Jakarta, CNN Indonesia -- Meninjau ulang penampilan kedua tim dan memahami gaya permainan tim yang akan berlaga final menjadi salah satu persiapan wasit sebelum memimpin pertandingan, demikian dinyatakan Thoriq Alkatiri, wasit Indonesia yang mengantongi sertifikat FIFA.
"Misalnya saja pertandingan final Piala Presiden, Persib gaya bermainnya seperti apa, Sriwijaya seperti apa," kata Toriq ketika dihubungi
CNN Indonesia melalui sambungan telepon, Jumat (16/10).
Selain meninjau permainan tim secara keseluruhan, menurut Thoriq, wasit juga biasanya mengamati pemain-pemain yang telah memiliki reputasi untuk melakukan simulasi, atau diving.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau terjadi pelanggaran, kami akan hati-hati, tidak terburu-buru memberikan kartu," kata wasit yang juga memimpin laga Liga Super Indonesia tersebut,
Namun bukan hanya masalah tim saja, ia menuturkan bahwa seorang wasit juga akan mengevaluasi penampilannya sendiri di laga-laga sebelumnya, mempelajari beberapa kesalahan yang pernah mereka lakukan.
Sementara itu, untuk masalah kebugaran wasit, Thoriq mengakui tak banyak yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi kebugaran para pengadil di atas lapangan, jika sudah mendekati hari-H. Ia menuturkan bahwa wasit biasanya melakoni latihan intensif sebelum turnamen atau liga dimulai.
"Kalau seminggu sebelum pertandingan final, biasanya latihan tiga jam sehari saja untuk menjaga kebugaran. Tapi tidak meningkatkan,"ujarnya.
Persib dan Sriwijaya akan bertemu di final Piala Presiden yang akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/10). Pertandingan tersebut diprediksi akan dihadiri oleh lebih dari tiga puluh ribu pendukung Persib Bandung dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Untuk memimpin laga panas yang berpotensi mengundang intimidasi dari pemain atau penonton, Thoriq mengatakan bahwa wasit tidak memiliki persiapan mental atau psikologis tertentu. Namun, masih menurut penuturan Thoriq, wasit yang memimpin partai pamungkas pasti dipilih dari jajaran wasit yang memiliki pengalaman tinggi.
"Kemampuan menghadapi intimidasi itu terbentuk dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Komite Wasit pasti memilih yang bisa menghadapi itu semua," katanya.
(vws)