Jakarta, CNN Indonesia -- Namanya memang tak setenar Evan Dimas atau Rio Haryanto, namun ada alasan kuat mengapa ia layak lebih diperkenalkan kepada khalayak Indonesia.
Adalah Juwita Niza Wasni, gadis muda yang berkecimpung di dunia olahraga. Tak sembarang olahraga, Juwita, begitu ia biasa disapa, memilih menjadi atlet olahraga tak biasa bernama wushu.
Tak sekadar berkecimpung, Juwita bahkan sudah mempersembahkan medali emas di ajang Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan. Cerita menarik mengikuti kesuksesannya meraih medali emas tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, Juwita meraih medali perak di ajang tersebut. Perak lantas berubah menjadi emas kala sang juara pertama yang berasal dari Malaysia, Cheau Xuen Tai, terjegal masalah doping.
Senyum Juwita saat meraih medali perak sontak kian memancarkan rasa bahagia yang luar biasa. "Senang sekali. Itu (medali emas) antara percaya dan enggak," ujar Juwita saat dihubungi
CNN Indonesia, Selasa (8/9) malam.
"Sebenarnya, dapat perak saja sudah senang sekali, apalagi (saat itu) saya juga belum sering tampil di turnamen internasional."
Berawal dari Senam Sekelumit kisah sukses di atas tak diperoleh Juwita dengan mudah. Perjalanan atlet berusia 19 tahun itu di dunia wushu bermula dengan sebuah kebetulan.
Juwita sebenarnya mengawali kariernya di cabang olahraga senam. "Saya awalnya ikut senam, tapi kondisi tubuh tidak memungkinkan. Soalnya senam kan semakin besar semakin sulit, jadi beralih ke olahraga lain," ujar Juwita menjelaskan.
Dari sekadar coba-coba, latar belakang senam yang dimiliki Juwita membuatnya tak terlalu sulit beradaptasi di olahraga barunya tersebut. "Karena saya dari senam. Senam kan sering lompat-lompat, jadi di wushu lompat lebih gampang. Badan juga lebih lentur."
Hasilnya? Juwita menorehkan banyak prestasi di dunia wushu. Sebut saja medali emas di World Children Games 2011, satu emas dan satu perak di Islamic Solidarity Games 2013, satu emas dan satu perunggu di SEA Games 2013, satu emas di Asian Games 2014, dan satu perak di Sea Games 2015.
Kuliah dan Latihan Selain menjalani kehidupan sebagai seorang atlet, Juwita tak lantas melupakan aspek pendidikan dalam kehidupannya. Ia pun masih berstatus mahasiswi jurusan manajemen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
"Pagi ada latihan dari jam 9 sampai 12. Sore juga ada latihan dari jam 3 sampai jam 6," ujar Juwita menjelaskan rutinitasnya. "Setelah itu kuliah dari jam 7 sampai jam 8 malam. Capek sih sebenarnya, karena pagi-siang latihan dan malam kuliah. Tapi saya senang."
Komitmen Juwita di dunia wushu pun tak lepas dari keinginannya membanggakan orangtua. Selain itu, bungsu dari enam bersaudara itu menyatakan dirinya telah jatuh cinta pada olahraga bela diri asal China tersebut.
"Saya sudah senang dan sangat suka. Jadi saya tidak memikirkan yang lain (karier lain di luar wushu)," ujar Juwita menambahkan. "Apalagi wushu juga pakaiannya sopan, dan gerakannya lebih nyeni."
Saat ini, Juwita telah menguasai tiga kelas wushu. Adalah Nan Dao (Menggunakan golok), Nan Quan (Tangan kosong), dan Nan Gun (Menggunakan tongkat).
Di usianya yang belum genap 20 tahun, perjalanan Juwita di dunia olahraga tanah air terbilang masih sangat panjang. Berbekal dukungan orangtua dan komitmen kuatnya, ia diyakini merupakan kandidat kuat atlet yang bakal terus mengharumkan nama bangsa di masa depan.
(vri/vri)