Jakarta, CNN Indonesia -- Akademisi menilai logo dan maskot Asian Games 2018 cukup mewakili semangat identitas Indonesia, namun menyayangkan proses pembuatannya tidak melibatkan para pelaku industri kreatif.
Burung Cenderawasih Paradisaea Apoda yang berasal dari barat daya Pulau Papua dipilih menjadi logo dan maskot Asian Games 2018.
Pada peringatan Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) ke-32, Menpora Imam Nahrawi menerangkan bahwa salah satu alasan pemilihan burung cenderawasih adalah agar semangat Asian Games 2018 dapat terwakilkan ke seluruh penjuru Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah maskot Asian Games bernama Drawa diluncurkan pada Minggu (27/12), muncul pendapat bahwa maskot lebih terlihat mirip seekor ayam ketimbang cederawasih.
Agustina Kusuma Dewi -- Dosen Desain Komunikasi Visual di Universitas Pasundan (Unpas) dan Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung -- menuturkan bahwa maskot olahraga yang bagus harus punya nilai benar-estetis dan betul-etis.
Maskot, ucapnya, harus cantik dan punya visual karakter kuat secara elemen estetik, tanpa melepaskan benang merah dengan logo dan konsisten dengan filosofi event.
"Sepertinya yang terjadi pada maskot adalah deformasi dari cendrawasih, maka dari itu banyak orang mengatakan tidak mirip, karena memang sepertinya disengaja dirancang tidak benar-benar mencerminkan realitasnya," ujar Agustina.
"Tapi menurut saya, maskot adalah sebuah representasi untuk semangat dan filosofi yang diangkat dalam event Asian Games 2018. Sehingga meski tidak merepresentasikan cendrawasih secara utuh, minimal sebagai maskot dapat merepresentasikan semangat dalam event ini."
Agustina kemudian berpendapat bahwa maskot dan logo akan menjadi satu kesatuan yang kuat jika ada penyempurnaan lagi pada bagian kepala dan ekor.
Sementara itu, Head of New Media Program Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Bina Nusantara (Binus), Sari Wulandari, menerangkan bahwa sebuah maskot harus mudah diingat dan tampil menarik sehingga orang yang melihat akan merespons secara positif.
Secara teknis, ujar Sari, maskot juga harus mudah diaplikasikan di berbagai medium karena maskot juga dapat menjadi alat promosi suatu acara.
"Maskot Asian Games 2018 itu intinya tetap menampilkan figur cenderawasih, tapi cara memvisualisasikannya bisa diupayakan lebih baik," ujarnya.
Kedua orang yang bergelut di bidang desain itu punya pandangan masing-masing tentang maskot ajang olahraga yang paling mengesankan.
"Bagi saya yang
memorable itu maskot Olimpiade Beijing 2008. Relevan, menarik, dan mudah diterapkan di berbagai medium."
Berbeda dengan Sari, Agustina menilai maskot yang paling berkesan muncul dari ajang sepak bola. "Sampai saat ini saya suka maskotnya Piala Dunia sejak yang 1966-2014," kata perempuan berusia 34 tahun tersebut.
 Logo Asian Games 2018 telah disetujui oleh Olympic Commitee of Asia. (Dok. Twitter/@AsianGamesXVIII) |
Mewakili Semangat Asian GamesMeski menuai kritik, logo dan maskot dinilai telah mewakili semangat ajang olahraga empat tahunan tersebut.
Menurut Agustina, dari sisi tipologi
image, logo Asian Games 2018 memiliki citra visual yang secara mudah memberikan informasi terkait konteks penggunaannya, khususnya dari warna-warna yang diterapkan dalam desain logo.
Meski ada kecenderungan simplifikasi, menurutnya, masih bisa menampilkan bagian-bagian paling esensial dari cenderawasih.
"Dari sisi 'sense of aesthetics', penggayaan visual dalam logo memiliki daya untuk memberikan impresi terkait 'gerak', 'perubahan', 'elegan', 'kebersamaan dalam keberagaman' yang bisa diidentifikasi dari stilasi (penggayaan) bagian ekor dan simplifikasi pada bagian kepala.
"Sebagai maskot, penggunaan Cenderawasih sebagai sebuah penanda, perlu juga mempertimbangkan mitologi yang 'berbunyi' di belakangnya, terkait burung ini secara etimologi adalah burung 'mitos' padahal sebenarnya ada di Indonesia atau Nusantara," ujar Agustina.
Satu hal yang disoroti dari logo dan maskot adalah proses pembuatannya yang tidak melibatkan para pelaku industri kreatif.
"Asian Games 2018 merupakan ajang olahraga berskala internasional. Akan lebih baik apabila proses pembuatan logo ini dibuka luas ke seluruh masyarakat Indonesia," kata Sari. "Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pun bisa berperan lebih nyata dalam prosesnya"
Bagi akademisi, kata Sari, kesempatan untuk turut andil dalam pembuatan logo dan maskot Asian Games 2018 adalah momen penting dan kesempatan baik bagi institusi pendidikan DKV memiliki studi kasus nyata bagi mahasiswanya di kelas serta bahan penelitian dosen."
Sebuah logo yang merupakan bagian dari identitas visual punya banyak aspek yang perlu diatur penggunaannya, sehingga logo tampil tegas menyampaikan semangat dan harapan yang dicita-citakan.
"Melalui proses yang benar, ditangani sumber daya manusia yang benar, tentu akan menghasilkan kualitas yang baik pula, dan membangun citra Indonesia di mata internasional," ucap Sari.
Diubah Tahun DepanKementerian Pemuda dan Olahraga mengatakan bahwa mereka menerima kritikan terhadap maskot tersebut dan siap untuk menyempurnakannya tahun depan.
"Nanti kami akan perbaiki lagi, mungkin dari segi warnanya, atau bentuknya biar maskot ini lebih hidup," ujar Menpora Imam Nahrawi seperti dikutip dari
Antara.Kemenpora akan kembali mengadakan sayembara terkait perbaikan dan masukan untuk maskot Drawa tersebut pada Januari 2016.
Menurut Imam, maskot ini masih bisa diperbaiki karena belum didaftarkan kepada Olympic Council of Asia (OCA), sementara itu logo Asian Games yang juga menggunakan burung cendrawasih sebagai bentuk dasarnya sudah didaftarkan ke OCA.
Catatan Redaksi: Pada paragaf ke-20 terjadi ralat "Sebagai maskot, penggunaan Cenderawasih sebagai sebuah penanda perlu juga mempertimbangkan" dari semula "Sebagai maskot, penggunaan Cenderawasih perlu juga mempertimbangkan". (vws)