Jakarta, CNN Indonesia -- Gagal mendapatkan Pedro dari Barcelona, Manchester United kemudian dikaitkan dengan nama-nama kelas wahid di lini depan.
Sebut saja bomber Olympique Lyon Alezandre Lacazette atau bomber Bayern Munich Thomas Mueller lebih sering diberitakan akan dibeli ManUtd. Namun, para bomber-bomber itu telah dipagari klub masing-masing dengan pernyataan tak dijual.
Akhirnya, ketika jendela transfer musim dingin mendekati akhir, ManUtd justru mengalokasikan dana hingga 36 juta poundsterling untuk penyerang AS Monaco Anthony Martial yang baru berusia 19 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan membeli penyerang yang musim lalu mencetak sembilan gol dari 35 pertandingan liga bersama Monaco itu pun menimbulkan pertanyaan heran. Untuk catatan, untuk seluruh pertandingan AS Monaco yang diikutinya musim lalu, Martial total mencetak 12 gol dari 46 laga.
Pasalnya pria yang dibeli Monaco dengan harga 3,6 juta poundsterling pada Juni 2013 silam itu bukanlah nama yang sering muncul di bursa transfer maupun di kancah sepak bola internasional.
Satu-satunya kesempatan publik Inggris mendengar nama Martial adalah ketika ia ada dalam tim AS Monaco saat menumbangkan Arsenal 3-1 pada ajang Liga Champions di Stadion Emirates, musim lalu.
Lantas mengapa United rela menggelontorkan dana hingga puluhan juta poundsterling untuk mendatangkan penyerang muda Perancis tersebut?
Dua Sisi Koin MartialMenurut mantan CEO Monaco, Tor-Kristian Karlsen, Martial sendiri layaknya dua sisi yang berbeda dalam sebuah koin.
Komentar itu diungkap Karlsen lewat akun
Twitter miliknya. Ia memuji kemampuan Martial dalam bergerak mencari ruang, kontrol bola, serta teknik permainan yang mumpuni.
Karlsen juga memuji penyelesaian akhir Martial, khususnya di usianya yang masih muda karena dianggap begitu dingin saat berada dalam situasi satu lawan satu.
Namun di sisi lain, Karlsen juga menunjukkan kelemahan pemain binaan Lyon tersebut.
"Ada masalah mengenai konsistensi, kemampuan untuk berduel secara fisik dan juga kemungkinan mengenai kurangnya determinasi," cuit Karlsen.
Pandangan serupa juga dilontarkan mantan pelatih Monaco, Claudio Ranieri. Ranieri yang membawa Martial ke Monaco merasa mentalitas Martial saat ini belum cukup mumpuni.
"Dia merupakan pemain muda yang hebat dengan masa depan yang cerah. Namun, dia harus mengubah cara berpikirnya," ujar pria yang musim ini menggarap Leicester City tersebut seperti dikutip dari
Sky Sports yang dipublikasi pada 2013 silam.
Antara Pembelian Panik dan Investasi Masa DepanJika melihat usia Martial yang belum mencapai 20 tahun itu, ia masih memiliki banyak waktu untuk membayar banderol besar yang melekat dalam dirinya untuk Manchester United.
Di satu sisi, pembelian Martial di saat-saat terakhir bursa transfer, itu menimbulkan stigma tentang kemungkinan ia merupakan pembelian panik Manajer Manchester United, Louis van Gaal di akhir tenggat waktu jendela transfer.
Pasalnya lini depan United saat ini sedang tidak berada dalam kondisi terbaik mereka. Wayne Rooney yang diharapkan menjadi mesin gol mereka tak kunjung menciptakan gol di 10 pertandingan Liga Inggris terakhirnya.
Ia baru saja menjawab kritik minim gol itu saat tandang ke markas Club Brugge dalam kualifikasi Liga Champions leg kedua pada pekan lalu. Dalam laga itu, Rooney mencetak
hat-trick.
Namun, lini depan ManUtd kembali dikritik setelah kalah dari Swansea City 1-2 pada lanjutan Liga Inggris, Minggu (30/8).
Kegagalan Van Gaal memburu incaran utama seperti Pedro dan Mueller pun diduga menjadi salah satu alasan ManUtd menggelontorkan hingga enam digit dana guna merekrut Martial.
Namun sama seperti klub-klub besar Inggris lainnya yang memiliki investasi mereka masing-masing. Perekrutan Martial juga bisa dianggap sebagai investasi masa depan United.
Tentu saja itu dengan catatan khusus ia bisa membuktikan kualitasnya. Dan, tentu saja diharapkan tak berakhir seperti nasib Anderson, Wilfred Zaha, atau Bebe yang sekarang tak lagi bermain di Old Trafford.
(kid/kid)