Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan wasit yang dijatuhi hukuman seumur hidup oleh PSSI, Aris Munandar, memberi penjelasan mengenai tudingan PSSI yang mempertanyakan perannya dalam Piala Kemerdekaan.
"Yang jelas, PSSI mengutarakan itu hanya bertujuan untuk menggembosi turnamen kemerdekaan," tukas Aris yang didampingi anggota tim Transisi Zuhairi Misrawi di Lobi Kemenpora, Jumat (28/8).
Sehari sebelumnya Ketua Komisi Disiplin PSSI Ahmad Yulianto menuding ada sosok wasit fiktif yang bertugas di turnamen Piala Kemerdekaan atas nama Aris Munandar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aris Munandar menjadi inspektur wasit di dua lapangan pada saat yang bersamaan. Artinya, mana mungkin Aris Munandar itu bisa hadir di dua lapangan?" ujar Ahmad dalam jumpa pers di Kantor PSSI, Kamis (27/8).
"Ini berarti ada satu yang fiktif tetapi diberi nama Aris Munandar. Saya mengingatkan kembali bahwa saat ini kita berupaya untuk membangun tata kelola sepak bola yang baik," kata Ahmad.
Menanggapi hal tersebut, Aris mengatakan hal itu adalah kesalahan dari panitia penyelenggara Piala Kemerdekaan.
"Sebenarnya ada inspektur wasit dan pengawas pertandingan di sana. Cuma panitia pelaksana (panpel) menulis nama saya semua. Itulah kesalahan panpel," kata Aris kepada wartawan.
Aris mengaku berbagi peran dalam Piala Kemerdekaan dengan wasit M. Odi Sodikin.
Di Kemenpora, Aris juga bercerita tentang kasus yang menimpanya dua tahun lalu dan mengakibatkan sanksi seumur hidup dari PSSI.
Menurut Ahmad, Aris dan Bagong telah terbukti dan mengakui menerima uang sebesar 50 juta rupiah saat memimpin pertandingan pada tahun 2013 lalu. Atas pelanggaran yang mereka lakukan, Aris dihukum seumur hidup sedangkan Bagong mendapatkan sanksi empat tahun.
"Ternyata oleh tim Piala Kemerdekaan mereka ditunjuk untuk bertugas di turnamen tersebut," ucap Ahmad.
Tentang hal itu, Aris berkilah bahwa dalam pertandingan Divisi I tersebut, ia bertugas sebagai inspektur wasit bersama dengan 2 pengawas pertandingan, 6 wasit, dan 6 asisten wasit.
Berdasarkan penuturan Aris, kronologis kejadiannya adalah kala itu ia menerima Rp50 juta untuk meloloskan Martapura FC. Uang Rp50 juta itu lalu dibagikan kepada 18 orang, termasuk untuk Komite Wasit PSSI Jimmy Napitipulu.
"Kami terima uang 50 juta, itu setelah hampir semua pertandingan selesai, diberikan oleh Frans Sinatra Huei (pelatih Martapura FC). Yang 10 juta untuk Jimmy, 5 Juta untuk Jaka Mul, dan 5 Juta lagi untuk Mansur Letaluhu. Yang 30 juta itu dibagi untuk 15 orang dari inspektur wasit 1 orang, pengawas pertandingan 2 orang, wasit 6 orang, dan asisten wasit 6 orang -- masing-masing terima dua juta," tutur Aris.
"Saya tidak habis pikir saya sendiri yang dihukum seumur hidup, yang lain 5 tahun pada waktu itu. Padahal yang saya dengar informasi dari salah satu wasit yang mendapat informasi dari ofisial Persikutim, bahwasanya pengurus PSSI menerima 400 juta sebelum pertandingan di event itu," ungkap Aris.
Baca: Ada Wasit Fiktif di Piala Kemerdekaan (kid/kid)