Jakarta, CNN Indonesia -- Bukan hanya Chelsea yang mengalami kisah getir di kandang sendiri. Satu lagi kontestan babak 16 Besar Liga Champions, Zenit St Petersburg, tersingkir di depan ribuan suporternya sendiri di Stadion Petrovskij St Petersburg, Rabu (9/3) malam waktu setempat, atau Kamis (10/3) dini hari WIB.
Drama tiga gol pertarungan dua tim itu terjadi di babak kedua.
Skuat arahan Andre-Villas Boaz dipermalukan Benfica dengan skor 1-2. Stadion Petrovskij sempat dibuat bergemuruh lewat gol penyerang mereka, Hulk pada menit ke-69. Namun, Benfica mampu menyamakan kedudukan lewat winger mereka, Nicolas Gaitan pada menit ke-85.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika di Stamford Bridge, Ibra menjadi pahlawan lewat satu
assist dan gol, Gaitan menjadi aktor protagonis pada duel di St Petersburg. Setelah mencetak gol, ia sukses memberikan
assist manis kepada Talisca pada pengujung laga.
Gol Gaitan terjadi setelah rekannya, Raul Jimenez, melakukan tendangan voli dan bola memantul kembali ke depan yang langsung disambar dengan sundulan Gaitan.
Selain Gaitan, tentu saja sosok pahlawan juga disematkan kepada Talisca. Bagaimana tidak, pemain asal Brasil yang baru masuk menggantikan Jonas pada menit ke-92 itu langsung mencetak gol kemenangan timnya pada menit ke-96.
Kemenangan 2-1 ini membuat Benfica menang meyakinkan dengan agregat skor 3-1, setelah pada
leg pertama di Estadio do Sport Lisboa, mereka menang tipis 1-0.
Villas Boaz, sang nakhoda Zenit, tampak tak bisa menutupi kekecewaannya usai timnya dipermalukan di kandang sendiri. “Kami bisa saja unggul 2-0, sayangnya kami tidak mampu dan justru menderita menyusul momen dari Raul Jimenez,” ucap Villas Boaz yang akan meninggalkan Zenit musim depan.
“Kami kurang bisa mengontrol emosi di lapangan untuk menguasai bola. Kami punya peluang bagus, di mana hasilnya justru tidak menguntungkan kami,” kata Villas-Boaz, menambahkan.
“Benfica sedikt menguasai bola setelah kami mencetak gol, tapi kami punya banyak peluang yang gagal jadi gol.”
Gelandang Zenit yang notabene mantan pemain Benfica, Axel Witsel menuturkan, timnya sebenarnya lebih menguasai permainan dan seharusnya layak lolos/ “Tapi tim lawan yang akhirnya mencetak gol lebih banyak, mereka sedikit lebih beruntung,” tukasnya.
“Kami tak mampu melakukannya dan itu sangat menyedihkan. Permainan sebenarnya berada dalam kendali kami dan kami lebih kuat dari mereka.”
(bac)