Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah masa depannya terombang-ambil selama enam bulan, Pep Guardiola mengambil keputusan mutlak bahwa ia tidak akan memperpanjang kontraknya bersama Bayern Munich.
Keputusan ini diambil setelah para petinggi Munich secara terbuka menginginkan sang pelatih asal Spanyol untuk tetap tinggal.
Media Italia
La Gazzetta dello Sport mengungkapkan bahwa terjadi perselisihan antara eks manajer Barcelona itu dengan pihak klub terkait kebijakan transfer pemain selama dua musim kepemimpinannya di Allianz Arena.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Guardiola yang selalu mendapat sokongan di Barcelona terkait pemain-pemain yang ingin ia beli mengadapi situasi berbeda di Jerman. Die Rotten memang memiliki kebijakan untuk menata keuangan untuk terhindar dari utang.
Hal ini yang berujung pada rasa frustrasi Guardiola karena tidak mendapatkan pemain keinginannya.
Guardiola sempat meminta Kevin De Bruyne dari Wolfsburg sebelum sang pemain tim nasional Belgia itu pindah ke Manchester City dengan banderol €80 juta. Guardiola juga menginginkan Roberto Firmino dari Hoffenheim namun sang pemain hengkang ke Liverpool dengan harga €41 juta.
Transfer lain yang membuat Guardiola gerah adalah Angel di Maria. Setelah sepanjang bursa transfer musim panas berbicara dengan dengan pihak di Maria, Munich menolak untuk membayar banderol €63 juta yang dipasang Manchester United.
Sebelumnya, hubungan Guardiola dengan petinggi klub juga rusak karena mereka menjual Toni Kroos ke Real Madrid pada 2014 lalu. Semula Guardiola berharap bisa menjadikan Kroos jantung timnya. Asa ini pupus karena klub tidak mau membayar gaji yang diminta oleh penggawa timnas Jerman itu.
Dua transfer lain yang disebali Guardiola adalah ketika ia tidak mendapatkan Luis Suarez dari Liverpool dan malah diberi Mario Mandzukic -- pemain yang tidak pernah akur dengan Guardiola.
Sementara itu, ketika musim panas ini ia mencari bek kanan baru karena ingin menempatkan Phillip Lahm di posisi gelandang, Bayern malah membelikan Guardiola seorang Arturo Vidal.
Hal ini memaksa Guardiola untuk kembali menempatkan Lahm sebagai bek kanan, dan merusak taktik yang telah ia rancang.
Sebagaimana ditegaskan
Gazzetta, hal-hal inilah yang kemudian mendorong Guardiola mengakhiri masa kepelatihannya di Jerman.
(vws)