Jakarta, CNN Indonesia -- Petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, menepis tuduhan dirinya terlibat skandal pengaturan skor. Tudingan itu diarahkan kepadanya ketika petenis asal Serbia itu takluk dari Fabrice Santoro di Turnamen Indoor Paris, 2007 silam.
Dugaan itu muncul setelah surat kabar Italia, Tuttosport, mempublikasikan dugaan Djokovic sengaja mengalah dengan skor 3-6 dan 2-6 dari Santoro, sembilan tahun silam.
Namun, setelah mengalahkan Quentin Halys di Australia Terbuka, Rabu (21/1), Djokovic dengan tegas menepis tuduhan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemberitaan itu tidak benar. Saya tak tahu apakah Anda mencoba menciptakan cerita itu hanya karena pemain top takluk di ronde-ronde awal. Saya pikir itu merupakan tuduhan yang tidak masuk akal," ujar Djokovic seperti dilansir Independent.
Menurut Djokovic, saat itu ia tak mampu meladeni permainan Santoro lantaran baru menjalani operasi gigi.
"Saya tak bisa memberikan penampilan 100 persen," ujar Djokovic menjelaskan. "Saya masih berada di bawah pengaruh obat-obatan. Saya juga tak berlatih sepanjang pekan. Saya tak merasa terlalu bugar."
Djokovic sendiri saat ini berhasil melaju ke babak ketiga Australia Terbuka untuk menghadapi Andreas Seppi, usai mengatasi perlawanan Halys di Rod Laver Arena, lewat pertarungan tiga set 6-1, 6-2, dan 7-6.
Namun, kiprah para petenis top dunia di Australia Terbuka kali ini sedikit terganggu isu pengaturan skor, yang mencuat seiring bergulirnya turnamen Grand Slam perdana tahun ini.
Pasalnya, bertepatan dengan hari pertama Australia Terbuka, dunia tenis dihebohkan skandal munculnya indikasi sindikat judi asal Rusia dan Italia yang mengatur skor di turnamen Grand Slam Wimbledon.
Diperkirakan satu dari 50 petenis teratas yang akan tampil di Australia Terbuka seringkali mengatur hasil set pertamanya. Otoritas tenis dunia juga disebut-sebut memiliki bukti skandal tersebut, namun tak kunjung bertindak.
Klaim itu didasarkan pada data yang dibocorkan salah satu orang dalam otoritas itu kepada BuzzFeedNews dan BBC, beserta analisis aktivitas judi dari 26 ribu pertandingan selama tujuh tahun terakhir.
Kedua media tersebut mengklaim otoritas tenis tidak mau menindak jaringan pengaturan skor yang melibatkan 16 pemain.
Namun tuduhan itu langsung dibantah Presiden Asosiasi Tenis Profesional (ATP), Chris Kermode. Ia menyatakan pihaknya telah bekerja keras untuk menghalau pengaturan skor di dunia tenis.
(bac)