Memudarnya Tarian Samba di Skuat Brasil

Martinus Adinata | CNN Indonesia
Kamis, 12 Nov 2015 17:02 WIB
Sejak Piala Dunia 2014, Brasil dinilai tampil semakin mengecewakan sebagai salah satu kutub kekuatan sepak bola di kawasan Amerika Selatan.
Timnas Brasil akan melakoni laga tandang kualifikasi Piala Dunia 2018 di kandang rival abadinya dalam sepak bola Amerika Latin, Argentina. (REUTERS/Andres Stapff)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dikenal sebagai salah satu negara dengan tradisi sepak bola yang kuat, Brasil selalu membuat gentar lawan-lawannya sebelum bertanding.

Itu terjadi karena stok pemain bintang dengan kemampuan individu memikat hati dalam skuat mereka seakan tak pernah habis. Sejak Pele dkk memenangkan Piala Dunia 1970 bagi Brasil, skuat Brasil selalu dipenuhi pemain-pemain bintang yang piawai mengolah si kulit bundar.

Di dekade 1980an, ada Socrates dan Zico. Kemudian pada dekade 1990an ada Romario, Bebeto, Jorginho, dan pelatih timnas saat ini Carlos Dunga. Selanjutnya di 2000an ada Roberto Carlos, Ronaldo, Ronaldinho, dan Rivaldo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu Ronaldo, Ronaldinho, dan Rivaldo yang kemudian dilanjutkan Kaka dan Robinho.

Namun, kilau bintang di tim nasional Brasil mulai semakin memudar. Puncaknya adalah ketika Jerman mengeksploitasi rapuhnya skuat Brasil di semifinal Piala Dunia 2014 silam.

Bertindak sebagai tuan rumah pada turnamen sepak bola terbesar di dunia dan berstatus sebagai salah satu raksasa sepak bola dunia, Brasil justru dipermalukan Jerman dengan skor telak, 1-7 di stadion Belo Horizonte.

Seakan melakoni pertandingan latihan, Jerman seakan tak perlu mengeluarkan keringat untuk unggul telak 5-0 di babak pertama.

Empat gol Jerman bahkan dihasilkan dalam kurun waktu enam menit, membuat puluhan ribu suporter Brasil yang memadati Stadion Belo Horizonte terdiam.

Posisi Brasil di peringkat dunia FIFA bahkan terus merosot. Akhirnya negara yang dikenal dengan tarian Samba itu pun per Oktober 2015  terperosok di peringkat kedelapan FIFA, kalah dibandingkan tiga negara Amerika Latin lainnya: Argentina (4), Chile (5), dan Kolombia (7).

Kendati memulai lembaran baru bersama Dunga, Brasil yang sempat tak terkalahkan selama 11 pertandingan harus menerima pil pahit tersingkir di babak perempat final Copa Amerika dari Paraguay.

Selain itu, posisi Brasil di babak penyisihan Piala Dunia 2018 Rusia juga berada dalam tanda tanya. Pasalnya Neymar dkk baru meraih tiga poin dari dua pertandingan awal, imbas kekalahan 0-2 dari Chile, Oktober lalu.

Stok Bintang yang Berkurang

Menurunnya performa Brasil tak lepas dari semakin jarangnya figur sentral di tiap lini Tim Samba. Kendati tak pernah kekurangan pemain bertalenta, skuat Brasil saat ini tak lagi membuat gentar lawan-lawan mereka.

Di sektor penjaga gawang, Brasil yang sempat memiliki Dida, Claudio Taffarel, Rogerio Ceni, Julio Cesar, hingga Marcos, saat ini masih mencari penjaga gawang utama dalam skuat mereka.
Ronaldinho salah satu ikon permainan indah Brasil di dekade 2000an. (Getty Images/Buda Mendes)
Hal itu tampak dari tiga penjaga gawang berbeda yang tampil di lima pertandingan terakhir Brasil. Jefferson (Botafogo), Alisson (Internacional), dan Marcelo Grohe (Gremio) saling berebut tempat di skuat utama Brasil saat ini.

Hal serupa juga tampak di lini belakang Brasil yang kebobolan delapan gol dalam 10 pertandingan terakhir mereka. Sempat memiliki deretan pemain ikonik seperti Roberto Carlos, Lucio, Aldair, hingga Cafu. Brasil saat ini kekurangan sosok pemain bertahan yang mampu menjadi pemimpin di lini belakang.

Kendati masih memiliki Dani Alves, Brasil saat ini kekurangan stok pemain bertahan mumpuni lantaran penampilan inkonsistensi David Luiz atau Marquinhos yang dianggap sebagai generasi masa depan lini pertahanan Brasil.

Di lini tengah, seperti tahun-tahun sebelumnya Brasil memang masih dihuni deretan pemain bertalenta seperti Douglas Costa, Oscar, Willian, hingga Philippe Coutinho, atau Roberto Firmino.

Namun, deretan pemain itu masih belum mampu membangun kreativitas di lini tengah Brasil seperti era Ronaldinho, Robinho, dan Kaka --di masa-masa keemasannya, ataupun Rivaldo atau Juninho.

Daya dobrak lini depan Brasil juga tak lagi setajam era Ronaldo, Romario, hingga Pele. Lini depan Brasil bahkan sempat menjadi olok-olok di Piala Dunia 2014 lalu, ketika memasang Fred sebagai ujung tombak yang tak kunjung mencatatkan namanya di papan skor.

Sepak bola indah tak membuat Anda memenangkan pertandingan.Luiz Felipe Scolari
Beruntung, Tim Samba saat ini memiliki Neymar yang sedang tampil gemilang bersama klubnya, Barcelona. Ia membawa harapan akan kembalinya era keemasan lini depan tim Samba.

Tapi, Neymar yang juga ditunjuk sebagai kapten timnas oleh Dunga mesti lebih bijak. Tindakan bodohnya di Copa America 2015 saat melawan Kolombia di fase grup telah membuahkan kartu merah bagi dirinya.

Hilangnya Sepak Bola Indah Brasil

Sepak bola indah Brasil yang sempat mengguncangkan dunia di Piala Dunia Meksiko 1970 dianggap banyak pihak pengamat sepak bola tak akan pernah lagi dapat disaksikan.

Pasalnya, Brasil dianggap lebih mementingkan hasil dibandingkan keindahan permainan yang sempat menjadi ciri permainan Tim Samba, seperti yang pernah dilontarkan salah satu mantan pelatih mereka, Luis Felipe Scolari.

"Sepak bola indah tak membuat Anda memenangkan pertandingan," ujar Scolari pada 2001 silam.

Hasilnya, aksi-aksi brilian di atas lapangan tak lagi terlihat di permainan Brasil saat ini. Pasalnya, di era sepak bola modern kemenangan memang lebih penting dibandingkan sekedar bermain bagus.

Tengok taktik 'catenaccio' Italia yang membosankan tapi mengantar mereka menjadi juara dunia 2006 hingga taktik 'parkir bus' Jose Mourinho yang berhasil mengantar Chelsea meraih dua gelar pada musim lalu.

Aksi-aksi seperti operan tanpa melihat ala Ronaldinho hingga gocekan fenomenal Ronaldo kini jarang dilihat di permainan Brasil saat ini.

Neymar boleh jadi merupakan jalan keluar mulai memudarnya tarian Samba di skuat Brasil.

Aksi pemain berusia 23 tahun itu ketika mencetak gol keduanya ke gawang Villarreal, Minggu (8/11) lalu, merupakan salah satu contohnya.

Setelah menerima umpan dari bintang asal Uruguay Luis Suarez, Neymar dengan lihainya mengangkat bola sambil berbalik badan lalu melepaskan tendangan voli yang mengoyak gawang Villarreal. Momen brilian yang sontak membuat publik Camp Nou bersorak menyaksikan talenta muda brilian yang mereka miliki.

Namun, Brasil yang saat ini berada di peringkat kelima babak kualifikasi Piala Dunia kembali harus menentukan apakah mereka ingin meraih kemenangan, bermain indah, atau melakukan keduanya.

Laga melawan Argentina, Jumat (13/11) pagi WIB nanti, bisa menjadi jawabannya. (kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER