Jakarta, CNN Indonesia -- Zinedine Zidane, pelatih baru Real Madrid, tak punya banyak pengalaman dalam kariernya sebagai pelatih profesional. Baru mengambil lisensi kepelatihan UEFA Pro level tiga pada 2015, Zidane baru memiliki satu musim dalam karier kepelatihannya yaitu bersama Real Madrid Castilla di Divisi Segunda Grup B.
Torehannya pun sebenarnya tak baik-baik amat. Berbeda dengan Pep Guardiola yang membawa Barcelona B promosi ke Divisi Segunda pada 2007/2008 silam, Zidane gagal mendapatkan tiket ke babak play-off.
Tapi sebagaimana diberitakan
Four Four Two, sosok Zidane melambangkan ambisi presiden Madrid Florentino Perez untuk memiliki seorang Guardiola yaitu seorang pelatih yang memahami jiwa klub.
Ketika Guardiola dipilih menjadi pelatih, ia membawa filosofi permainan tiki-taka yang diajarkan di akademi La Masia ke dalam timnya. Guardiola juga mengerti benar arti klub Barcelona bagi penduduk Katalonia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal inilah yang diinginkan Perez, yaitu seorang pelatih yang paham arti menjadi seorang
Madridismo dan bisa membuat para suporter Madrid berimajinasi.
Satu faktor yang bisa memuluskan langkah Zidane sebagai pelatih dan mewujudkan ambisi itu adalah kedekatannya dengan Perez.
Didatangkan oleh Perez dari Juventus pada 2001 lalu sebagai bagian dari
Los Galacticos, Zidane adalah pemain terbaik di era kepresiden pertama Perez. Tendangan volinya ke gawang Bayer Leverkusen membawa Madrid memenangi Liga Champions ke sembilan.
Zidane memandang Perez sebagai sosok ayah yang sangat berperan dalam kariernya di Madrid.
"Perez mengubah semuanya," kata Zidane dua tahun lalu. "Ia adalah alasan saya berada di sini. Tanpanya, saya tak mungkin mencetak gol yang memenangi Liga Champions. Ia telah memberikan segalanya untuk saya dan saya ingin membalasnya sebagai pelatih."
Gayung bersambut, Perez juga menempatkan Zidane dalam posisi yang tinggi. Bahkan, Perez secara terang-terangan memproyeksikan Zidane sebagai pelatih masa depan Madrid.
"Secara logis, Zizou hanya bisa menjadi pelatih kepala," kata Perez tahun lalu soal penundaan penunjukkan Zidane sebagai pelatih Madrid untuk menggantikan Carlo Ancelotti.
"Tidak mungkin jika ia menjadi nomor 2. Ketika ia menjadi pemain, ia tahu jalan untuk menjadi yang terbaik di dunia. Dalam cara yang sama, ia yakin ia butuh waktu untuk menjadi sebaik itu sebagai pelatih."
Memilih Zidane untuk menggantikan Benitez, Perez menganggap telah tiba waktunya bagi Zidane untuk menjadi yang terbaik sebagai pelatih. Tak tanggung-tanggung, Perez juga menyatakan bahwa "tidak ada kemustahilan dalam kamus Zidane" ketika ia mengenalkannya sebagai pelatih baru Los Blancos.
Langkah Zidane untuk memwujudkan ambisi Perez itu akan diuji di laga pertamanya melawan Deportivo La Coruna di Santiago Bernabeu, Sabtu (9/1) nanti.
(vws)