Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah Liga Italia selalu dikatakan berada dalam titik nadir sepanjang lima tahun terakhir, klub-klub Serie-A berusaha bangkit dengan memanaskan bursa transfer.
Hasilnya Serie-A mampu mengalahkan Liga Jerman dan juga Liga Spanyol dalam urusan mengeluarkan belanja paling besar, meski Liga Inggris dengan kekuatan hak siar televisinya tak terbendung oleh siapa pun.
Total nilai transfer yang dikeluarkan oleh Serie-A sendiri mencapai €608 juta, lebih tinggi dari €571 juta yang dikeluarkan oleh klub Spanyol dan juga €439 juta oleh Bundesliga. Bahkan nilai tersebut naik 41 persen dari total belanja klub Serie-A pada musim panas lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai perbandingan, Liga Inggris yang musim ini memecahkan rekor total transfer hanya mengalami peningkatan empat persen dari bursa musim sebelumnya.
Klub yang melakukan total pembelian terbesar adalah Juventus yang memperkuat lini serang mereka dengan membeli Paulo Dybala, Mario Mandzukic, Simone Zaza, serta membeli bek kiri FC Porto, Alex Sandro.
Dengan mengeluarkan total pembelian sebesar €115,9 juta, Si Nyonya Tua juga menjadi klub dengan total pembelian terbesar keenam di Eropa setelah Manchester City (€204,38 juta), Manchester United (€139,5 juta), Atletico Madrid (€139,5 juta), Valencia (€137 juta), dan PSG (€116,1 juta).
 Juara bertahan tahun lalu Juventus menjadi klub dengan pengeluaran termahal. (REUTERS/Giampiero Sposito) |
Meski demikian, klub Serie-A tak mengikuti tren memecahkan rekor transfer termahal seperti yang dilakukan Manchester City dengan Kevin De Bruyne atau ManUnited yang menjadikan Anthony Martial sebagai remaja termahal di dunia.
Dua pemain yang memiliki nilai banderol tertinggi Serie-A musim ini adalah Dybala (€32 juta) dan juga Geoffrey Kondogbia (€30 juta).
Catatan lain yang terlihat dari daftar pemain-pemain yang masuk ke Italia pada musim ini adalah Serie-A tampaknya belum menjadi tujuan pemain-pemain papan atas.
Juventus yang sepanjang musim panas berburu seorang gelandang serang pada akhirnya tak mampu memberikan tawaran kepada Julian Draxler, gelandang Schalke 04. Pemain tim nasional Jerman itu lebih memilih hengkang ke Wolfsburg ketimbang menerima pinangan Juventus juara empat kali berturut-turut Liga Italia.
Hal sama juga terjadi pada AC Milan yang ingin mendapatkan Jackson Martinez dari FC Porto. Pada Juni lalu, presiden klub Portugal tersebut sempat menyatakan bahwa Martinez akan bermain bersama Milan musim depan.
Akan tetapi Milan harus gigit jari ketika Atletico Madrid memberikan penawaran di menit-menit akhir dan akhirnya memboyong Martinez ke Spanyol.
Berkat Pemilik-pemilik AsiaGeliat aktivitas transfer klub Serie-A sendiri didorong oleh para pemilik klub yang berasal dari luar Italia.
Misalnya saja AC Milan. Sejak 49 persen saham klub dibeli oleh konsorsium perusahaan Thailand pada akhir tahun lalu, Milan mampu kembali memanaskan bursa transfer.
Rossoneri menjadi klub dengan jumlah pembelian terbesar setelah Juventus dengan mengeluarkan €90,9 juta untuk Carlos Bacca, Luiz Adriano, Alessio Romagnoli, Andrea Bertolacci, atau Luca Antonelli.
Demikian pula dengan Inter Milan yang saham terbesarnya kini dimiliki pengusaha Indonesia, Erick Thohir. Mereka menjadi klub ke-13 dengan pengeluaran terbesar di Eropa dengan menggelontorkan €81,7 juta.
Selain untuk mendapatkan Kondogbia, Inter Milan juga merekrut Ivan Perisic, Jeison Murillo, Felipe Melo, serta memperkuat skuat dengan beberapa pemain pinjaman seperti Stevan Jovetic dan Adem Ljajic.
Di tempat ketiga terdapat AS Roma yang merombak wajah lini serang mereka dengan mendatangkan Edin Dzeko, Mohammed Salah (pinjaman), serta penjaga gawang Wojciech Szczesny.
Serigala Ibukota sendiri adalah klub yang dimiliki oleh grup investor asal Amerika Serikat yang dipimpin oleh James Palotta. Sejak datang ke kota Roma pada 2011 lalu dan menjadi pemilik asing pertama di Serie-A, Palotta telah menyuntikkan dana yang membuat Roma tiga kali berturut-turut bertengger di peringkat dua klasemen akhir.
Thohir dan Palotta bukan hanya menjanjikan pundi-pundi uang untuk membeli pemain namun juga berinvestasi jangka panjang dengan cara membangun stadion dengan kapasitas lebih besar. Strategi seperti inilah yang dilakukan keluarga Agnelli yang memiliki Juventus, klub paling dominan di Italia, untuk menyokong kekuatan finansial Si Nyonya Tua.
Terlepas dari catatan-catatan di atas, Serie-A masih memiliki jalan panjang untuk bisa menyaingi Liga Primer Inggris atau kembali menjadi liga nomor satu di dunia seperti pada era 1990-an lalu. Akan tetapi kehadiran Palotta, konsorsium Thailand, dan Thohir setidaknya bisa mengembuskan nafas segar yang membuat Liga Italia kembali dilirik oleh para pecinta sepak bola.
Setidaknya hal tersebut menjadi hal yang bisa diambil dari bursa transfer tahun ini.
(vws)