LIPUTAN KHUSUS

Persebaya Milik Siapa?

Arby Rahmat | CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2015 15:08 WIB
Sejak musim 2010/2011 lalu, kota Surabaya memiliki dua klub yang menggunakan nama Persebaya dengan logo dan atribut yang nyaris serupa. Ada apa?
Arek Bonek 1927 melakukan aksi protes untuk menggugat PSSI. Hingga saat ini Surabaya masih memiliki dua klub yaitu Persebaya 1927 dan Persebaya Surabaya. (CNN Indonesia/M. Arby Putratama)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua badan hukum berbentuk perseroan terbatas mengklaim menjadi pengelola yang sah dari satu klub sepak bola, Persebaya Surabaya.

PT Mitra Muda Inti Berlian (PT MMIB) membawahi Persebaya Surabaya yang pada 2013-2015 berkompetisi di Liga Super Indonesia. Di sisi lain, PT Persebaya Indonesia juga memiliki Persebaya 1927 yang sempat berlaga di Liga Primer Indonesia -- ketika kompetisi di Indonesia terbagi dua.

Bukan hanya sama-sama mengklaim nama "Persebaya", kedua tim pun menggunakan warna, atribut, dan logo yang nyaris serupa. Sejak terjadi perpecahan pertama lima tahun lalu, konflik belum juga mereda dan kini berlanjut di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mayoritas suporter Persebaya yang akrab dipanggil dengan bonek, atau bondo nekat, menyatakan bahwa Persebaya yang mewakili identitas mereka adalah Persebaya 1927. Sejak 2010, mereka juga memilih untuk membalikkan badan dari Persebaya yang dinaungi PT MMIB.

Stadion Gelora Bung Tomo yang biasanya ramai dengan riuh puluhan ribu arek-arek Suroboyo pun kini sepi. Hanya tersisa ratusan orang yang mengenakan atribut hijau yang mau datang ke stadion.

Perpecahan pun terjadi di klub-klub internal Persebaya. Dua puluh klub memilih tetap bersama Persebaya 1927, sementara 10 klub lain bergabung bersama Persebaya Surabaya.

Lantas bagaimana sebenarnya Persebaya Surabaya bisa "dimiliki" oleh dua badan hukum yang berbeda?

Arek bonek 1927 melakukan aksi protes atas pemakaian nama Persebaya United. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)


Sudut Pandang Bonek

Menurut presidium Bonek 1927 Andy Kristiantono, semua kisruh berawal pada 2009.

Saat itu PSSI memerintahkan semua klub yang bertanding di Liga Super Indonesia untuk berbadan hukum sebagai konsekuensi dari kebijakan FIFA dan PSSI. Persebaya yang baru saja mendapatkan promosi ke ISL 2009 setelah mengalahkan PSMS Medan di babak play-off, kemudian membentuk PT Persebaya Indonesia.

Lalu, menurut pria yang biasa dipanggil dengan Andie Peci tersebut, terjadi konflik pada 2010 atau tepatnya saat "rezim" Nurdin Halid menguasai PSSI. Ia mengatakan terjadi penggulingan dan penghilangan Persebaya secara sistemik.

Andi menceritakan bahwa salah satu contohnya adalah ketika Persebaya dinyatakan kalah WO 0-3 melawan Persik Kediri pada play-off Liga Super Indonesia pada 8 Agustus 2010. Kekalahan ini menyebabkan Persebaya terdegradasi.

Menurut Andie kalah WO Persebaya tersebut sudah diatur sedemikian rupa. "Saat itu Persebaya harus berhadapan dengan Persik Kediri lebih dari tiga kali."

Andie mengatakan, tertera di aturan olahraga PSSI bahwa ketika sebuah klub sepak bola tidak bisa menggelar satu pertandingan saja maka klub akan dianggap kalah dan WO 0-3. Namun yang terjadi pada Persik justru sebaliknya.

"Ketika Persik Kediri gagal melakukan sebuah pertandingan dengan Persebaya, mereka dibiarkan dan diberikan kelonggaran dan hal tersebut diulang lagi sampai tiga kali."

Persebaya, kata Andie, dipaksa bermain untuk keempat kalinya dengan mengambil tempat di Palembang. Persebaya menolak datang dan lantas dianggap kalah WO 0-3.

"Itu kan memang pembunuhan Persebaya secara sistemik. Di posisi itu kami melawan," kata Andi melanjutkan. "Pada 2010 mereka lalu membentuk suatu PT yang kami juga tidak tahu itu apa (merujuk PT MMIB)."

Di bawah pengelolaan PT MMIB, menurut Andie, pemain Persebaya diambil dari Kutai Barat. "Dan yang kami tahu, PT Muda Inti Berlian bukan perusahaan yang bergerak di bidang olahraga, tapi di bidang kontraktor dan properti."

Persebaya di bawah PT Persebaya Indonesia kemudian memilih untuk tidak mengikuti kompetisi PSSI tahun berikutnya di musim 2010/2011. Di bawah kepemimpinan Saleh Mukadar, Persebaya pun memutuskan untuk mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI).

Sudut Pandang PSSI

Menurut buku putih Persebaya yang diterima CNN Indonesia dari PSSI, sikap penolakan untuk mengikuti kompetisi PSSI itu berbuah ancaman sanksi yaitu dilarang untuk terlibat dalam seluruh kegiatan di bawah PSSI.

Karena itu, sebagaimana tertera dalam buku putih, sejumlah pengurus klub meminta Wishnu Wardhana selaku Ketua Pengcab PSSI Kota Surabaya kala itu untuk menyelamatkan Persebaya dengan jalan membentuk kepengurusan Persebaya yang baru.

PSSI kemudian mengakui kepengurusan baru Persebaya di bawah kepemimpinan Wishnu Wardhana sehingga Persebaya tercatat sebagai peserta wilayah III Kompetisi Divisi Utama musim 2010/2011.

Menurut buku putih, Persebaya di bawah Wishu Wardhana sendiri saat itu tidak memiliki pemain dan pengurus tim. Atas bantuan pegiat sepakbola Vigit Waluyo, Wishnu mendapatkan skuat pemain dari mantan skuat Persatuan Sepakbola Kutai Barat (Persikubar).

Ketika Wishnu tak bisa mengalami kesulitan finansial dan tak bisa melunasi gaji pemain, PT Mitra Muda Inti Berlian yang dipimpin Diar Kusuma Putra kemudian merangkul tim besutan Wishnu.

Konflik menjadi semakin rumit karena terjadi pergantian kekuasaan di tubuh PSSI sendiri pada 2011. ISL yang semula liga resmi di bawah PSSI menjadi liga pecahan, sementara PSSI menggulirkan Liga Prima Indonesia di bawah PT Liga Prima Indonesia Sportindo.

Persebaya di bawah PT MMIB memilih untuk tetap menjalani kompetisi Divisi Utama di bawah operator Liga Indonesia (ISL). Sementara itu, Persebaya di bawah PT Persebaya Indonesia memilih berkompetisi di Liga Primer Indonesia di bawah PSSI.

Saat terjadi unifikasi liga dan kembali adanya peralihan kekuasaan di tubuh PSSI, masih menurut buku putih, Kongres di Jakarta memutuskan klub-klub LPI yang terduplikat atau mengalami dualisme, termasuk Persebaya 1927, Arema LPI dan Persija LPI, tidak dimasukkan dalam skema unifikasi Liga ISL 2014.

Gagasan ini lalu disetujui semua peserta Kongres. Keputusan ini pun tertuang dalam SK Kongres terkait format Kompetisi Penyatuan Liga.

Yang Baru dan yang Asli?

Buku putih PSSI menyatakan bahwa Persebaya 1927 adalah Persebaya yang "baru".

"Mengapa disebut klub baru, sebab pada Februari 2011, sesaat setelah didaftar di LPI, Persebaya pimpinan Saleh Ismail Mukadar ini tidak bisa mendapat ijin kegiatan dari negara, dalam hal ini kepolisian, dengan alasan tidak boleh ada dua klub dengan nama yang sama," demikian dinyatakan PSSI

"Alhasil, Saleh Ismail Mukadar mendirikan klub baru yang bernama Persebaya 1927, dengan logo yang berbeda dengan Persebaya Surabaya yang sebelumnya."

Sementara itu, Andie Peci memberikan sudut pandang berbeda untuk menyatakan bahwa Persebaya di bawah PT MMIB adalah yang baru.

Selain bernaung di bawah kelola PT Persebaya Indonesia, Andi membeberkan, setidaknya ada dua hal lain yang dapat menjadi tolok ukur. Salah satunya adalah pemanggilan pemain Surabaya ke timnas Indonesia.

"Misalkan bagaimana pada 2012 dan 2013, Andik Vermansyah, M. Taufik, dan Indra Prasetya dipanggil oleh timnas untuk mewakili Indonesia dalam pertandingan interasional. Waktu itu ketiganya bermain di Persebaya kami ini."

Selain itu, Andi juga meminta masyarakat jeli melihat jumlah dukungan suporter. Dukungan pada tim persebaya yang bukan asli, menurut Andi, sangat sedikit.

"Satu musim kemarin, bisa dilihat kapasitas stadion begitu besar, 55 ribu, hanya diisi dua-tiga ribu orang. Kami pernah mencatat 55 ribu penonton dalam sebuah pertandingan melawan Arema dan QPR waktu itu." ujar Andie.

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER