Juara Dunia Bulutangkis Tak Lahir Begitu Saja

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Minggu, 23 Agu 2015 09:03 WIB
Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan harus mendorong diri hingga ke batas terakhir untuk bisa menjalani Kejuaraan Dunia hingga ke partai pamungkas.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan sukses mendapatkan medali emas sebagai satu-satunya wakil di babak final Kejuaraan Dunia 2015. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan memang memiliki talenta hebat dan kualitas istimewa. Namun hal itu tidak lantas membuat titel juara dunia 2015 datang begitu saja. Kerja keras di latihan dan di pertandingan jadi kunci utama keberhasilan Ahsan/Hendra.

Sebelum Kejuaraan Dunia dimulai, posisi Ahsan/Hendra dalam peta persaingan di nomor ganda putra tidaklah terlalu bagus. Mereka gagal mempertahankan gelar All England dan tak mampu jadi juara Indonesia Terbuka. Satu-satunya gelar yang didapat Ahsan/Hendra di tahun 2015 adalah Malaysia Super Series.

"Untuk All England, persiapan Ahsan/Hendra terbilang tidak maksimal karena Ahsan sempat terkendala cedera. Sementara di Indonesia peak performance mereka menurun setelah tampil gemilang di Piala Sudirman."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk pemain senior seperti mereka, persiapan matang mutlak dilakukan agar mereka bisa mengeluarkan penampilan 100 persen di lapangan. Karena itu kami tak mau menyia-nyiakan waktu dua bulan yang ada," ucap pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi kepada CNN Indonesia.

Waktu dua bulan tersebut benar-benar dimanfaatkan habis-habisan oleh Ahsan/Hendra. Mereka tidak hanya sekadar berlatih, namun juga meningkatkan standar latihan.

"Tensi latihan jadi lebih tinggi. Porsi latihan meningkat. Misalnya saja biasanya mereka latihan smash sebanyak 8 sesi dalam satu waktu latihan, maka untuk Kejuaraan Dunia kemarin mereka melahap 10-12 sesi."

"Bukan hanya smash, melainkan juga model latihan lainnya seperti push up, stroke, dan lainnya," tutur Herry.

Penambahan porsi latihan bukan hanya terletak pada jumlah sesi yang dilakukan pada tiap jenis latihan, melainkan juga penambahan variasi latihan itu sendiri.

"Bila dalam satu waktu latihan mereka sebelumnya menghabiskan delapan jenis latihan, maka kemarin pun ada peningkatan hingga 10-12 jenis latihan tiap sesi latihannya," ungkap Herry.

Tidak hanya itu, Ahsan/Hendra juga terus mengevaluasi kekalahan dan kesalahan yang mereka lakukan di waktu-waktu sebelumnya. Komunikasi terus mereka jalin dan hal inilah yang membuat Ahsan/Hendra berada dalam kondisi siap tempur.

"Kami bersiap sebaik mungkin untuk menyambut Kejuaraan Dunia kali ini. Setelah persiapan selama dua bulan, kami berada dalam kondisi percaya diri menyambut Kejuaraan Dunia 2015," tutur Hendra.

Perjalanan yang Menegangkan

Dalam perjalanan merebut gelar juara dunia, Ahsan/Hendra sempat terlihat tak tampil dalam kondisi terbaik karena harus menjalani rubber game saat menghadapi Baptiste Careme/Ronan Labar dan Kenta Kazuno/Kazushi Yamada di dua babak awal.

"Bagi kami yang paling penting adalah kemenangan. Kami pastinya juga ingin menang dua gim langsung namun ternyata harus melalui rubber game di dua babak awal," ucap Ahsan bercerita.

Meskipun menjalani start yang kurang bagus, Ahsan/Hendra sama sekali tidak panik, pun begitu halnya dengan sang pelatih.

"Tidak ada rasa khawatir atau marah berlebihan. Saya hanya berdiskusi seusai pertandingan mengenai kelemahan yang terlihat saat pertandingan. Setelah itu kami semua kembali ke hotel dan tak ada lagi diskusi lebih lanjut," ujar Herry.

Walaupun awalan yang kurang bagus, grafik penampilan Ahsan/Hendra terus menunjukkan peningkatan. Mulai dari babak perempat final hingga juara, mereka selalu menang dua game langsung.

"Setelah menunjukkan penampilan apik di perempat final, Ahsan/Hendra tampil sempurna pada babak semifinal dan final hingga akhirnya jadi juara," kata Herry menilai.

Bukan hanya memperhatikan aspek teknis, Ahsan/Hendra juga harus menghalau aspek non teknis lantaran mereka jadi satu-satunya wakil Indonesia di babak final.

"Kami menonton pertandingan pemain Indonesia sebelumnya. Namun setelah mereka kalah, kami coba untuk tetap fokus pada diri kami," kata Hendra.

Lalu kapan rasa optimisme bisa jadi juara dunia membumbung tinggi di dada Ahsan/Hendra dalam perjalanan mereka di Kejuaraan Dunia kali ini?

"Saat kami meraih  poin 21 di game kedua lawan Liu Xiaolong/Qiu Zihan," ucap Ahsan tertawa.

"Kami tidak mau memiliki rasa optimisme untuk menang secara berlebihan sebelum pertandingan akhirnya benar-benar selesai. Kami tak mau lengah dan malah membuang peluang," tuturnya menambahkan. (ptr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER