Alario, dari Kampung Miskin Argentina ke Final Piala Dunia

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Jumat, 18 Des 2015 06:51 WIB
Satu tahun lalu, Lucas Alario merasakan pahitnya terdegradasi ke divisi bawah Liga Argentina dan kini ia akan menantang Lionel Messi di final Piala Dunia.
Lucas Alario mengatakan bahwa ia menginginkan gelar juara Piala Dunia Antarklub. (REUTERS/Thomas Peter)
Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk setiap Lionel Messi, ada lusinan pemain seperti Lucas Alario yang bertarung di dunia yang keras yaitu sepak bola lokal Argentina, berharap akan ada keberuntungan yang mengubah jalan hidup mereka.

Alario, pencetak gol kemenangan yang membawa River Plate ke final Piala Dunia Antarklub, telah menjadi pahlawan bagi jutaan penggemar River Plate di Buenos Aires.

Sebelum ditemukan oleh pemandu bakat klub juara Piala Libertadores itu, Alario hidup berhadapan dengan wajah lain sepak bola Argentina, bermain di klub miskin yang terkena krisis keuangan, Colon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

River Plate mengalahkan juara Liga Jepang, Sancfrecce Hiroshima, dengan skor 1-0 dan akan berhadapan dengan Barcelona di partai final.

Bagi Alario, ini jauh berbeda dengan masa-masa awal kariernya sebagai pesepak bola profesional.

"Sejak kami memenangi Piala Libertadores (juara benua Amerika Selatan), saya telah menjalani mimpi saya," katanya kepada wartawan.

"Saya selalu menyaksikan kompetisi ini di televisi, dan sangat menyenangkan untuk mengalaminya secara langsung. Untuk bermain melawan Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar, akan menjadi pengalaman yang menyenangkan."

Alario dibesarkan di Cuatro Bicas, perkampungan kecil berpenduduk sekitar 300 jiwa di provinsi sub-tropis Santiago del Estero. Di salah satu perkampungan paling miskin di Argentina ini ia belajar bermain bola dengan telanjang kaki.

Berkat yang Berbeda

Sempat ditolak oleh Newell's Old Boys ketika berusia 16 tahun, ia kemudian diterima oleh Colon.

Awal kariernya terlihat menjanjikan terutama setelah Colon menyelesaikan musim di peringkat dua. Namun pada 2013, ia dan pemain Colon sempat tak menerima gaji selama beberapa bulan ketika klub jatuh ke dalam kesulitan keuangan.

Ketika mayoristas pemain memutuskan hengkang, Alario bertahan. Ia menjadi salah satu pemain kunci dalam tim yang terdegradasi pada 2014.

Ia sempat menjadi pahlawan sesaat ketika golnya di babak pertambahan waktu membuat Colon menang dari Oimpo dan terhindar dari terjun langsung ke divisi bawah, mendapatkan jatah playoff melawan Atletico Rafaela.

Pertandingan melawan Rafaela itu berakhir dengan kekalahan 1-2 dan Alario nyaris mencetak gol di menit-menit akhir lagi.

Colon kemudian kembali ke divisi atas hanya dalam waktu enam bulan. Terjadi restrukturisasi liga dan ada penambahan jumlah tim di divisi atas, dari semula 20 tim ke 30 tim.

Ketika kembali ke liga utama Argentina inilah Alario ditemukan oleh Marcelo Gallardo, manajer River Plate, yang saat itu mencari seorang penyerang dengan fisik yang kuat.

Semula disiapkan untuk jadi pemain lapis kedua, Alario justru mendapatkan kesuksesan instan ketika mencetak gol kemenangan yang membawa River Plate ke final Libertadores.

"Ini adalah contoh kehebatan sepak bola," kata Alario tentang perubahan keberuntungannya, sembari menambahkan bahwa ia tidak terganggu jika bek Barcelona, Gerard Pique, tidak pernah mendengar nama seorang Lucas Alario.

"Sangat alamiah jika ia tidak pernah mendengar nama saya," ucapnya.

Menghadapi final, Alario tak berpikir sama sekali tentang dengan siapa ia akan bertukar seragam di akhir pertandingan.

"Saya menginginkan pialanya."     

(vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER