellowknife.
"Saya tidak tahu hal itu sebelumnya. Anda benar-benar merasakan energi permainan dan juga kegembiraan," kata Lindsey.
Ketika Lauren Sesselmann terpeleset dan membuat Inggris mendapatkan gol pertama mereka di partai perempat final, dia secara tidak sengaja menunjukkan bagaimana Kanada sangat terpengaruh oleh Piala Dunia Wanita.
Unggahan Instagramnya setelah pertandingan, membela dirinya sendiri dari para kritik, mendapatkan ribuan jempol, ratusan balasan dan juga menjadikan dirinya sorotan media.
Untuk kali pertama, seorang pesepak bola perempuan bisa menjangkau massa seperti halnya seorang pemain hoki laki-laki.
Tapi apakah hal tersebut hal itu berarti ada warisan untuk seluruh Kanada? Dalam tahun-tahun ke depan, akankah anak-anak di Northwest Territories mengingat bahwa mereka pernah bergandengan tangan dengan atlet-atlet di Piala Dunia ini?
"Ini telah menjadi pengalaman paling positif untuk gadis-gadis muda di komunitas di Utara," kata Keirra Alty.
Pemain berusia 22 tahun tersebut lahir dan dibesarkan di Yellowknife. Ia pernah dua kali berkompetisi di turnamen Musim Dingin Arktik -- turnamen dua tahunan untuk pemain muda. Sekarang ia menjadi pelatih.
"Turnamen ini menyatakan: 'Lihat yang bisa tim nasional kita lakukan.'"
"Saya berbicara dengan seorang anak berusia 10 tahun di turnamen Piala Dunia Mini pekan lalu. Ia mengatakan kepada saya, impiannya adalah bermain untuk lini pertahanan tim nasional."
"Anak-anak saya menyukai turnamen itu," kata Hopf, yang tumbuh besar bermain bola di komunitasnya di Fort Simpson sebelum pindah ke kota besar.
"Hal itu menjadi satu ajang yang mereka nantikan setiap tahun. Putra saya juara dua. Ia berada di Tim Argentina."
"Putri saya masih membicarakannya, lima hari setelah turnamen usai, tentang satu-satunya gol yang ia cetak."
"Untuknya menyaksikan Piala Dunia Wanita di Televisi, lalu memainkan Piala Dunia Mini sehari setelahnya? Hal itu yang menyempurnakan semuanya."