Melatih Boaz dan Timnas Indonesia, Mimpi Djadjang Selanjutnya

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jan 2016 18:32 WIB
Lima kali juara kompetisi liga bersama Persib tak membuat Djadjang Nurdjaman kehilangan ambisi di dunia sepak bola.
Mantan pelatih Persib Djadjang Nurdjaman ketika ditemui di Bandung, Selasa (12/1). (CNN Indonesia/Djadjang Nurdjaman)
Jakarta, CNN Indonesia -- Djadjang Nurdjaman masih mempunyai mimpi besar dalam kariernya, meski ia pernah beberapa kali mencicipi juara liga baik ketika berbentuk Perserikatan, Liga Indonesia, dan Liga Super Indonesia.

"Selanjutnya ya pasti ingin melatih tim nasional," kata Djadjang ketika ditanyai soal ambisi selanjutnya oleh CNNIndonesia.com di Bandung, Selasa (12/1). "Itu impian semua pelatih."

Pria 51 tahun itu akrab dengan kesuksesan bersama Persib. Ketika menjadi pemain, ia adalah pencetak gol tunggal di final Perserikatan 1986 ke gawang Perseman Manokwari. Gol itu membawa Pangeran Biru --julukan Persib-- mengakhiri puasa gelar Perserikatan yang berlangsung 25 tahun.   
Torehan ini ia ulangi kembali ketika menjadi pelatih. Djadjang membawa Firman Utina dkk menjuarai Liga Super Indonesia 2014 dengan lagi-lagi mengalahkan tim asal Papua di final, Persipura Jayapura. Sebuah drama adu penalti membawa Persib menjadi juara dan mengakhiri puasa gelar selama 20 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada nama Djadjang juga ketika Persib menjadi juara Liga Indonesia pertama pada 1994/1995 dan juara Perserikatan terakhir pada 199. Seusai gantung sepatu, ia langsung ditarik oleh pelatih Persib saat itu Indra Thohir untuk menjadi asisten pelatih.

Djadjang belum puas dengan berbagai kesuksesan itu. Membawa Merah Putih berjaya di internasional menjadi ambisi selanjutnya.

Djadjang mengaku sering memperhatikan timnas Indonesia ketika bermain dan bahkan hingga timnas di level junior. Kesuksesan Evan Dimas dan kawan-kawan ketika menjadi juara Piala AFF U-19 juga tak luput dari perhatiannya.
Ia juga memandang bakat-bakat Indonesia tak kalah dari negara lain. Hanya saja, menurutnya, visi bermain para pemain lokal masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Vietnam atau Thailand.

"Mereka bermain lebih sederhana. Lebih terorganisir. Para pemain kita terkadang terlalu ingin show-off," kata Djadjang sembari tertawa.

Melatih tim nasional juga bisa menjadi jalan Djadjang mewujudkan keinginan yang belum terlaksana: melatih Boaz Solossa.

Di matanya, hingga saat ini Boaz belum tergantikan sebagai pemain terbaik Indonesia. Ketika diminta CNNIndonesia.com untuk menimbang yang terbaik antara Bambang Pamungkas dan Boas, Djadjang juga menyebut nama Boas.

"Ia (Boaz) pemain yang komplet. Ia bisa menggiring bola, mengumpan, punya finishing yang bagus, dan juga punya visi bermain," tutur Djadjang. "Meskipun kini ia sudah cukup berumur, belum ada yang bisa menandingi."
Djadjang mengungkapkan pernah punya kesempatan untuk melatih Boaz. Tepatnya di turnamen Piala Presiden yang ia menangi pada September lalu.

Dengan Persipura Jayapura --klub yang dibela Boaz-- menolak untuk mengikuti turnamen itu, Djadjang bisa meminjam Boaz dan menambahkannya ke dalam skuatnya. Tapi ide itu akhirnya ia gugurkan.

"Tapi saat itu saya sudah banyak punya pemain di lini depan. Ada Zulham Zamrun juga. Akhirnya kami batalkan," kata Djadjang. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER